Apa yang anda ketahui tentang Batu Apung?

Batu apung atau Pumis (pumice) adalah istilah tekstural untuk batuan vulkanik yang merupakan lava berbuih terpadatkan yang tersusun atas piroklastik kaca yang amat mikrovesikular dengan dinding batuan beku gunung berapi ekstrusif yang bergelembung, amat tipis dan tembus cahaya. Batu apung adalah produk umum letusan gunung (pembentukan Plinius dann ignimbrit) dan umumnya membentuk zona-zona di bagian atas lava silikat.

Batu apung banyak digunakan untuk membuat beton ringan atau yang kepadatannya rendah dan insulatif. Juga digunakan sebagai bahan penggosok, seperti pelitur, penghapus pensil, pengelupas kosmetik, dll.

Asal Terbentuknya Batu Apung

Ruang pori (dikenal sebagai vesikel) pada batu apung merupakan petunjuk bagaimana batuan tersebut dapat terbentuk. Vesikel sebenarnya merupakan gelembung gas yang terperangkap di batuan selama pendinginan cepat dari magma yang kaya akan gas. Material yang mengalami pendinginan sangat cepat tersebut menyebabkan atom-atom didalamnya tidak mampu mengatur diri untuk membentuk kristal. Inilah yang mendasari para ahli mengkategorikan batu apung sebagai mineraloid karena tersusun atas kaca vulkanik amorf.

Di bawah permukaan bumi, magma mengandung beberapa persen berat gas terlarut karena mereka berada di bawah pengaruh tekanan yang tinggi. Kondisi ini mirip dengan karbon dioksida terlarut di dalam botol tertutup minuman berkarbonasi seperti bir ataupun soda. Jika Anda mengguncang botol bir atupun soda tersebut, kemudian segera membuka botol, pelepasan tekanan secara tiba-tiba memungkinkan gas untuk keluar bercampur dengan buih/busa.

Gas yang bercampur dengan magma akan keluar melalui ventilasi vulkanik dalam bentuk buih cair. Selanjutnya, buih tersebut akan cepat mendingin ketika di udara, dan jatuh kembali ke bumi sebagai potongan batu apung. Letusan gunung berapi terbesar dapat mengeluarkan sangat banyak material vulkanik. Material tersebut dapat terdiri atas berbagai ukuran, mulai dari partikel debu yang halus sampai dengan blok besar batuan se-ukuran rumah.

Manfaat Batu Apung

Harga batu apung tidak semahal batu permata, tetapi batu apung sangat banyak kegunaannya. Dalam industri cat batu apung dapat dimanfaatkan sebagai pelapis nonskid, cat sekat akustik, bahan pengisi tekstur cat, dan sebagai flattening agents. Pada industri kimia batu apung dapat digunakan sebagai media fitrasi, chemical carrier, dan pemicu korek api belerang.

Di industri logam dan plastik batu apung dapat digunakan sebagai pembersih dan pemoles, vibratory and barrel finishing, pressure blasting, electro-plating, serta pembersih gelas dan kaca. Dalam industri kosmetik dan odol batu apung digunakan sebagai pemoles dan penambal gigi, serta untuk pemerata kulit. Di industri komponder, karet dan elektronika, batu apung dapat dimanfaatkan sebagai bubuk sabun tangan, bahan penghapus, dan pembersih papan sirkit.

Batu Apung


Batu apung adalah salah satu jenis material yang berasal dari muntahan lahar
panas gunung berapi. Kemudian dilanjutkan proses pendinginan secara alami dan
terendapkan di dalam lapisan tanah selama bertahun-tahun (Muljadi, 2008).
Beberapa daerah di Indonesia yang mempunyai batu apung sangat besar dan
berpotensi untuk dikembangkan. Jumlah batu apung sangat melimpah dan tersebar
diberbagai daerah baik di pulau Jawa dan Sumatera. Di pulau Sumatera batu
apung banyak dijumpai di daerah Krui Kabupaten Lampung Barat, tepatnya di
sungai way mahnai di Desa Mandiri. Di daerah ini terdapat batu apung yang
mempunyai kenampakan secara megaskopik berwarna putih kekuningan, putih ,
dan abu-abu muda.

Batu apung memiliki struktur multi rongga sehingga memiliki densitas yang
sangat kecil (<1 g/cm3). Sifat-sifat yang dimiliki oleh batu apung antara lain:
densitas 0,98 g/cm3
daya serap air 21 %,
kuat tekan 30 MPa [Calvelri, et.al.,2003; Gaggino, 2006].

Dengan kata lain batu apung memiliki sifat hidrofil, maka material tersebut tidak kompatibel dengan sebagian besar bahan polimer oleh karena itu, secara kimiawi harus dimodifikasi untuk membuat permukaannya yang lebih hidrofobis, untuk itu diperlukan suatu bahan yang kompatibel dengan matrik polimer Resin Cair, Resin Epoxy.

Batu apung dapat dimanfaatkan sebagai beton ringan yang merupakan alternatif dari beton konvensional. Karakteristik beton konvensional umumnya ada di pasaran memiliki densitas rata-rata: 2,0 – 2,5 g/cm3, kuat tekan bervariasi dari 3 – 50 MPa (Yassar, et.al., 2003). Bila dilihat dari nilai densitas maka beton sekarang ini tergolong cukup berat, sehingga untuk satu panel beton berukuran 240 x 60 x 6 cm memiliki bobot sekitar 100 - 125 kg. Dengan demikian untuk
mengangkatnya baik pada waktu pengangkutan ataupun instalasinya memerlukan tenaga lebih dari 3 orang atau memerlukan alat berat sebagai media pembantu (Yassar,et.al., 2003).

Selain itu beton konvensional juga tidak tahan terhadap lumut atau kelembaban tinggi yang menyebabkan beton cepat rapuh (Calvelri,et.al., 2003). Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut perlu dilakukan proses perekayasaan material beton sehingga kelemahan tersebut dapat diminimalkan. Salah satu usaha perbaikan yang dilakukan antara lain dengan cara
mengganti material beton konvensional dengan sebuah material komposit polimer yang menggunakan bahan dasar yang biasa dipakai oleh material beton ringan seperti batu apung, perlit, foam dan lain-lain yang dipadukan dengan matrix polimer, dimana polimer memiliki keunggulan dibandingkan semen yaitu lebih cepat pengerasannya, kekuatan tariknya lebih tinggi dan memiliki daya lentur yang lebih baik, sehingga densitas material dapat diperkecil menjadi sekitar < 2 g/cm3 (Anonymous, 2012).

Komposit polimer merupakan komposit yang terdiri dari matriks (matriks merupakan bahan dasar pembentuk komposit yang mengikat pengisi dengan tidak terjadi ikatan secara kimia) berupa polimer dan dengan pengisi (filler) dari bahan jenis lain sehingga komposit mempunyai sifat paduan dari sifat bahan pembentuknya.