Apa yang anda ketahui tentang Abdullah bin Umar?

Apa yang anda ketahui tentang Abdullah bin Umar?

Abdullah bin Umar sangat bergairah ketika panggilan jihad berkumandang. Namun sungguh suatu keanehan, ia juga anti kekerasan, terlebih ketika yang bertikai adalah sesama golongan Islam. Itulah salah satu sikap dari Abdullah bin Umar. Lebih lanjut lagi, apa yang anda ketahui tentang Abdullah bin Umar?

Abdullah bin Umar Ibn al-Khaththab , nama lengkapnya Abdullah bin Umar Ibn al-Khaththab Ibn Nufail al-Quraisyi al-‘Adi. Lahir di Mekah sekitar tahun 11 SH/ 613 M. Sumber lain mengatakan dia lahir pada tahun 10 H/ 612 M.

Geneologi Abdullah bin Umar berasal dari keturunan Bani ‘Adi Ibn Ka’b Ibn Luay. Kuniahnya Abu ‘Abd al-Rahman laqabnya biasa dipanggil al- ‘Adi, al-Quraisyi, atau al-Makkiy, dan salah satu dari empat ‘Ibadillah. Masuk islam bersama bapaknya Umar Ibn al-Khattab sejak usia dini, bahkan ketika itu dia belum balig. Dia adalah salah seorang sahabat yang terkemuka dalam bidang ilmu dan amal. Sosoknya terkenal sebagai pemuda cerdas lagi rajin ibadah (shalihh). Ikut berhijrah ke Madinah seketika masih berusia 11 tahun. Gelora keislaman ‘Abdulllah semakin berkobar ketika umat Islam mulai berperang. Sayang ia baru dibolehkan ikut berperang setelah berumur 15 tahun saat terjadinya perang Khandaq.

Dalam urusan ittiba’ (mencontoh Nabi), Abdullah bin Umar sangat bersemangat pohon dekat kota Madinah sebagaimana Nabi pernah mampir dan tidur di tempat tersebut. Aisyah, istri Rasulullah sampai pernah memujinya, dengan mengatakan, “Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Abdullah bin Umar.” Meski kehilangan penglihatan di masa tuanya, namun sama sekali tidak mengurangi semangatnya menunaikan shalat lail dan berdzikir. Dalam kisah yang lain, suatu hari Nabi memujinya, “Sebaik baik laki-laki adalah Abdullah bin Umar, andai ia rajin shalat lail.” Sejak itu Abdullah tak pernah meninggalkan shalat malamnya.

Keilmuan Abdullah bin Umar

Adapun aktivitas keilmuannya; adalah mempelajari tradisi dan hadis Rasulullah saw. Madinah sebagai tempat tinggalnya banyak memberikan inspirasi dan kecenderungan alami dalam dirinya untuk mendengarkan dan mencatat dan menyeleksi dengan ketat, mengkritisi kisah-kisah atau anekdot tentang Nabi saw. yang banyak diceritakan oleh penduduk Madinah. Dari pengalamannya ini, Abdullah bin Umar bersama sahabatnya ‘Abdullah bin ‘Abbas menjadi perintis paling awal bidang kajian tradisi dan hadis Nabi saw. Selain penghafal al-Qur’an secara sempurna, juga merupakan perawi hadis terbayak kedua setelah Abu Hurairah Hadis yang diriwayatkannya mencapai 2.630 hadis.

Karena aktivitasnya yang sangat peduli dengan hadis-hadis Rasulullah, maka Abdullah bin Umar dan sahabatnya ‘Abdullah Ibn ‘Abbas dianggap sebagai golongan Sunni pertama. Karena dalam hidupnya dia sering mengalami keprihatinan, trauma dengan berbagai fitnah yang terjadi di kalangan kaum muslimin. Hal itu menjadikannya netral dalam hal politik dan memiliki sikap bijaksana dan simpatik. Khalifah ‘Abd al-Malik Ibn Marwan respek dan menghargai dia sebagai orang terpelajar di kota Madinah. Akhirnya ‘Abdullah Ibn Umar Ibn al-Khaththab wafat pada tahun 73 H dalam usia 80 tahun.

Menolak mendapatkan Jabatan

Kesempatan menjadi penguasa biasanya tidak akan disia-siakan oleh sebagian orang yang mempunyai kans yang besar. Bagi sebagian orang, peluang untuk dapat berkuasa dicari-cari dan diupayakan sedemikian rupa. Tetapi tidak bagi Abdullah bin Umar bin Khattab atau dikenal dengan panggilan Ibnu ‘Umar. Padahal sebagai seorang putra khalifah yang amat disegani oleh umat muslim pada waktu itu, kesempatan menjadi pemimpin terbuka lebar.

Dalam catatan Ibnu Atsir dan Ibnu Sa’ad sebagaimana dikutip dalam Encyclopaedia of Islam , setidaknya Ibnu Umar mendapatkan tiga kali kesempatan untuk menjadi khalifah. Pertama, pasca wafatnya Usman bin Affan (35 H) Ibnu Umar punya kans bersaing dengan ‘Ali bin Abi Thalib. Kedua, selama negosiasi yang berlangsung antara Ali dan Muawiyah pada perang Shiffin (37 H), sebagai pihak yang netral Ibnu Umar memiliki kesempatan untuk menggalang dukungan bagi dirinya sendiri.

Ketiga, setelah meninggalnya Yazid bin Mu’awiyah sebagai khalifah yang diangkat oleh bapaknya sendiri (64 H). Pada waktu itu, Ibnu Umar memiliki kesempatan untuk menolak pengangkatan Yazid. Begitu pun setelah Yazid wafat, Ibnu Umar bisa saja menolak sistem pengangkatan khalifah dengan cara dinasti karena pada waktu itu banyak dari pendukungnya yang tidak setuju dengan sistem pemerintahan seperti itu.

Meskipun kesempatan tadang berkali-kali Ibnu Umar tetap menolak dan menghindari tampuk kekuasaan. Bukan karena ibnu Umar tidak memiliki kapasitas untuk menjadi seorang pemimpin, namun ketawadhuan dan keengganannya berselisih dengan para sahabat lain yang memicunya untuk hanya berfokus pada bidang keilmuan.

Ibnu Umar dan andilnya dalam peperangan

Bila kita meilhat sejarah, Ibnu Umar termasuk sahabat yang pemberani di medan perang bersama Rasulullah SAW. Di usia yang terbilang masih remaja, Abdullah bin Umar berangkat bersama pasukan Muslim menuju Badr untuk berperang. Begitu pun saat perang Uhud. Rasulullah Saw kemudian memulangkan Ibnu Umar karena dianggap belum cukup umur untuk berperang. Namun ketika perang Khandaq berkecamuk, perang yang amat menguras tenaga bagi umat muslim, di usia 15 tahun Ibnu Umar telah ikut ambil bagian membela Islam.

Pada peperangan selanjutnya, Abdullah Ibnu Umar tidak pernah absen untuk ikut membela menegakkan panji-panji Islam. Termasuk di antaranya adalah perang Mu’tah ketika pasukan muslim melawan pasukan Romawi Timur, penaklukkan Mekah ( Fath al-Makkah ) bersama Rasulullah Saw, perang melawan nabi palsu Musailamah dan Tulaihah, dan lain lain.

Dalam urusan politik Ibnu Umar tercatat pertama kali berperan sebagai penasihat dewan penunjukkan khalifah yang dibentuk oleh ayahnya Umar bin Khattab. Namun ia tidak memiliki hak untuk memilih ( voting ) maupun dipilih ketika itu.

Kematian Ibnu Umar

Figur Abdullah bin Umar lebih kuat di bidang ilmu. Ia adalah salah satu perawi paling banyak dari kalangan sahabat, tercatat ribuan hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar yang dihimpun dalam berbagai kitab hadis maupun kitab-kitab tafsir.

Abdullah bin Umar wafat pada tahun 73 H, di usia sekitar 80-an tahun. Menurut catatan sejarah, Ibnu Umar sempat mengalami sakit septicaemia sebelum meninggal karena luka di kaki akibat terkena lemparan tombak ketika melakukan ibadah haji. Yang melempar tombak itu adalah pasukan al-Hajjaj di masa pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah.

Al-Hajjaj sempat menjenguk Ibnu Umar saat sakit untuk menanyakan siapa kiranya orang yang melempar, agar dapat diberi sanksi dan hukuman yang setimpal. Namun belakangan diketahui bahwa pelemparan tersebut atas tugas yang diberikan langsung oleh al-Hajjaj untuk membunuh Ibnu Umar.