Apa yang Anda ketahui dengan Produksi dalam Sosiologi Ekonomi?

Untitled-11

Dalam Sosiologi, produksi memiliki arti yaitu kegiatan menambah nilai guna suatu barang yang ditawarkan untuk keperluan orang banyak. Secara teknis, produksi mentransformasikan input menjadi output. Dalam suatu kegiatan produksi, pastinya produsen membutuhkan faktor-faktor produksi berupa alat atau bahan-bahan yang diperlukan. Adapun faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah tenaga kerja, modal, sumber daya alam, teknologi, dan keterampilan.

Referensi

Amiruddin, K. Tanpa Tahun. Konsep Produksi Dalam Tinjauan Sosiologi Ekonomi. (online) di https://scholar.google.com/citationsview_op=view_citation&hl=id&user=V9U76L0AAAAJ&citation_for_view=V9U76L0AAAAJ:zYLM7Y9cAGgC

Image Source

gray and red factory building under a calm blue sky photo – Free New york Image on Unsplash

Sosiologi Ekonomi

Sosiologi ekonomi memiliki definisi yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara masyarakat, dimana didalamnya terdapat interaksi sosial dan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan aspek produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang, jasa, dan sumber daya, yang bermuara pada bagaimana masyarakat mencapai kesejahteraan.

Pengertian Produksi

Dalam buku Damsar (2009) dijelaskan bahwa produksi merupakan kegiatan yang mencakup segala kegiatan, termasuk prosesnya, yang dapat menciptakan hasil, penghasilan, dan pembuatan suatu produk. Menurut Sumarti dan Soeprihanto (1991) dalam Duwila (2015), dimana produksi merupakan semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa.

Pandangan Para Ahli Sosiologi tentang Produksi

Dalam buku Damsar (2009) terdapat tiga ahli sosiologi yang berpendapat mengenai produksi, yaitu:

Karl Marx

Dunia tidak bisa berubah jika tidak ada perubahan di dalamnya. Pada kenyataannya, perubahan sejarah manusia terjadi karena adanya kegiatan kerja. Marx mengemukakan bahwa hanya manusialah makhluk yang mampu melakukan kerja. Aktifitas yang mendorong gerak perubahan dalam pandangan Marx terpusat pada aktivitas produksi. Oleh karena itu produk dari kegiatan produktif (kerja) manusia merupakan hakekat manusia yang menjadi pembeda dengan makhluk lain. Kapitalisme telah menyebabkan manusia sebagai pekerja, dimana tenaga kerja tersebut dipertukarkan dengan upah.

Emile Durkheim

Durkheim menjelaskan tentang perubahan sosial. Dalam teori perubahan sosial tersebut, Durkheim mendiskusikan tentang dua tipe masyarakat, yaitu masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Berikut merupakan perbandingan antara solidaritas mekanik dengan solidaritas organik:

image

Secara garis besar, perbedaan antara solidaritas mekanik dan solidaritas organic dapat dijelaskan melalui perbedaan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Solidaritas mekanik dapat dirujuk pada masyarakat perdesaan, sedangkan solidaritas organik dirujuk pada masyarakat perkotaan. Menurut Durkheim terjadinya perubahan dari masyarakat solidaritas mekanik menjadi masyarakat solidaritas organik dimulai dengan adanya pertambahan penduduk yang disertai dengan pertambahan komunikasi dan interaksi antara para anggota. Konsekuensinya perjuangan hidup menjadi tajam, agar tidak terjadi konflik maka diadakanlah pembagian kerja sehingga orang terspesialisasi.

Max Weber

Weber menemukan adanya aspek tertentu dalam etika Protestan sebagai perangsang yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis modern dalam tahap-tahap pembentukannya. Pemeluk Protestan pada masa awalnya percaya bahwa kesuksesan dan kesejahteraan yang dihasilkan oleh perkerjaan adalah sebagai tanda dari terpilihnya mereka untuk memperoleh keselamatan abadi. Pemikiran dan perilaku seperti ini menempatkan pekerjaan sebagai suatu panggilan suci. Pola motivasi yang bersumber dari etika Protestan ini memiliki konsistensi logis dan saling mendukung secara motivasional dengan semangat kapitalisme modern yang sedang berkembang yaitu akuntansi rasional, hukum rasional dan teknik rasional.

Fokus Kajian Sosiologi tentang Produksi

Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber mengatakan melalui pandangan mereka bahwa produksi merupakan proses yang dibangun atau dikelola secara social di mana barang dan jasa diciptakan. Berikut merupakan fenomena yang menjadi fokus kajian sosiologi tentang produksi:

  • Kerja (ideology, nilai, sikap, motivasi, dan kepuasan)
  • Faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, capital, dan organisasi)
  • Pembagian kerja
  • Cara-cara produksi
  • Hubungan-hubungan produksi
  • Proses teknologis (instrument, pengetahuan, jaringan, operasi, kepemilikian)
  • Aliensi
  • Teknologi dan kerja
  • Pendidikan, teknologi, dan kerja

Dalam buku Syukur (2018) dijelaskan bahwa konsep alienasi atau keterasingan merupakan pemikiran dari Karl Marx yang muncul akibat adanya kapitalisme yang mengguncang Eropa pasca revolusi industry. Teori ini didasarkan pada pengamatannya bahwa dalam masyarakat kapitalisme, para buruh kehilangan control atas hidup mereka. Para pekerja ini mencoba untuk mandiri dan mengembangkan kreativitas diri, tetapi mereka selalu dikendalikan oleh kaum borjuis.

Produksi untuk Digunakan Versus Produksi untuk Dijual

Dalam buku Damsar (2009) dijelaskan bahwa semua barang memiliki dua jenis nilai yang berbeda, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Adapun pengertian dari nilai guna adalah nilai kebergunaan suatu barang atau keuntungan yang diberikan oleh suatu barang ketika digunakan. Sedangkan nilai tukar adalah nilai suatu barang yang akan didapatkan ketika barang tersebut ditukarkan dengan benda lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sriwirdinangsih (2014), dimana nilai guna adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Sedangkan nilai tukar adalah banyaknya barang atau jasa yang dapat ditukar atau dibeli dengan kesatuan dan pecahan uang (Hasibuan, 2001 dalam Saleh, 2016).

Produksi Sepanjang Sejarah Umat Manusia

Produksi pada Masyarakat Prakapitalis

  • Masyarakat prakapitalis adalah masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi tidak ditujukan untuk pasar dan tidak untuk menghasilkan laba melalui pertukaran.
  • Ekonomi pada masyarakat prakapitalis,melekat (embedded) dalam institusi sosial, agama, dan politik.

Produksi pada Masyarakat Kapitalis dan Pascapitalis

Dalam buku Damsar (2009) dijelaskan bahwa perubahan fordisme menjadi pasca-fordisme membuat masyarakat berubah yang sebelumnya kapitalis menjadi pascapitalis. Fordisme sendiri merupakan konsep sistem produksi yang bergantung pada produksi massal modern dalam skala industry. Sedangkan pasca-fordisme adalah keadaan yang muncul setelah terjadinya kemerosotan fordisme.Menurut Martyn J Lee (2006) dalam Damsar (2009), terdapat perbedaan tipe ideal antara kapitalis dengan pascakapitalis, yang diantaranya adalah:

  • Durabilitas Versus Nondurabilitas
    Komoditas dalam masyarakat Fordisme ditekankan pada ketahanan usia atau tahan lama karena kuat, kokoh, mantap, dan tidak cepat rusak dari sisi komponen material. Sedangkan pada masa pasca-Fordisme produk yang ditawarkan tidak lagi mengutamakan soal ketahanan usia.

  • Materi versus Ekperensial
    Pada masa Fordisme lebih ditekankan pada materinya, sedangkan pada masa pasca-Fordisme lebih ditekankan pada pengalaman terhadap komoditas.

  • Elekro-Mekanis Versus Elektro-Mikro
    Di masa Fordisme, komoditas lebih banyak dikembangkan di basis elekro-mekanis seperti mobil, radio dan televisi. Sedangkan pada masa pasca-Fordisme berbagai komoditas Elektro-Mikro berkembang dan memenuhi pasar seperti computer, kamera, telepon seluler dan VCD/DVD.

  • Homogen Versus Heterogen
    Pada masa fordisme, komoditas diproduksi secara massal dan bersifat homogen dalam ukuran, warna dan fungsi. Dimasa tersebut belum mampu menciptakan produk yang berbeda beda secara massal dalam ukuran, fungsi, dan warna. Sedangkan pada masa pra-Fordisme muncullah inovasi teknologi yang mampu menghasilkan produk dalam berbagai bentuk,warna,ukuran,penik dan fungsi. Produk heterogen ini ditujukan untuk keberagaman keinginan dan kebutuhan individu.

  • Tetap Versus Portabe
    Produk pada masa fordisme memiliki karakteristik yaitu bersifat tetap, tetap sendiri memiliki arti komoditas tersebut diproduksi massal yang terikat pada ruang, misalnya telepon yang diproduksi pada masa fordisme tidak bisa dipindahkan dari satu ruang ke ruang lain (kecuali kabel telepon dipanjangkan). Sedangkan pada masa pasca-Fordisme memproduksi produk dengan inovasi teknologi pada komoditas berbentuk portable (dapat dipindahkan dan tidak terikat ruang), misalnya telepon seluler,radio dan televisi.

  • Manfaat Versus Gaya
    Pada masa Fordisme lebih mengutamakan fungsi dari pada yang lain (bentuk, ukuran, warna, pernik, dan aksesoris lain) dari suatu produk, maka pada masa ini manfaat komoditas merupakan hal yang utama yang ditonjolkan pada konsumen. Sedangkan pada masa Pasca-Fordisme gaya merupakan suatu yang sangat penting, sehingga komoditas harus memenuhi keinginan terhadap suatu gaya (gaya hidup).

Referensi

Arif, Pratama & Perdana. 2020. Gerak Laju Sejarah Dalam Pandangan Filsafat Karl Marx. Jurnal Artefak, Vol.7 No.2.

Damsar dan Indrayani. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi (2nd ed.). Jakarta: Prenadamedia Group.

Duwila, U. (2015). Pengaruh Produksi Padi Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Masyarakat Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Ekonomi, IX(2), 150.

Mudiarta, K. G. 2016. Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29(1), 55.

Saleh, L. 2016. Perubahan Nilai Tukar Uang Menurut Perspektif Ekonomi Islam. Li Falah, I(I), 68–79.

Sriwardiningsih, E. 2014. Nilai Guna (Kepuasan) Green Technology E-Toll sebagai Salah Satu Alternatif Layanan pada Konsumen Pengguna Tol dalam Kota Jakarta. Binus Business Review, 5(1), 323.

Syukur. 2018. Dasar-dasar Teori Sosiologi. Depok: Rajawali Pers.