Apa yang anda ketahui tentang biografi Plato?

Plato

Plato merupakan salah satu filosofer paling terkenal. Bagaimana biografi Plato ?

Tempat dan tahun kelahiran Plato sesungguhnya tidak diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan Plato lahir di Athena, ada juga yang mengatakan ia lahir di Aegina. Demikian juga dengan tahun kelahirannya, ada yang mengatakan ia lahir pada tahun 428 SM, ada juga yang mengatakan ia lahir pada tahun 427 SM.

Yang pasti ialah Plato lahir dalam suatu keluarga aristokrat Athena yang turun-temurun memiliki peranan yang amat penting dalam kehidupan politik Athena. Ayahnya bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar tahun 1068 SM yang sangat dikagumi rakyatnya oleh karena kecakapan dan kebijaksanaannya memerintah negeri Athena.

Dikabarkan Ariston adalah tetesan dewa Poseidon. Ibunya bernama Periktione keturunan Solon tokoh legendaris dan negarawan agung Athena.

Nama Plato yang sebenarnya ialah Aristokles, karena dahinya dan bahunya yang amat lebar, ia memperoleh julukan Plato (bahasa Yunani platos = lebarnya) dari seorang pelatih senamnya. Julukan itu begitu cepat populer dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama resmi yang diabadikannya lewat seluruh karyanya.

Semasa kecil Plato sudah mendapatkan pelajaran menggambar dan melukis, di samping pelajaran musik dan puisi. Sebelum beranjak dewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Sebagaimana kebiasaan anak-anak dimasa itu Plato mendapatkan pendidikan dari guru-guru filsafat. Pelajaran filsafat pertama kali dikenalnya melalui Kratylos, murid Herakleitos.

Selanjutnya sejak berumur 20 tahun ia mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Socrates sangat mendalam pada dirinya. Ia menjadi murid Socrates yang setia, dan sampai akhir hayatnya Socrates tetap menjadi pujaannya.

Plato lahir ketika puncak kejayaan pemerintahan demokratis Athena yang berada di bawah pimpinan Perincles baru saja berlalu. Ia dilahirkan dan tumbuh menjadi dewasa pada saat perang Peloponesos sedang berkobar. Ia menyaksikan kekalahan Athena dalam perang Peloponesos itu pada tahun 404 SM. Bagi Plato, kekalahan Athena itu merupakan akibat dari ketidakmampuan sistem demokratis untuk memenuhi kebutuhan rakyat di bidang politik, moral dan spiritual.

Kekalahan Athena telah merangsang semangat plato untuk menempuh karir politik, apalagi ketika terbentuk pemerintahan “oligarkis-aristokratis” yang dikenal dengan nama “kelompok tiga puluh tyrannoi”. Kelompok ini hanya berkuasa selama 8 bulan di Athena, dan setelah itu golongan demokratis kembali memerintah Athena. Hal ini membawa harapan baru bagi seluruh rakyat Athena, termasuk Plato dan gurunya, Socrates.

Cita-cita dan ambisi Plato menjadi seorang politikus akhirnya padam, setelah kematian gurunya, Socrates. Socrates ditangkap dengan tuduhan merusak dan meracuni para pemuda dan mengembangkan ajaran baru di Athena, yang akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah demokratis waktu itu.

Plato melihat adanya ketidakberesan sistem pemerintahan yang ada pada masa itu dan moralitas para penguasa yang sangat bobrok. Menurut Plato pemerintahan suatu negara akan menjadi baik apabila kekuasaan dalam negara diserahkan kepada para filsuf. Hanya para filsuflah yang paling tepat menjadi raja, atau raja harus menguasai filsafat, barulah suatu pemerintahan akan berhasil membebaskan rakyatnya dari segala bentuk kesengsaraan dan duka nestapa.

Plato

Setelah kematian Socrates, Plato banyak melakukan pengembaraan dari suatu negeri ke negeri lain, di antaranya ke Italia dan Sisilia. Pada saat kembali dari pengembaraannya, Plato mendirikan sekolah “Akademi” (dekat kuil pahlawan Akademos). Maksud Plato mendirikan sekolah itu untuk memberikan pendidikan yang intensif dalam ilmu pengetahuan dan filsafat.12 Di tempat itulah Plato, sejak berumur 40 tahun sampai meninggalnya pada usia 80 tahun, mengajarkan filsafatnya dan mengarang tulisan-tulisan yang tersohor sepanjang masa.

Tulisan-tulisan Plato yang berjumlah lebih dari 30 tulisan mengandung keindahan dan kemurnian. Karya-karya Plato memakai bentuk sastra yang dinamakan dialog yang terdiri dari percakapan- percakapan antara dua orang atau lebih mengenai ide yang penting atau ideal. Tulisan-tulisannya yang permulaan mungkin mencerminkan pandangan Socrates secara langsung. Akan tetapi dalam tulisan-tulisan yang kemudian, pelaku yang dinamakan Socrates adalah jawaban dari sikap filsafat Plato sendiri.

Karya-karyanya yang sangat dikenal diantaranya adalah: Apology dan Crito, yang keduanya membicarakan tentang peradilan Socrates dan percakapan-percakapannya yang terakhir;

  • Euthyphro membicarakan tentang kesalehan ( piety );
  • Phaedo memusatkan pembicaraan “Idea of the Good” ;
  • The Republic , karangan terbaik Plato yang membicarakan tentang keadilan dan negara ideal.

Referensi :

  • J.H. Rapar, Filsafat Politik Plato , (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), Cet. ke-3
  • Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1996), Cet. ke-3
  • Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), Cet. ke- 9.
  • Harold H. Titus, et.al ., Living Issues in Philosophy, diterjemahkan oleh M. Rasjidi dengan judul Persoalan-persoalan Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), Cet. ke-1.

Plato lahir pada tahun 428/7 SM dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston1 seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar 1068 SM yang sangat dikagumi rakyatnya oleh karena kecakapan dan kebijaksanaannya memerintah Athena, dan ibunya bernama Priktione. Keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena yang hidup sekitar seratus tahun lebih awal dari Priktione.

Sesudah Ariston meninggal, Priktione dinikahi pamannya yang bernama Pyrilampes. Plato meninggal di Athena pada tahun 347 SM dalam usia 80 thun. Plato berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Sebuah keluarga bangsawan Athena yang kaya raya, yang hidup ketika Yunani menjadi pusat kebudayaan besar selama empat abad. Generasi orang tua dan kakeknya sudah hidup selama setengah abad kebangkitan Athena menuju kebesaran dan kekuasaannya yang paling hebat, dan secara langsung keluarga Plato terlibat aktif dalam kehidupan politik di kotanya.

Masa keemasan Athena, masa Pericles, yang bertahan antara 445-431 SM muncul sebagai citra kesempurnaan dalam kehidupan peradaban manusia. Bisa dikatakan bahwa dunia Barat telah memiliki kisah cinta yang panjang dengan Athena, sebagai teladan dan model, dibandingkan kota-kota lain dalam sejarah manusia, kecuali mungkin Yerusalem. Hubungan dengan Yerusalem di sini bukan sebagai kota ideal, melainkan hanya dalam hal penghargaan kepada orang besar yang hidup di Yerusalem dan kejadian-kejadian suci di sana. Kenapa Athena dianggap kota kuno yang memiliki kisah cinta yang panjang? Athena adalah teladan demokrasi pertama, Athena adalah kota yang dianugrahi keunggulan pikiran dan tubuh manusia, filsafat, seni dan ilmu pengetahuan, serta berseminya seni kehidupan. Plato pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang Negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengkuti jalan hidup yang diinginkannya itu.

Nama Plato yang sebenarnya ialah Aristokles, kemudian ia diberi nama baru oleh guru pelatih senamnya “Plato”. Plato dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda “platos” (kelebarannya/lebarnya) yang dibentuk dari kata sifat “platus” yang berarti (lebar). Dengan demikian, nama “Plato” berarti " si lebar ". Julukan yang diberikan pelatih senamnya itu begitu cepat populer dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama resmi yang diabadikannya lewat seluruh karyanya. Plato memperoleh nama baru itu berhubungan dengan bahunya yang lebar, sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap. Raut mukanya, tubuh serta parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya. Tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjukkan seolah-olah Plato mau mengisi dunia ini dengan cita-citanya.

Kata-kata bijak Plato

Pendidikan Plato


Pelajaran yang diperoleh ketika masa kecilnya, selain pelajaran umum ialah menggambar dan menulis, disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelum dewasa Plato sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya murid Herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di kalbu anak Aristokrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya. Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates semakin mendalam padanya. Plato menjadi murid Sokrates yang setia, sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Bahkan segala karyanya seolah-olah merupakan monumen yang sengaja dibangun untuk gurunya.

Tak lama sesudah Sokrates meninggal, Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan Plato mengembara 12 tahun lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Mula-mula Plato pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofnya. Beberapa lama ia di sana, tidak diketahui betul. Ada cerita yang mengatakan, bahwa Plato di situ mengarang beberapa dialog, mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran Sokrates.

Dari Megara ia pergi ke Kyrene, di mana ia memperdalam pengetahuannya tentang matematika pada seorang guru ilmu itu yang bernama Theodoros. Di sana Plato juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku-buku. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di pulau Sisilia, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran yang bernama Dionysios. Dionysios mengajak Plato di istananya. Plato merasa bangga. Di antara orang-orang yang mengelilinginya terdapat pujangga yang tersohor namanya. Di situ Plato belajar kenal dengan ipar raja Dionysios yang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Di antara mereka terdapat kata sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinya, agar tercapai perbaikan sosial. Seolah-olah terasa oleh Plato, bahwa suatu kesempatan yang baik sudah datang baginya untuk melaksanakan teorinya tentang pemerintahan yang baik dalam praktik. Sudah lama tertanam dalam kalbunya, bahwa kesengsaraan di dunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja atau raja-raja menjadi filosof. Tetapi ajaran Plato yang dititik beratkan kepada pengertian moral dalam segala perbuatan, lambat laun menjemukan Dionysios.

Plato dituduh berbahaya bagi kerajaannya karena pemikiran-pemikirannya, yang kemudian Plato disuruh ditangkap dan dijual sebagai budak. Nasib yang baik bagi Plato, di pasar budak ia dikenal oleh seorang muridnya, Annikeris dan ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut Plato di Athena. Mereka bersama-sama mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang dibayar oleh Annikeris. Tetapi ia menolaknya dengan kata-kata: “bukan tuan-tuan saja yang mempunyai hak untuk memelihara seorang Plato.” Akhirnya uang yang terkumpul itu digunakan untuk membeli sebidang tanah yang diserahkan kepada Plato untuk dijadikan lingkungan sekolah tempat ia mengajarkan filosofinya. Di situ didirikan rumah sekolah dan pondok-pondok yang dihiasi sekitarnya dengan kebun yang indah. Tempat itu diberi nama “AKADEMIA”. Nama ini dipilih karena halamannya dekat dengan kuil yang didedikasikan kepada pahlawan yang bernama Akademos. Sekolah ini dirancangkannya sebagai pusat penyelidikan ilmiah. Pendirian suatu sekolah sebetulnya tidak merupakan sesuatu yang baru di Athena pada waktu itu, sebab tidak lama sebelumnya sudah ada sekolah yang diadakan oleh Sokrates. “Akademia” didirikan pada tahun 385 SM. Semua ilmu yang diajarkan oleh Plato di Akademia selama kira-kira 40 tahun itu diberi nama “filsafat”. Di situlah Plato, sejak berumur 40 tahun, pada tahun 387 SM sampai meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan filosofinya dan mengarang tulisan-tulisan yang tersohor sepanjang masa.

Cara Plato mengajar ialah berjalan-jalan di kebun, juga dalam mengajar seperti itu ia teruskan sistim dialog, tanya-jawab, seperti yang dikemukakan oleh Sokrates. Terkadang pada sekelompok murid dikemukakannya suatu soal yang akan dipecah bersama-sama, dan dilakukan tanya-jawab bersama mereka. Plato berjalan ke kelompok lain dengan mengemukakan pula sebuah soal yang harus mereka perbincangkan bersama-sama. Akhirnya Plato kembali kepada kelompok yang pertama untuk mendengar jawaban mereka atas soal yang diajukan tadi. Demikianlah seterusnya ia berkeliling.

Memberi uraian dan mengajar filosofi berdasarkan dialog, tanya-jawab, adalah kerja Plato yang terutama di Akademia itu. Hanya dalam waktu luang ia mencurahkan pikirannya pada karang-mengarang tentang berbagai masalah, yang ditinggalkannya berupa tulisan. Pada tahun 367 SM setelah Plato 20 tahun menetap di Akademia, diterimanya undangan dan desakan dari Dion untuk datang ke Sirakusa. Dionysios yang jahat sudah meninggal, Ia digantikan sebagai raja oleh anaknya dengan nama Dionysios II. Dion berharap, supaya Plato dapat mendidik dan mengajarkan kepada raja yang masih muda itu “pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato.” Tertarik oleh cita-citanya untuk melaksanakan teori pemerintahannya di dalam praktik, Plato berangkat ke Sirakusa. Plato disambut oleh raja dengan gembira. Tetapi bagi raja, filosofi tidak begitu menarik dalam intrigue, fitnah dan hasutan merajalela dalam istana itu. Akhirnya Dion dibenci oleh raja dan dibuang ke luar Sisilia. Segala ikhtiar Plato untuk membelanya tidak berhasil. Plato sendiri dengan bersusah payah baru dapat kembali ke Athena.

Intrigue adalah ketertarikan terhadap sesuatu. Hampir sama dengan interest.

Enam tahun kemudian, pada tahun 361 SM hati Plato terpikat lagi untuk datang ketiga kalinya ke Sirakusa. Raja Dionysios II memandang sebagai suatu kehormatan, apabila seorang filosof yang begitu kesohor berada di dalam istananya, dengan maksud itu diundangnya Plato datang ke Sirakusa. Plato datang ke Sirakusa dengan niat untuk mendamaikan pertentangan antara Dionysios II dengan sahabatnya Dion dan berusaha supaya dia boleh pulang kembali ke Sirakusa, tetapi maksudnya itu tidak berhasil. Harapannya untuk mencoba sekali lagi melaksanakan cita-citanya tentang pemerintahan yang baik dalam praktik gagal sama sekali. Dengan kesabaran hati seorang filosof Plato kembali ke Athena. Sejak itu Plato memusatkan perhatiannya pada akademia sebagai guru dan pengarang.

Tatkala seorang muridnya merayakan perkawinan, Plato yang sudah berumur 80 tahun datang pada malam perjamuan itu. Plato turut riang dan gembira. Setelah agak larut malam, ia mengundurkan diri, dan tidur di suatu sudut yang sepi dalam rumah itu. Di sana Plato tertidur dan tidur untuk selama-lamanya dengan tiada bangkit lagi. Esok harinya seluruh Athena mengantarkannya ke kubur.

Plato tidak pernah kawin dan tidak punya anak. Kemenakannya Speusippos menggantikannya mengurus Akademia.

Kata-kata bijak Plato

Guru-guru Plato


Berikut ini adalah daftar guru-guru Plato selama hidupnya,

  • Pyrilampes
    Guru pertama Plato adalah Pyrilampes, Plato dididik dan dibesarkan oleh pyrilampes ayah tirinya, pyrilampes adalah seorang politikus yang termasuk kalangan perikles.

  • Kritias
    Kritias lebih muda dari Sokrates. Ia berasal dari Athena dan memainkan peran penting dalam politik kota itu. Titik ajaran Kritias yang harus disebut di sini ialah pendapat tentang agama. Ia beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa Negara yang cerdik. Kebanyakan pelanggaran dapat disiksa menurut hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tersembunyi saja dan tidak diketahui oleh umum. Sebab itu penguasa-penguasa menemukan dewa-dewa yang dipercayainya akan membalas juga pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.

  • Krathylos
    Sebelum Plato belajar filsafat kepada Sokrates ia belajar filsafat kepada Kratylos, Kratylos adalah seorang filosof yang meneruskan ajaran Herakleitos, Kratylos berpendapat bahwa dunia kita berada dalam perubahan terus-menerus, sehingga pengenalan tidak mungkin, karena suatu nama pun tidak dapat diberikan kepada benda-benda, dan mesti mengakui bahwa pengenalan memang mengandaikan bahwa suatu objek mempunyai stabilitas tertentu.

  • Sokrates
    Seorang yang dianggap Plato sebagai guru utama yang ide-idenya harus dipertahankan dan diabadikan, pengaruh mendalam Sokrates terhadap Plato bisa dilihat dari peran utama bagi tokoh ini dalam dialog-dialognya. Didalam ajaran filsafat, tidak ada filsuf yang begitu ramai dibicarakan seperti Sokrates. berbagai macam anggapan telah dikemukakan tentang kepribadian dan ajarannya. Dua anggapan yang paling ekstrim ialah di satu sisi bahwa sokrates dianggap sebagai filsuf terbesar yang pernah hidup di bumi ini dan di lain pihak sokrates sama sekali bukan merupakan seorang filsuf, walaupun melalui Plato ia sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran filsafat.

  • Theodoros
    Dalam pengembaraan ke kyrene Plato mempelajari ilmu pasti kepada Theodoros, dan secara legal formal Theodoros merupakan guru terakhir Plato.

Karya-karya Plato


Dapat disimpulkan, bahwa karya-karya Plato terdapat dalam dialog-dialog. Dialog-dialog Plato tersebut dapat dibagi atas tiga periode:

  • Apologia, Krition, Eutyphron, Lakhes, Kharmides, Lysis, Hippias, Minor, Menon, Gorgias, Protagoras, Euthydemos, Kratylos, Phaidon, Symposion. (beberapa ahli menyangka bahwa salah satu dari dialog-dialog ini sudah ditulis sebelum kematian Sokrates, tetapi kebanyakan berpikir bahwa dialog pertama ditulis tidak lama sesudah kematian Sokrates).

  • Politeia, Phaidros, Parmanides, Theaitetos. ( Theaitetos dan Parmanides ditulis tidak lama sebelum perjalanan kedua ke Sisilia, thun 367).

  • Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi, (dialog-dialog ini ditulis sesudah perjalanan ketiga ke Sisilia, ketika urusannya dengan kesulitan-kesulitan politik di Sisilia sudah selesai).

Kata-kata bijak Plato

Pemikiran Plato


Berikut pemikiran-pemikiran Plato, secara singkat, tentang beberapa hal,

  • Pemikiran Plato Tentang Manusia
    Ajaran Plato tentang Manusia tak lekang dari dualisme yang memerangkap idealismenya. Seperti yang sebelumnya diajarkan oleh Pythagoras, Plato juga memandang bahwa manusia itu terdiri atas roh dan badan. Di satu pihak manusia adalah eksistensi yang immaterial, abadi, dan tak berubah. Sementara di sisi lain manusia adalah badan yang terperangkap dalam empiri yang berubah-ubah dan bisa lenyap.

  • Pemikiran Plato Tentang Ide
    Intisari dari filosofi Plato ialah pendapatnya tentang idea. Itu adalah suatu ajaran yang sangat sulit dipahami. Salah satu sebab ialah bahwa pahamnya tentang idea bagai teori logika. Kemudian meluas menjadi pandangan hidup, menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik sosial dan mencakup pandangan agama.

  • Pemikiran Plato Tentang Etika
    Etika Plato bersifat intelektuil dan rasional. Dasar ajarannya ialah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian. Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu di dunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan.

  • Pemikiran Plato Tentang Negara Ideal dan Politik
    Dalam buku Republik yang menjadi tujuan hidup Plato tergambar pendapatnya tentang pembinaan negara, masyarakat dan pendidikan. Peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus kepentingan umum “kata Plato” tidak boleh diputus oleh kemauan atau pendapat orang-orang atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian. Dari ajaran itu datanglah keyakinan, bahwa pemerintah harus dipimpin oleh idea yang tertinggi, yaitu ide kebaikan.

    Ajaran politik Plato mengumpamakan suatu negara ideal yang mendekati utopia. Hasrat manusia untuk bernegara tidak lahir dari dorongan untuk membangun negara, melainkan dari kelemahan yang memaksanya untuk hidup secara kolektif. Namun kehidupan seperti itu membutuhkan manajemen yang bertujuan untuk menjamin pengadaan serta distribusi bahan-bahan kebutuhan hidup ( ekonomi ). Akhirnya tidak terhindarkan kalai masyarakat bertumpu pada pembagian kerja secara profesional. Jika proses itu berlangsung sukses pada semua lapisan masyarakat, maka muncul kebutuhan akan kekayaan dan akan ekspansi yang pada akhirnya bermuara dalam perang. Dengan demikian, masyarakat perlu dipimpin oleh raja-raja filsuf yang gemar menampakkan kebenaran.

Referensi :

  • Palto, Jalan Menuju Pengetahuan Yang Benar , Yogyakarta: Kanisius, cet. 7, 2002
  • K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius, 1976
  • J.H Rapar, Filsafat Politik Plato, Jakarta: Rajawali, 1988
  • Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tinta Mas, cet. 3, 1986
  • David Melling, Jejak Langkah Pemikiran Plato, Jogjakarta: Bentang Budaya, 2002
  • T.Z. Lavine, Dari Socrates Ke Sartre, Yogyakarta: Jendela, 2002
  • Budiono Kusumohamidjojo, FIlsafat Yunani Klasik Relevansi Untuk Abad XXI, Yogyakarta: Jalasutra, 2013, hlm. 184-185
  • Muhammad Subkhan, Konsep Persahabatan Menurut Pandangan al-Ghazali dan Plato, Semarang: Skripsi Fak Ushuluddin, 2011

Plato merupakan salah seorang filosof Yunani terbesar, dilahirkan di Athena (Aegina) sekitar tahun 428/7 SM. Bapaknya beruama Ariston dan ibunya Perictione (keturunan aristokrat Yunani). Sedangkan saudara ibunyaa. Charmides, maupun kemenakannya Cristias merupakan tokoh aristokrat juga di masa itu (Tahun 404-403 ) (F. Copleston, 1945. D.D. Runes, 1971; Russel, 1945).

Di samping sebagai filosof, Plato juga dikenal sebagai penikir politik, hal ini boleh jadi karena keluarga Plato memiliki banyak hubungan dengan kaum elite politik terutama yang tergabung dalam kelompok 30 Tyrannoi (Thirfy Tyrants). Belakangan, naluri politik Plato semakin memudar dan lebih menekuni secara intens tentang filsafat, lebih-lebih setelah peristiwa kematian gurunya -Socrates- yang dibunuh oleh rezim penguasa ketika itu. Plato beranggapan bahwa rezim poiitik cenderung arogan. Sejak itu pula Plato melahirkan gagasan tentang pentingnya seorang filosof tampil sebagai penguasa yang ideal (K. Bertens, 1988; Rahman Zainuddin. 1992).

Plato, di masa mudanya sangat menyenangi dunia lukis dan gambar. Plato juga menekuni pemikiran filsafat dari Kratylos (rnurid dari Herakleitos) yang meyakini bahwa “semua yang ada itu mengalir” bagaikan air. Sejak umur dua puluh tahun, ia aktif mengikuti halaqah Socrates (Socratic Cyrcle). Itulah sebabnva dalam berbagai karya dialogis Plato, Socrates ditampilkan sebagai figur utama. Ketika itu Socrates memang muncul sebagai juru bicara masyarakat di Athena, khususnya yang berkaitan dengan perbincangan demokrasi. Dalam karyanya, Plato mampu meramu puisi, ilmu, seni dan filsafat menjadi suatu karya yang indah.

Pada tahun 399-387 SM (selama l2 tahun) Plato pergi mengembara ke Megara serta mendapatkan siraman filosofis dari gurunya Euklides. Lalu ke Kyrena mendalami ilmu matematika dari Theodoros. Selanjutnya, Plato pergi ke Sirakusa (Sisilia) tempat seorang raja tiran bernama Dionysios dan ia bertemu dengan Dion (Ipar raja Dionysios). Plato dan Dion bersepakat untuk ‘mencerahkan’ raja Dionysis agar lebih demokatis dalam memerintah. Tetapi Plato malah dicurigai lalu ditangkap oleh raja serta dijual ke pasar budak.

Oleh salah seorang bekas murid Plato, Annikeris bersama teman-temannya, Plato diselamatkan. Belakangan Annikeriscs mengumpulkan dana dan kelak dana tersebut untuk membiayai berdirinya lembaga Akademia tempat Plato mengabdikan ilmunya. Di Akademia, Plato mengajar dengan menggunakan pendekatan dialog, tanya-jawab dan di waku senggang dia menulis. Pada tahun 367 SM, setelah Plato 20 tahun menetap di Akademia, Dion mengundangnya datang ke Sirakusa untuk membimbing Dionysios II tentang “pandangan filosofi mengenai kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato”. Namun raja rupanya kurang tertarik dengan filsafat, Plato pun mendapat fitnah dari kalangan istana. Dion dibuang, dan Plato akhimya kembali lagi ke Akademia. Tahun 361 SM Plato kembali lagi ke Sirakusa untuk mendamaikan antara Dion dan Dionysios II, tetapi gagal. Plato kembali lagi ke Athena sampai usianya ke-80 tahun i34817 SM (Hatta, 1980).

Di lembaga Akademia tersebut Plato mengajarkan dan mengembangkan kajian matematika dan filsafat. Berbagai akumulasi pemikiran filosofis yang diperoleh dan dikembangkan di kemudian hari merupakan hasil interaksi filosofis dari berbagai lawatannya di kawasan Yunani, Italia, Sisilia dan Mesir. Pengalaman safari di atas dimanfaatkan Plato untuk menghirup nikmatnya udara intelektual a la Flthagoreanisme, Herakleitanisme, Eleatisisme, maupun berbagai pemikiran filsafat pra-Socrates lainnya. (D.D. Runes l97l).

Walaupun Plato telah mengembangkan kajian ilmiah, tetapi ilmu-ilmu yang berkembang ketika itu masih bersifat kompilatif, belum ada pembidangan secara spesifik seperti dewasa ini. Kalau kita baca karangan Plato; filsafat, politik, pendidikan, etika dan lain-lain masih bersifat menyatu, karena masa itu adalah masa filsafat yang mencakup semua ilmu (Deliar Noer, 1983).

Kata-kata Bijak

Karya-Karya Plato


Adapun karya-karya Plato diperkirakan sebanyak 36 karya, enam di antaranya dianggap tidak otentik (ditolak); Alcibiades II, Hipparchus, Amatores atau Rivales, Theages, Clithopon, Minus. Sedangkan enam lainnya otentisitas karya-karya Plato masih dipersoalkan; Alcibiades I, Ion, Menexenus, Hippias Maior, Epinomis, Epistles. Dari ke-36 karya di atas, hanya 24 karya yang dianggap genuine dari Plato sendiri (F. Copleston,1945).

Adapun kronologi penulisan karya-karya tersebut baik juga diketahui untuk melihat sejauh mana arah pemikiran Plato. Pemikiran atau anggapan-anggapan Plato pada harituanya tidak sama dengan pendirian-pendiriannya lima puluh tahun sebelumnya ketika ia masih tampil sebagai sastrawan (Bertens, 1988).

Tantang karya-karya Plato di atas dapat dilihat dalam empat periode:

Periode Socrates

Berikut karya-karya Plato pada periode Socrates :

  1. Apology (pembelaan Socrates di pengadilan terhadap dirinya).
  2. Crito (Socrates dipandang sebagai warga negara yang baik walaupun ia dihukum karena sebab kedengkian orang terhadapnva, Socrates tetap ingin menunjukkan bahwa dirinya senantiasa taat terhadap peraturan. Ia berpegang teguh pada prinsipnya serta tidak terpengaruh dengan godaan materi).
  3. Euthyphron (Socrates berhadapar dengan tindak kejahatan atas dirinya).
  4. Laches (telrtang keberan ian).
  5. Ion (perlawarran terhadap para peul,air dan musikus).
  6. Protagoras (kebijakan adalah pengetahuan yang dapat diajarkan).
  7. Charmides (tentang kesederhanaan).
  8. Lysis (tentang persahabatan).
  9. Republic (buku I tentang keadilan).

Karya Apology dan Crito jelas sekali ditulis pada masa-masa paling awal. Sedangkan karya lainnya dalam kelontpok di atas kenrungkinan disusun sebelurn kembalinya Plato dari perjalanal ke Sisilia yang pertama di tahun 388/7 (F Copleston, 1945). Keseluruhan karya dialogis pada periode Socrates ini, pemikiran Plato masih banyak dipengaruhi atau berpegang pada mazhab gurunya (Socrates). Spesifiksi pemikiran Plato an sich belum begitu menonjol. (Hafta. 1980).

Periode transisi

Berikut karya-karya Plato pada periode transisi :

  1. Gorgias (tentang aktivitas para politisi atau tentang kebenaran di tangan para penguasa berhadapan dengan para filosof, atau tentang keadilan dan semua sarana yang melingkupinya).
  2. Meno (kemampuan mengajarkan kebajikan dikoreksi oleh pandangan tentang teori Ideal).
  3. Euthydenrus (kecaman atas kesalahan-kesalahan logika para sophis).
  4. Hippias I (tentang keindahan)
  5. Heppias II (mana yang lebih baik antara melakukan kesalahal secara sengaja atau tidak di sengaja).
  6. Cratylus (tentarg teori bahasa).
  7. Menexenus (tentang tiruan yang mengejek dalam retorika).

Berbagai karya dialogis pada periode transisi ini kemungkinan besar disusun sebelum perjalanan Plato yang pertama ke Sisilia, namun Praechter beranggapan bahwa The Menexenus merupakan karya yang disusun sesudah perjalanan dimaksud (F. Copleston, 1945). Dalam masa peralihan ini perkembangan pemikiran Plato sudah mulai tampak. Ia sudah keluar dari mazhab Socrates. Pada ajaran Socrates tentang ‘pengertian’, ia menghubungkan dengan pendapat filsuf sebelumnya, terutama pendirian Orfisisme dan Pythagoras. Dalam beberapa dilalog tergambar pendapat Plato tentang hidup pra-eksistensi dan tantang jiwa hidup yang abadi. Tampak pula, pada periode ini, awal pemikirannya tentang 'idea", yang kelak menjadi dasar pemikiran filosofisnya. (Hatta. 1980).

Periode Kematangan Plato

  1. Symposium (semua keindahan fisikal merupakan bayangan dari keindahan dunia idea).
  2. Phaedo (teotang ldea-idea dan Keabdian).
  3. Republic (tentang negara, berkaitan dengan dualisme metafisik).
  4. Phaedrus (sifat cinta, berbagai kemungkinan dalan retorika filusuf. Tiga pembagian tentang jiwva sebagaimana dalam Republic.)

Karya-karya dialogis ini kemungkinan sekali disusun antara masa perjalanan Plato ke Sisilia yang pertama dan kedua (F. copleston, 1945).
Pada masa ini, ajaran idea menjadi tema sentral pemikrran Plato. Penulisan tentang negara yang sudah dimulai pada masa mudanya diakhiri atau diselesaikan di masa ini (Hatta, l980).

Karya yang Ditulis di Masa Tua

  1. Theaetetus (pengetahuan yang benar tidak bisa diperoleh dengan persepsi inderawi).
  2. Parmenides (mempertahankan teori Ideal dalam melawan kritisisme).
  3. Sophistes (teori tentang idea tersusun).
  4. Politicus (aturan yang benar adalah sang penguasa yang mengerti. Negara yang sah adalah bersifat sementara).
  5. Philebus (hubungan kesenangan dengan kebaikan).
  6. Temaeus (ilmu alam).
  7. Cirtias (negara agraris yang ideal kontradiksi dengan kekuatan Atlantis yang imperiaiistik).
  8. Laws dan Epinomis (Plato membuat beberapa konsesi demi terwujudnya kehidupan, sebagai modifikasi dari Utopianisme seperti yang terdapat dalam karya republik).
  9. Surat-surat tujuh dan delapan ditulis sesudah meninggalnya - sahabat plato - Dion tahun 151 SM (F. Copleston. 1945).

Pada periode initerdapat perubahan yang jelas dalam karya-karya plato. Pembahasan tentang idea dikurangi, sedangkan soal-soal logika dan kosmologi mendapat perhatian besar (Hatta, 1980). Perlu dimaklurni bahwa Plato tidak menuliskan karya-karyanya secara sistematis seperti laiknya risalah ilmiah, melainkan hanya berupa kumpulan hasil dialog intelektual belaka, kecuali karya Plato "Surat-surat (Letters) dan Apologia. Mengapa demikian? Jawabannya paling tidak ada dua argumentasi;

  • Pertama, karena kuatnya pengaruh gurunya (Socrates) yang hanya memiliki tradisi tanya-jawab (dialog), bukan tradisi mengajar secara sistematis.

  • Kedua, menurut Plato, filsafat menurut sifat dasarnya adalah upaya yang dialogis. Philo-Shopia yang bermakna mencari kebijaksanaan atau kebenaran sebaiknya dilakukan bersama-sama dalam sebuah pertemuan yang dialogis.

Filsafat seolah-olah merupakan suatu drama yang hidup, yang tidak pernah selesai, tetapi selalu harus dimulai kembali. Sebenarnya Plato enggan untuk menuliskan pikiran-pikirannya. Pena dan tinta, menurut Plato, akan membekukan pemikiran yang sejati. Dan kalau kita meminta keterangan pada suatu naskah, maka hurufnya tetap membisu belaka. Kalau pun ingin dituliskan juga, dialog merupakan bentuk sastra yang paling cocok untuk dapat menyimpan sifat hidup pemikiran filosofis (K. Bertens, 1988).

Referensi :

  • Runes, D.D. (1911), Dictionary of Philosophy, Littlefield, Adams & Co , Totowa, New Jersey
  • Russel, Bertrand (1945), History of Western Philosophy, Unwin Universily Books.
  • Sumaryono, E (1993), Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, Kanisius, Yogyakarta
  • Hatta, Mohammad (1980), Alam Pikiran Yunani, Tintamas, Jakarta
  • Bertens, K., (1988), Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius, Yogayakarta.
  • Copleston, Frederick, (1945), A History of Philosophy, Vol-l: Greece and Rome, Search press, London