Kemampuan berpikir analitik dalam taksonomi Bloom termasuk pada proses berpikir tingkat tinggi, yaitu berada pada kategori C-4, dengan klasifikasi proses kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Menurut Djiwandono (2010), kemampuan analitik sendiri termasuk dalam Taksonomi Bloom yang selama ini dipegang sebagai pedoman dalam menyusun tingkat kerumitan pembelajaran di berbagai tingkat dan untuk berbagai pelajaran, sedangkan menganalisis merupakan tindakan memecah-mecah suatu gugus data menjadi beberapa bagian, kemudian mengaitkan bagian-bagian itu dalam suatu hubungan yang bermakna dan bermanfaat untuk memecahkan masalah. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Sudjana (2010), analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur yang jelas susunannya. Analisis merupakan kemampuan kognitif yang kompleks karena memanfaatkan tiga kemampuan kognitif sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Dengan analisis seseorang diharapkan mampu memilah suatu menjadi bagian- bagian yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya.
Kemampuan analitik membuat seorang siswa mampu memecah-mecah suatu soal cerita menjadi faktor-faktor yang harus dirangkaikan (ditambahkan, dikurangi, atau dibagi) untuk sampai pada jawaban final. Dalam berpikir analitik perlu dilatih kemampuan memecah informasi menjadi beberapa bagian yang kemudian dirangkai dalam satu ikatan bermakna dan fungsional. Diperlukan juga kemampuan membandingkan dan mengorganisir (Djiwandono, 2010).
Menurut Rose dan Nicholl (Marini, 2014) berpikir analitik adalah menundukkan satu situasi, masalah subjek atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis. Kemampuan berpikir analitik dapat ditinjau dari berpikir analitik dalam pemecahan masalah yaitu, mendefinisikan secara pasti apa masalah yang sebenarnya, memiliki banyak gagasan, menyingkirkan alternatif yang paling kurang efisien dan membuang pilihan-pilihan yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan pilihan (opsi) ideal dengan melihat solusi terbaik yang memenuhi kriteria yang ditetapkan, mengetahui akibat dan dampak dalam menyelesaikan masalah.
Dalam kemampuan analitik ini juga termasuk kemampuan menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti, dan merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi, tetapi baru dalam tahap analisis belum dapat menyusun. Hal ini juga diperkuat oleh Bloom yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitik menekankan pada pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus atau kecil dan mendeteksi hubungan-hubungan dan bagian-bagian tersebut dan bagian-bagian itu diorganisir.
Menurut Winarti (2015) menganalisis merupakan proses yang melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan sturktur keseluruhannya. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar menentukan potongan-potongan informasi yang relevan (membedakan), menentukan cara-cara menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan dibalik informasi tersebut (mengatribusikan).
Menurut Amer (2005), berpikir analitik sangat berguna untuk memahami bagian-bagian dari situasi, kemampuan untuk meneliti dan merinci fakta dan berpikir pada kekuatan dan kelemahannya, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Analythical thinking is a powerful thinking tool-for understanding the parts of situation, is the ability to scrutinize and break down facts and thoughts into their strengths and weaknesses.
Menurut Mayer (2002), menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana hubungan-hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
Indikator untuk mengukur kemampuan berpikir analitik yaitu:
-
Differentiating (membedakan) berarti membedakan bagian yang tidak relevan dan yang relevan atau dari bagian yang penting ke bagian yang tidak penting dari suatu materi yang diberikan.
-
Organizing (mengorganisasikan) menentukan bagaimana suatu bagian elemen tersebut cocok dan dapat berfungsi bersama-sama di dalam suatu struktur.
-
Attributing (menghubungkan) berarti menentukan inti atau menggaris bawahi suatu materi yang diberikan.