Apa yang Anda ketahui tentang Antibakteri?

Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khusus nya bakteri patogen yang dapat merugikan manusia. Apa yang Anda ketahui tentang Antibakteri?

1 Like

Mekanisme Antibakteri


Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khusus nya bakteri patogen yang dapat merugikan manusia. Antibakteri adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membasmi jenis mikroba lain. Obat yang dapat digunakan untuk membasmi mikroba memiliki ketentuan yaitu harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba tapi tidak toksik untuk hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, dibagi menjadi 2 yaitu :

  1. Antibakteri yang mempunyai sifat menghambat pertumbuhan bakteri (aktivitas bakteriostatik)
  2. Antibakteri yang mempunyai sifat membunuh bakteri (aktivitas bakterisid)

Dalam menghambat pertumbuhan bakteri ataupun membunuhnya, terdapat kadar minimal. Kadar minimal tersebut masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu dapat meningkat aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi kadar hambat minimal (KHM).

Metode Pengujian Antibakteri


Pada uji ini, yang akan diukur adalah respons pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Salah satu manfaat dari uji antimikroba adalah diperolehnya satu system pengobatan yang efektif dan efisien. Penentuan setiap kepekaan kuman terhadap suatu obat adalah dengan menentukan kadar obat terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan kuman in vitro. Beberapa cara pengujian antibakteri adalah sebagai berikut :

  1. Metode Difusi

    Pada metode ini, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidak nya zona hambatan yang akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi.23 Pada metode ini dapat dilakukan dengan 3 cara,yaitu :

    • Cara Cakram (Disc)

      Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada cara ini, digunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37 derajat C. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri. Menurut greenwood (1995) efektifitas suatu zat antibakteri bisa diklasifikasikan pada tabel berikut :

      image

      Metode cakram disk atau cakram kertas ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram disk biasanya sulit untuk diintepretasikan. Selain itu, metode cakram disk ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat.

    • Cara Parit (ditch)

      Suatu lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat sebidang parit. Parit tersebut berisi zat antimikroba, kemdian diinkubasi pada waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada tidaknya zona hambat yang akan terbentuk di sekitar parit.

    • Cara Sumuran (hole/cup)

      Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat suatu lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemdian setiap lubang itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling lubang.

  2. Metode Dilusi

    Pada metode ini dilakukan dengan mencampurkan zat antimikroba dan media agar, yang kemudian diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa tumbuh atau tidaknya mikroba didalam media. Aktivitas zat antimikroba ditentukan dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM) yang merupakan konsentrasi terkecil dari zat antimikroba uji yang masih memberikan efek penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba uji. Metode ini terdiri atas dua cara, yaitu:

    • Pengenceran Serial dalam tabung

      Pengujian dilakukan dengan menggunakan sederetan tabung reaksi yang diisi dengan inokculum kuman dan larutan antibakteri dalam berbagai konsentrasi. Zat yang akan diuji aktivitas bakterinya diencerkan sesuai serial dalam media cair,kemudian diinokulasikan dengan kuman dan diinkubasi pada waktu dan suhu yang sesuai dengan mikroba uji. Aktivitas zat ditentukan sebagai kadar hambat minimal (KHM).26

    • Penipisan Lempeng Agar

    Zat antibakteri diencerkan dalam media agar dan kemudian dituangkan kedalam cawan petri. Setelah agar membeku, diinokulasikan kuman kemudian diinkubasi pada waktu dan suhu tertentu. Konsentrasi terendah dari larutan zat antibakteri yang masih memberikan hambatan terhadap pertumbuhan kuman ditetapkan sebagai konsentrasi Hambat Minimal (KHM).26

Metode difusi dan dilusi


E-test atau biasa disebut juga dengan tes epsilometer adalah metode tes dimana huruf Eā€˜ dalam nama E-test menunjukan simbol epsilon (e). E-test merupakan metode kuantitatif untuk uji antimikroba. Metode ini termasuk gabungan antara metode dilusi dari antibakteri dan metode difusi antibakteri kedalam media. Metode ini dilakukan dengan menggunakan strip plastic yang sudah mengandung agen antibakteri dengan konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi diletakan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Hambatan pertumbuhan mikroorganisme bisa diamati dengan adanya area jernih di sekitar strip tersebut.

E-test dapat digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) untuk bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Streptococcus Ɵ-hemolitik, Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus sp . dan bakteri anaerob. Dapat juga digunakan untuk bakteri Gram negative seperti Pseudomonas sp . dan Burkholderia pseudomallei .

1 Like

Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisik dan kimia. Pengendalian dapat berupa pembasmian dan penghambatan populasi mikroorganisme. Menurut Pelczar dan Chan (1988), zat antimikrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme atau bahkan membunuh mikroba. Apabila mikroorganisme yang dimaksud adalah bakteri, maka antimikroba lebih sering disebut dengan bahan antibakteri (Pelczar dan Chan, 1986).

Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk mengendalikan mikroorganisme dengan tujuan mencegah penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, serta mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme. Menurut Pelczar dan Chan (1988), cara kerja zat antimikroba dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :

  1. Merusak dinding sel
    Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau dengan mengubahnya setelah selesai dibentuk. Pada konsentrasi rendah, bahan antimikroba yang ampuh akan menghambat pembentukan ikatan glikosida sehingga pembentukan dinding sel baru terganggu. Pada konsentrasi tinggi bahan akan menyebabkan ikatan glikosida menjadi terganggu dan pembentukan dinding sel terhenti. Dinding sel bakteri gram positif tersusun atas lapisan peptidoglikan relatif tebal, dikelilingi lapisan teichoic acid dan pada beberapa spesies memiliki lapisan polisakarida.

  2. Merubah protein dan asam nukleat
    Gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

  3. Merubah permeabilitas sel

  4. Menghambat kerja enzim

  5. Menghambat sintesis DNA, RNA, dan protein

Uji Aktivitas Antibakteri


Penentuan kepekaan mikroba patogen terhadap zat antimikroba dapat dilakukan dengan dua metode utama yaitu metode dilusi dan difusi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah penggunaan metode standar untuk mengontrol berbagai faktor mempengaruhi aktivitas antibakteri (Jawets et al , 1986) :

  1. Metode Dilusi
    Metode ini menggunakan mikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan cair atau padat. Kemudian media inokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap ini dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat untuk mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunannya dibatasi pada keadaan tertentu saja.

  2. Metode Difusi
    Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan jernih sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat). Meskipun demikian, standarisasi keadaan memungkinkan pengukuran kuantitatif potensi obat atau kepekaan kuman (Jawetz et al , 1986).

Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel, antara lain dengan :

  • Hitungan cawan ( plate count ),
  • Hitungan mikroskopis langsung ( direct microscopic count ), atau
  • Secara elektronis dengan bantuan alat yang disebut penghitung Coulter ( Coulter counter ).
1 Like

Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan bakteri terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit, virus, atau jamur. Antibakteri harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, artinya obat harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Berdasarkan toksisitas selektif, antibakteri dibedakan menjadi dua, yaitu antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) dan antibakteri yang bersifat membunuh bakteri (bakterisid). Sementara itu, berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi dalam lima kelompok (Setiabudy, 2011).

  1. Menghambat Metabolisme Sel Bakteri

    Antibakteri yang masuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Asam folat dibutuhkan bakteri untuk kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini bakteri patogen harus dapat mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA). Apabila antibakteri menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfungsional. Akibatnya kehidupan bakteri akan terganggu.

  2. Menghambat Sintesis Dinding Sel Bakteri

    Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Dinding sel bakteri, terdiri atas polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida (glikopeptida). Antibakteri akan menghambat reaksi yang paling dini dalam proses sintesis dinding sel. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih daripada di luar sel maka kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka.

  3. Menganggu Keutuhan Membran Sel Bakteri

    Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antibakteri kemoterapeutik, umpamanya antiseptik surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa ammonium- kuartener dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel bakteri. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen dalam sel bakteri.

  4. Menghambat Sintesis Protein Sel Bakteri

    Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel bakteri perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai 30S dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan cara terikatnya salah satu komponen ribosom dengan antibakteri. Akibatnya akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel bakteri.

  5. Menghambat Sintesis Asam Nukleat Sel Bakteri

    Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin, dan golongan kuinolon. Antibakteri akan berikatan dengan enzim RNA- polimerase sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut.

Metode pengujian Antibakteri

Aktivitas antibakteri suatu sampel dapat dideteksi dengan mengamati respon pertumbuhan berbagai jenis bakteri yang berkontak dengan sampel tersebut. Hal ini memungkinkan dilakukan suatu uji aktivitas antibakteri yang terdapat dalam sampel tersebut. (Volk & Wheeler, 1993; Berghe & Vlietinck, 1991).

  1. Difusi (Disk diffusion)

    Metode difusi merupakan metode yang sederhana dalam pengujian aktivitas antibakteri. Pada metode ini pencadang (reservoir) yang mengandung sampel uji ditempatkan pada permukaan medium yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Setelah inkubasi, diameter daerah bening sekitar pencadang diukur. Prinsip metode difusi yaitu pengukuran luas daerah hambatan pertumbuhan bakteri karena berdifusinya sampel dari titik awal pemberian ke daerah difusi.

  2. Metoda dilusi

    Metode dilusi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan metode pengujian aktivitas antibakteri lainnya. Sampel uji dicampur dengan medium cair yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji. Prinsip metode ini adalah sampel diencerkan hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi, lalu masing-masing konsentrasi ditambah suspensi bakteri dalam media. Setelah inkubasi, diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri dengan melihat kekeruhan dari masing-masing konsentrasi sampel yang dibandingkan dengan kontrol. Konsentrasi sampel terendah yang menghambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan, disebut dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) atau Mininum Inhibitory Concentration (MIC).

Antibakteri adalah zat yang digunakan untuk membasmi bakteri khususnya yang merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, zat-zat antibakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu bakterisid dan bakteriostatik. Bakterisid bersifat membunuh bakteri, sedangkan bakteriostatik memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan bakteri tetapi tidak membunuh bakteri (Ganiswarna,1995).

Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya dikenal sebagai kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswarna, 1995).

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :

  1. Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri
    Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamide, trimetorfprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, bakteriharus mensintesis sendiri asam para amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya (Setiabudy, 2007).

  2. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
    Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, bastitrasin, vankomisin, ristosetin dan sikloserin. Dinding sel bakteri secara kimia adalah polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida (Glikopeptida), antibakteri menghambat reaksi proses sintesa dinding sel, karena tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi daripada diluar sel maka kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka (Ganiswarna, 1995).

  3. Antibakteri yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri
    Antibakteri yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin dan golongan polien serta berbagai golongan antibakteri kemoterapeutik. Antibakteri yang dapat mengubah tegangan permukaan (surface active agents) dapat merusak permeabilitas atau keutuhan selektif dari membran sel bakteri. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, dan nukleotida (Setiabudy, 2007).

  4. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri
    Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah aminoglokosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel bakteri perlu mensintesis berbagai protein.Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA pada bakteri, ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi sebagai sintesis, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S (Setiabudy, 2007).

  5. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri
    Antibakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon. Antibakteri yang memiliki mekanisme kerja ini pada umumnya kurang mempunyai sifat toksisitas selektif kaena bersifat sitotoksik terhadap sel tubuh hospes. Karena itu hanya yang sifat sitotoksiknya masih dapat diterima yang bermanfaat sebagai antibakteri (Setiabudy, 2007).