Apa yang anda ketahui tentang Berpikir Analisis?

Berfikir Analisis

Menurut kamus besar bahasa Indonesia KBBI, analisis berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).

Apa yang anda ketahui tentang Berfikir Analisis ?

Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

Oleh karena itu, Berpikir Analisis menekankan pada pendeteksian hubungan-hubungan setiap bagian yang tersusun secara sistematis.

Bloom membagi aspek analisis ke dalam tiga kategori, yaitu:

  1. Analisis Bagian (unsur), seperti melaakukan pemisalan fakta, unsur yang didefinisikan, argumen, aksioma (asumsi), dalil, hipotesis, dan kesimpulan.

  2. Analisis Hubungan (relasi), seperti menghubungkan antara unsur-unsur dari suatu sistem (struktur).

  3. Analisis sistem, seperti mampu mengenal unsur-unsur dan hubungannya dengan unsur yang terorganisirkan.

Menurut Suharsimi, proses yang dilewati dalam berfikir analisis yaitu: memperinci, mengasah diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasi, menyimpulkan, menunjukkan dan membagi. Kemampuan analisis yang dapat diukur adalah kemampuan mengidentifikasi masalah, kemampuan menggunakan konsep yang sudah diketahui dalam suatu permasalahan dan mampu menyelesaikan suatu persoalan dengan cepat.

Oleh karena itu, dalam berpikir analisis, hal-hal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

  1. Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan atau penelitian.

  2. Meramalkan atau menggambarkan kesimpulan atau putusan dari informasi yang sesuai.

  3. Mempertimbangkan validitas dari argumen dengan menggunakan berfikir deduktif dan induktif.

  4. Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan suatu masalah adalah masuk akal.

  5. Menggunakan data yang mendukung untuk menjelaskan mengapa cara yang digunakan dalam jawaban adalah benar.

Referensi :

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012…

Kemampuan berpikir analitik dalam taksonomi Bloom termasuk pada proses berpikir tingkat tinggi, yaitu berada pada kategori C-4, dengan klasifikasi proses kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Menurut Djiwandono (2010), kemampuan analitik sendiri termasuk dalam Taksonomi Bloom yang selama ini dipegang sebagai pedoman dalam menyusun tingkat kerumitan pembelajaran di berbagai tingkat dan untuk berbagai pelajaran, sedangkan menganalisis merupakan tindakan memecah-mecah suatu gugus data menjadi beberapa bagian, kemudian mengaitkan bagian-bagian itu dalam suatu hubungan yang bermakna dan bermanfaat untuk memecahkan masalah. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Sudjana (2010), analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur yang jelas susunannya. Analisis merupakan kemampuan kognitif yang kompleks karena memanfaatkan tiga kemampuan kognitif sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Dengan analisis seseorang diharapkan mampu memilah suatu menjadi bagian- bagian yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya.

Kemampuan analitik membuat seorang siswa mampu memecah-mecah suatu soal cerita menjadi faktor-faktor yang harus dirangkaikan (ditambahkan, dikurangi, atau dibagi) untuk sampai pada jawaban final. Dalam berpikir analitik perlu dilatih kemampuan memecah informasi menjadi beberapa bagian yang kemudian dirangkai dalam satu ikatan bermakna dan fungsional. Diperlukan juga kemampuan membandingkan dan mengorganisir (Djiwandono, 2010).

Menurut Rose dan Nicholl (Marini, 2014) berpikir analitik adalah menundukkan satu situasi, masalah subjek atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis. Kemampuan berpikir analitik dapat ditinjau dari berpikir analitik dalam pemecahan masalah yaitu, mendefinisikan secara pasti apa masalah yang sebenarnya, memiliki banyak gagasan, menyingkirkan alternatif yang paling kurang efisien dan membuang pilihan-pilihan yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan pilihan (opsi) ideal dengan melihat solusi terbaik yang memenuhi kriteria yang ditetapkan, mengetahui akibat dan dampak dalam menyelesaikan masalah.

Dalam kemampuan analitik ini juga termasuk kemampuan menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti, dan merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi, tetapi baru dalam tahap analisis belum dapat menyusun. Hal ini juga diperkuat oleh Bloom yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitik menekankan pada pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus atau kecil dan mendeteksi hubungan-hubungan dan bagian-bagian tersebut dan bagian-bagian itu diorganisir.

Menurut Winarti (2015) menganalisis merupakan proses yang melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan sturktur keseluruhannya. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar menentukan potongan-potongan informasi yang relevan (membedakan), menentukan cara-cara menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan dibalik informasi tersebut (mengatribusikan).

Menurut Amer (2005), berpikir analitik sangat berguna untuk memahami bagian-bagian dari situasi, kemampuan untuk meneliti dan merinci fakta dan berpikir pada kekuatan dan kelemahannya, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Analythical thinking is a powerful thinking tool-for understanding the parts of situation, is the ability to scrutinize and break down facts and thoughts into their strengths and weaknesses.

Menurut Mayer (2002), menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana hubungan-hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

Indikator untuk mengukur kemampuan berpikir analitik yaitu:

  • Differentiating (membedakan) berarti membedakan bagian yang tidak relevan dan yang relevan atau dari bagian yang penting ke bagian yang tidak penting dari suatu materi yang diberikan.

  • Organizing (mengorganisasikan) menentukan bagaimana suatu bagian elemen tersebut cocok dan dapat berfungsi bersama-sama di dalam suatu struktur.

  • Attributing (menghubungkan) berarti menentukan inti atau menggaris bawahi suatu materi yang diberikan.

Menurut Marini, kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan berpikir untuk menguraikan, memperinci, dan menganalisis informasi-informasi yang digunakan guna memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan.

Menurut Harsanto, kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan dalam menerangkan hubungan-hubungan yang ada dan mengkombinasi unsur-unsur menjadi satu kesatuan. Kemampuan berpikir analitis merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan berpikir analitis ini tidak mungkin dicapai siswa apabila siswa tersebut tidak menguasi aspek-aspek kognitif sebelumnya.

Menururt Suherman dan Sukjaya kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu masalah (soal). Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Bloom. Menurut pendapat Bloom, kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan untuk melakukan pengelolaan informasi lebih lanjut.

Feri Sulianta menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitis dimaksudkan agar seseorang cenderung berpikir logis dan mampu memilah fakta-fakta dan mampu menyelesaikan problematika atau memecahkan masalah.

Aspek-aspek berpikir analitis

Menurut Anderson & Krathwol, kemampuan berpikir analitis terdiri atas tiga aspek yakni; (1) aspek memilah, (2) aspek mengorganisasi, dan (3) aspek mengatribusi.

  1. Aspek memilah merupakan kemampuan untuk memilah atau membagi bagian dari pengetahuan antara bagian yang relevan atau tidak relevan maupun bagian yang penting atau tidak penting.
  2. Aspek mengorganisasi merupakan kemampuan untuk menentukan bagian-bagian dalam suatu pengetahuan dan mengetahui peran dari masing-masing bagian dalam membuat suatu struktur pengetahuan.
  3. Aspek mengatribusi merupakan kemampuan untuk mengungkapkan informasi yang telah diperoleh dalam bentuk kesimpulan untuk menentukan sudut pandang di balik pengetahuan.

Ciri-ciri dari kemampuan berpikir analitis

Ciri-ciri dari kemampuan berpikir analitis adalah ;

  1. Dapat memisah-misahkan suatu hubungan menjadi unsur-unsur, menghubungkan antar unsur, dan mengorganisasikan prinsip–prinsip,
  2. Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip,
  3. Dapat menentukan sifat-sifat khusus tertentu,
  4. Menentukan kualitas/kondisi,
  5. Mengetengahkan pola tata hubungan, atau sebab akibat,
  6. Mengenal pola dan prinsip -prinsip organisasi materi yang dihadapi,
  7. Menentukan dasar sudut pandangan atau kerangka acuan dari materi.

Menurut Rahmawati, ciri-ciri kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan berpikir yang didasarkan data dan fakta yang akan membantu dalam pemecahan masalah, mencari solusi berdasarkan penyebab masalahnya