Apa yang anda ketahui tentang Burung Kestrel?

Burung Kestrel atau kalau di Indonesia dikenal dengan nama Burung Alap-alap (Falcon atau Caracara) merupakan sebutan untuk Burung pemangsa anggota keluarga Falconidae. Berbeda dengan Elang, Elang-alap dan Rajawali dari suku Accipitridae, Alap-alap memiliki sayap yang lebih sempit dan runcing, paruh lebih pendek dan melengkung, kepal membulat, iris mata gelap serta gaya terbang yang lebih cepat dan akrobatis. Alap-alap mempunyai penglihatan yang tajam dan memiliki akurasi 2,6 kali penglihatan manusia. Nama Falconidae berasal dari kata Falx yang berarti sabit.

Kestrel adalah nama dari beberapa spesies burung yang masih termasuk dalam keluarga falcon (Falconidae). Dibandingkan burung-burung raptor lainnya semisal elang, rajawali, & harrier, kestrel adalah yang terkecil. Ciri paling mudah untuk membedakan kestrel dengan falcon lain adalah bunyinya yang khas seperti berdecit. Suaranya pula yang menyebabkan burung ini diberi nama “kestrel” di mana nama kestrel berasal dari bahasa Perancis “crécelle” yang berarti “berderik”. Ciri lainnya yang membedakan kestrel dengan falcon adalah cara terbang & berburunya yang unik (yang ini bakal dibahas nanti). Kestrel tersebar di seluruh dunia, namun pembahasan kali ini akan difokuskan pada kestrel biasa (Falco tinnunculus). Di Indonesia sendiri, kestrel lebih dikenal dengan nama “alap-alap”.

Kestrel biasa memiliki banyak nama, mulai dari kestrel dunia lama, kestrel Eropa, kestrel Eurasia, hingga kestrel saja (saja-nya jangan dipake untuk namanya ya…). Mereka bisa disebut sebagai salah satu anggota falcon paling sukses karena memiliki persebaran luas di mana mereka bisa ditemukan di Eropa, Asia, & sebagian Afrika. Habitat yang disukainya adalah padang terbuka di mana ia bisa mendapat ruang lebih luas untuk berburu. Kestrel juga diketahui bisa hidup di pemukiman manusia & untuk tidur serta bersarang, ia bisa memakai celah-celah maupun cekungan pada bangunan. Bagi manusia, kestrel juga bisa dijinakkan untuk keperluan olahraga berburu memakai elang (falconry).

Kestrel memiliki perilaku & kemampuan berburu yang unik. Berbeda dengan burung pemangsa lain yang selalu bergerak ke suatu arah saat terbang, kestrel bisa melayang tak bergerak di udara (dikenal sebagai “kiting” atau terbang seperti layangan). Perilaku terbang tersebut dilakukannya supaya bisa mendapat pandangan lebih luas & lebih jelas saat mencari mangsanya. Sebagai tambahan, kestrel juga bisa melihat sinar ultraviolet jarak dekat sehingga ketika melihat air seni mangsanya, air seni itu tampak “bercahaya” di matanya & memudahkannya untuk menemukan jejak mangsanya. Cara berburu lainnya yang lebih jarang dilakukannya adalah terbang rendah di atas tanah sambil bersiaga jika menemukan mangsa di jalurnya.

Makanan kestrel sangatlah bervariasi, mulai dari Arthropoda besar, kodok, kelelawar, hingga mamalia kecil macam tikus tanah. Di antara sekian banyak pilihan mangsa tersebut, mamalia kecil adalah favoritnya. Ketika berhasil menemukan mangsanya, kestrel segera terbang menukik dengan cepat ke arah mangsanya dengan sedikit melipat sayap untuk menambah kecepatannya, lalu menyergapnya dengan bantuan paruh & cakarnya yang tajam. Dalam situasi di mana makanan melimpah, kestrel juga menyimpan mangsa yang ditangkapnya untuk dimakan di lain waktu. Karena kestrel memakan hewan-hewan pengerat yang merusak tanaman, kestrel berperan sangat penting dalam menjaga ekosistem wilayah setempat & mengontrol populasi hewan-hewan pengerat tersebut.

Tidak seperti burung pemburu lain, kestrel memiliki seksual dimorfisme (perbedaan fisik antar kelamin) di mana betina berukuran lebih besar & memiliki corak kehitaman yang lebih banyak dibanding pejantan. Ketika musim kawin tiba yang biasanya berlangsung pada musim semi atau panas waktu setempat, burung kestrel menjadi lebih berisik & saling memanggil pasangannya dengan bunyinya yang khas. Di musim kawin pula, pejantan menjadi lebih aktif & betina menjadi lebih “malas” karena lebih banyak berdiam di sarangnya. Untuk membujuk betinanya agar mau kawin, kestrel jantan akan membawakan mangsa yang sudah ditangkapnya untuk diberikan pada calon pasangannya.

Anak burung kestrel. (Sumber)
Kestel yang sudah kawin tidak membuat sarang, melainkan hanya menaruh telur-telurnya pada cekungan batu. Kestrel merupakan monogami yang pada periode kawin hanya akan hidup dengan seekor pasangan. Baik jantan maupun betina ikut terlibat dalam menjaga & membesarkan anak-anaknya. Telur yang dikeluarkan kestrel betina biasanya antara 3 - 7 butir yang akan menetas setelah dierami selama kurang lebih satu bulan.

Anakan kestrel lalu dirawat oleh kedua orang tuanya hingga mandiri pada usia 8 minggu & pada tahun berikutnya, ia sudah bisa bereproduksi. Seekor kestrel bisa mencapai ukuran panjang hampir 40 cm dengan berat maksimal 300 gram lebih. Usia maksimal kestrel menurut para ahli adalah 16 tahun, namun di alam liar usia rata-rata mereka hanya 2 tahun akibat berbagai faktor seperti kesulitan mendapatkan makanan, polusi lingkungan, kecelakaan, & diburu oleh pemangsanya saat masih berusia muda.