Apa yang dimaksud dengan alat musik tradisional rebana?

Rebana

Apa yang anda ketahui tentang alat musik tradisional rebana ?

Alat musik rebana, bentuknya menyerupai gendang kecil dengan satu sisi yang dilapisi dengan membran, berbentuk lingkaran dan pipih dari kayu yang dibubut. Bagian yang ditabuh terbuat dari kulit binatang, kambing atau sapi. Saat itu jenis rebana hanya ada dua macam, yaitu rebana Syrakal dan rebana Jawa Klasik. Rebana Syrakal memiliki diameter 35-38 cm sedangkan glugu atau kayu kelapa menjadi bahan untuk membuat rebana Jawa Klasik.

Rebana dimainkan dengan cara dipukul

Fungsi Rebana


Fungsi alat musik tradisional Rebana adalah salah satu alat musik atau kesenian beraliran Islami, menurut sebuah riwayat pertama kali dipergunakan oleh kaum Anshor ketika menyambut kehadiran Rasulullah Muhammad SAW dan para pengikutnya (kaum Muhajirin) hijrah di kota Madinah. Kemudian setelahnya rebana juga dimainkan oleh para sahabat Nabi sebagai tanda syukur atas kepulangan kaum Muslimin dari peperangan melawan kaum kafir. Di zaman sekarang ini kesenian musik rebana ini senantiasa digunakan untuk mengiringi acara khitanan, pernikahan, syukuran, halal bi halal, dan peringatan-peringatan Islam seperti Maulid Nabi, Isro‟ Mi‟roj Nabi, dan hari besar Islam lainnya. Dan bahkan tidak jarang sering juga dipakai untuk dimainkan dalam rangka partisipasi kegiatan yang bersifat Nasional.

Hal yang terpenting dalam kaitannya dengan keberadaan kesenian rebana ini selain sebagai media hiburan, juga mempunyai fungsi utama untuk mentansfer norma budaya dan agama terhadap masyarakat melalui syair-syair yang dikumandangkan yang berisi norma-norma keagamaan sebagai misi (dakwah) ajakan amar ma’ruf nahi munkar disamping itu meningkatkan kecintaan kepada Allah SWT dan RasulNya agar selalu menjauhi larangan-laranganNya dan melaksanakan perintah-perintahNya. Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh para Wali Songo ketika itu melakukan dakwah melalui kesenian Wayang dan syair tembang-tembang Jawa, dan di era modern seperti sekarang ini maka kesenian musik rebana menjadi media yang sangat tepat untuk memberikan peranan sebagai salah satu seni dakwah dalam rangka pembentukan karakter bangsa yang berbudi luhur.

Istilah rebana biasa dipakai oleh masyarakat kebanyakan dibanding dengan nama asalnya, yakni terbang atau daff. di wilayah jakarta dan sekitarnya terdapat bermacam-macam ukuran rebana dengan nama dan penggunaan yang berbeda-beda. Ukuran kecil disebut ketimpring, marawis, hadrah, dan rebana kasidah. Di wilayah Jawa Tengah biasa disebut genjring, jidor atau tambur, kempling, ketimpring, dan lain-lain.

Menurut Bahasa Arab, muski rebana atau musik shalawat berasal dari kata ashalawat yang merupakan bentuk jamak dari kata ashalat yang berarti do’a atau ibadah (Yunus dalam Sinaga, 2001).

Berbicara mengenai alat musik rebana maka identik dengan pembahasan shalawat. Shalawatan ini merupakan seni rakyat yang diwariskan secara turun-temurun yang terdiri dari suara vokal yang berupa sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW disertai instrumental dari rebana itu sendiri.

Rebana merupakan alat musik perkusi yang tergolong dalam kelompok membranophone atau alat musik yang sumber bunyinya berasal dari membram atau kulit binatang seperti sapi. Instrumen musik ini disebut juga dengan rebab, redap, kompangan atau gendangan rebana. Bentuk dan ukurannya beragam, bingkainya terbuat dari kayu berbentuk lingkarang dengan diameter 25 - 30 cm, satu sisi ditutup dengan kulit kambing yag sudah disamak dan dipakukan pada pinggiran bingkai.

Ada rebana yang bingkainya diberi kepingan logam sehingga bila dimainkan akan berbunyi gemerincing dan di sekitar Pantura biasa disebut dengan genjring yang jumlahnya antara tiga sampai empat buah.

Apa yang dimaksud dengan alat musik tradisional rebana?

Referensi

Sinaga, Sayahrul Syah. 2001. Akulturasi Kesenian Rebana. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Vol 2 (3) : 72-83