Apa yang Anda Ketahui Tentang ASEAN Plus Three?

ASEAN plus three
Hubungan kerja sama ASEAN Plus Three (APT) mulai terbentuk sejak tahun 1997 yang melibatkan tiga negara Asia Timur yakni Cina, Jepang, dan Korea. Apa yang Anda Ketahui Tentang ASEAN Plus Three ?

ASEAN PLUS THREE

Sejak tahun 1997, kerjasama ASEAN Plus Tree (APT) terjalin di kawasan Asia ketika Asia sedang dilanda krisis ekonomi. Mekanisme APT terdiri dari 10 anggota ASEAN plus China, Jepang, dan Republik Korea. KTT APT pertama berlangsung pada Desember 1997 di Kuala Lumpur. Dalam periode 10 tahun pertama 1997-2007, pelaksanaan kerjasama APT didasarkan pada Joint Statement on East Asia Cooperation, East Asia Vision Group Report dan Report of the East Asia Study Group .

Kontribusi Indonesia dalam konteks pelaksanaan East asia Study Group Measures antara lain: menyelenggarakan Promotion of Language Programme untuk ASEAN Plus Tree Junior Diplomat pada taun 2005-2008, menyelenggarakan ASEAN Plus Three Diplomatik Training Course di Jakarta pada tahun 2007-2009 menyelenggarakan Worksop on Work Closely with NGOs in Policy Consultation and Coordination to Encourage Civic Participation and State Civil Partnership in Tackling with Social Problems pada tanggal 22-23 Oktober 2007 di Jakarta.

Dalamm mengevaluasi kerjasama 10 tahun yang telah lewat dan menyongsong kerja sama 10 tahun ke depan, para Pemimpin Pemerintahan APT telah mengesahkan the Second Joint Statement onn East Asia Cooperation beserta Work Plan 2007-2017 pada KTT ke-11 APT tanggal 20 November 2007 di Singapura. Terdapat lima bidang kerja sama di dalam the Second Joint Statement dimaksud, yaitu kerja sama politik dan keamanan, kerja sama ekonomi dan keuangan, kerja sama energi, pembangunan, lingkungan hidup, perubahan iklim dan pembangunan yang berkersinambungan, kerja sama sosial budaya dan pembangunan, serta dukungan instutisional dan hubungan dengan kerangka kerja sama yang lebih luas.

Hasil yang menonjol dalam kerangka kerja sama APT adalah di bidang keuangan dimana telah dihasilkan Chiang Mai Initiative (CMI) antara lain beisikan skema biateral Swap Arrangement antara negara APT guna membantu likuiditas keuangan di kawasan sehingga diharapkan krisis keuangan di kawasan dapat dihindari. Pada tanggal 22 Oktober 2008 di Beijing, para Leaders menyepakati upaya percepatan multilaterisasi Chiang Mai Initiative / Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM). Pertemuan ke-12 para Menteri Keuangan ASEAN Plus Three di Bali, tangga 3 Mei 2009, telah menyepakati komponen-komponen utama dari CMIM yang meliputi kontribusi individual anggota, aksesibilitas pinjaman, dan mekanisme surveillance , serta memutuskan untuk mengimplementasikan skema CMIM sebelum akhir tahun 2009. Total besarnya CMIM adalah USD 120 milyar dengan proporsi 80:20 (Plus Three: ASEAN).

Pada KTT ke-14 di Bali, 18 November 2011 telah dibahas berbagai kerja sama meliputi kerja sama politik keamanan, keuangan, disaster management, keamanan pangan, Crisis Management Center, ASEAN Connectivity, dan East Asia Vision Group II . Di bidang kerja sama keuangan, pertemuan menyambut baik operasionalisasi ASEAN Plus Three Macroeconomic Research Office (AMRO) mulai tahun 2011 sebagai unit pemantau kinerja ekonomi dan keuangan di kawasan yang salah satu tugasnya adalah early detection of risks dan effective decision making of the CMIM. Para pemimpin juga mengharapkan agar Asian Bond Mrket Forum (ABMF) dan Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF) dapat segera dikembangkan guna memperkuat sistem perekonomian kawasan.

KTT ke-14 APT menyambut baik penandatanganan Perjanjian ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) pada tanggal 7 Oktober 2011 di Jakarta. Perjanjian ini akan dimanfaatkan untuk menjaga stock beras dalam keadaan darurat dalam kerangka kerja sama ASEAN Plus Three . APTERR akan menyediakan mekanisme pasokan pangan (beras) jika terjadi situasi darurat bencana. Cadangan beras APTERR saat ini disepakati sebanyak 787 ribu ton, di mana Indonesia berkomitmen menyediakan 12 ribu ton. Diharapkan bahwa mekanisme serupa dapat dikembangkan untuk komoditas lainnya selain beras dalam rangka menjamin ketahanan pangan di kawasan.

Insonesia secara khusus menyampaikan usulannya untuk membentuk suatu crisis management center yang bertujuan untuk menanggapi berbagai keadaan darurat, seperti bencana alam dan krisis keuangan, di kawasan secara cepat dan efektif dengan mengkoordinasikan dan mendayakan berbagai mekanisme yang telah ada di bawah kerangka kerja sama ASEAN Plus Three .

Pada KTT ke-19 ASEAN di Bali tanggal 17 November 2011, paa pemimpin ASEAN telah menandatangani Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations yang juga dikenal dengan Bali Concord III. Bali Concord III merupakan menifestasi dari global outreach ASEAN untuk berkontribusi dengan lebih terkoordinasi, kohesif, dan koheren. Bali Concord III merefleksikan komitmen ASEAN untuk meningkatkan perannya dalam menghadapi tantangan global.

Indonesia memformulasikan Bali Concord III Plan of Action 2012-2022 agar implementasi Bali Concord III dapat berjalan dengan efektif, untuk kemudian diedarkan kepada ASEAN Member States melalui Committee of Permanent Representatives (CPS) kepada negara anggota ASEAN lainnya.

Pembentukan ASEAN Plus Three

Pertemuan wakil-wakil pemerintah negara anggota ASEAN dan tiga negara Asia Timur Laut semenjak akhir 1996 dan 1997 dalam membahas perihal ASEM, dan pertemuan rutin tingkat tinggi antara masing-masing Cina, Jepang, dan Korea Selatan dengan anggota ASEAN, tidak menghindarkan atas adanya pertemuan tingkat tinggi ASEAN Plus Three setelahnya. Arti penting dari kerja sama regional diperkuat lagi dengan adanya krisis finansial Asia 1997. Ketika terjadinya krisis di Thailand pada Juli 1997, pemerintah Jepang yang pertama kali mengusulkan atas adanya dukungan keuangan. Sebuah paket bantuan keuangan sebesar 17,2 milyar dolar Amerika disepakati dengan kontribusi dari lembaga keuangan multilateral dan masing-masing negara termasuk Australia, Cina, Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tidak berpartisipasi dalam paket bantuan keuangan tersebut. Hal terebut merupakan salah satu kesadaran atas hubungan kedekatan negara-negara kawasan Asia Timur dan Australia yang setuju untuk membantu Thailand ketika dilanda krisis.

Sebagai respons terhadap krisis lainnya, ASEAN bekerja sama dengan Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Pada awalnya menekanan lebih pada penguatan kerjasama antara ASEAN-Cina, ASEAN-Jepang dan ASEANKorea Selatan, membangun mekanisme dialog yang sudah ada. Kemudian pertemuan perdana antara pemimpin ASEAN dan Cina, Jepang dan Korea Selatan pada 16 Desember 1997 berlangsung, diikuti oleh tiga pertemuan bilateral berturut antara ASEAN-Cina, ASEAN-Jepang dan ASEAN-Korea Selatan. Para pemimpin ASEAN bersama dengan pemimpin dari Cina, Jepang dan Korea Selatan mengeluarkan tiga buah Joint Statement pada kerjasama bilateral masing-masing pihak.

Ketiga Joint Statement tersebut didasarkan pada inti yang sama, yaitu kerjasama antara ASEAN dan masing-masing dari tiga negara Asia Timur Laut akan menguntungkan kedua belah pihak dan akan menjadi landasan atas adanya kerjasama regional di Asia Timur. Kemudian pada Desember 1997 secara informal KTT ASEAN Plus Three dimulai. KTT ASEAN Plus Three pertama diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 15 Desember 1997. KTT tersebut, dihadiri oleh 9 pemimpin negara anggota ASEAN, Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Para pemimpin mencapai kesesepakatan atas harapan Asia Timur pada abad ke-21, dan pengembangan dan kerjasama regional kawasan. Krisis keuangan kemudian dengan cepat menyebar ke negara tetangga. Krisis di Thailand menyebar ke Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan dan lainnya. Indonesia dan Korea Selatan mengalami krisis yang sangat serius. Kemudian semua bantuan dari IMF diarahkan langsung kepada Indonesia dan Korea Selatan. Pemerintah Jepang menyadari bahwa bantuan darurat dari IMF dan pemerintah-pemerintah asing terhadap krisis ekonomi tersebut tidaklah cukup. Kemudian pemerintah Jepang memutuskan pada bulan Oktober 1998 untuk menambahkan kontribusinya sebesar 30 milyar dolar Amerika untuk lima negara Asia Timur, yaitu Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam sebagai program dukungan kawasan.

15 – 17 Desember 1998 dalam KTT ASEAN Keenam di Hanaoi, secara informal KTT ASEAN Plus Three kedua diselenggarakan. Pada pertemuan ini menekankan kembali penguatan kerja sama antara negara-negara Asia Timur, mengatasi masalah-masalah yang disebabkan oleh krisis finansial dan menjaga perdamaian, stabilitas dan pembangunan kawasan. Kebanyakan negara Asia Timur yang terkena imbas dampak dari krisis, melalui dampak, pelajaran, dan tantangan yang didapat, menyadari pentingnya dan perlunya memperkuat kerjasama ekonomi dan keuangan. Mereka sepakat bahwa pertemuan puncak itu sangat penting bagi negara-negara ASEAN, dan Cina, Jepang dan Korea Selatan. Disepakati juga bahwa pemimpin ASEAN, Cina, Jepang dan Korea Selatan akan bertemu secara teratur setiap tahunnya.