Apa sejatinya makna spiritual dari Pancamakarapuja ?

Pancamakarapuja

Pancamakarapuja merupakan sebuah upacara memuja Bhairawa, dimana didalam upacara tersebut mengharuskan penganutnya untuk melakukan ritual, yakni melakukan lima hal keharusan yang dikenal dengan sebutan Batara Lima atau Ma-Lima. Lima Ma tersebut adalah matsya (ikan), mamsa (daging), madya (minuman), maithuna (upacara seksual), dan madra (tarian hingga mencapai ekstase).

Apa sejatinya makna spiritual dari Pancamakarapuja ?

Banyak sejarah yang menghubungkan antara Pancamakarapuja dengan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari, dalam artian yang negatif. Digambarkan Prabu Kertanegara, sebagai penganut aliran Budha Tantra atau Tantrayana, sering menggelar upacara memuja Bhairawa dengan mengharuskan penganutnya untuk melakukan lima hal keharusan yang dikenal dengan sebutan Batara Lima atau Ma-Lima.

Ma-Lima tersebut harus dilakukan sebanyak-banyaknya oleh penganutnya. Ma yang pertama adalah Mada atau menenggak minuman keras atau mabuk-mabukan. Kemudian, ma yang kedua adalah Maudra atau melakukan tarian yang melelahkan hingga pingsan. Lalu, ma yang ketiga yakni Mamsa atau memakan daging mayat dan meminum darahnya. Dan ma yang keempat yakni memakan ikan gembung beracun dan ma yang kelima adalah Maithuna atau bersetubuh secara berlebihan.

Sejarah Indonesia lebih banyak ditulis oleh Belanda, dimana sangat besar kemungkinannya bahwa Belanda berusaha merusak sejarah Indonesia agar rakyat Indonesia menjadi tidak suka dengan para leluhurnya.

Rasanya sangat tidak masuk akal apabila Raja Terbesar Singosari melakukan ritual semacam itu, karena bagaimanapun, sejarah membuktikan bahwa kerajaan Singosari dibawah kepemimpinan Raja Kertanegara mencapai kejayaannya, hingga Mongol, kerajaan terbesar saat itu, tidak dapat memaksa Raja Kertanegara untuk tunduk dibawah kekuasaanya.

Berikut ajaran Pancamakarapuja yang menurut saya sesuai dengan kondisi jaman Singosari saat itu, dimana apabila Raja dan Rakyatnya mengamalkannya, maka tidak mustahil bahwa bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang besar.

Makna Spiritual Pancamakarapuja adalah sebagai berikut :

  • Pertama adalah matsya, dimana makna ini bukanlah bermakna makan ikan sepuas-puasnya. Tapi tirulah ikan yang menyelam di sungai, danau, lautan yang dalam penuh gelombang, liku-liku sampai jauh untuk mencari ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan merupakan yadnya utama. Karena ilmu pengetahuan yang utama dapat memberikan penerangan pikiran manusia diwaktu kegelapan. Ilmu pengetahuan utama dapat menyebrangkan manusia dari kebodohan sehingga menghasilkan subhakarma.

  • Kedua adalah mamsa yang diartikan makan daging sepuas-puasnya. Bagi pemuja Bhairawa mamsa memiliki pengertian lebih pada pengetahuan ke dalam diri. Persembahan terbaik adalah sebagian atau seluruh tubuh yang dimiliki manusia. Dalam kitab Upanisad juga ada menyebutkan hal ini sehingga ada kesamaan pandangan antara kitab Upanisad dengan Bhairawa. Dalam ajaran Bhairawa mengedepankan pengenalan pada diri sendiri dengan berbagai pertanyaan yang mesti dijawab sendiri. Seperti siapa diri ini, mau kemana, kapan dan oleh siapa serta pertanyaan-pertanyaan yang lainya. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mengarahkan manusia pada jalan kebebasan. Karena para bhakta Bhairawa diajarkan menguasai ego dan liarnya pikiran ada kesamaan dengan ajaran Resi Patanjali.

  • Ketiga adalah madya yang diartikan minuman memabukkan. Pemuja Bhairawa memaknai bahwa madya adalah minumlah sepuas-puasnya ilmu pengetahuan yang didapat, sehingga dapat menguasai diri dengan baik. Teguklah pengetahuan sejati sampai mabuk dengan spiritualitas. Hanya dengan minum ilmu pengetahuan maka penguasaan diri dari indria, ego dan sifat-sifat lainya dapat dikuasai serta di manfaatkan dengan baik dan benar sesuai dengan fungsinya. madya , juga sering diterjemahkan sebagai anggur bisa jadi minuman beralkohol, anggur mewakili makna kemabukan atau tergila- gila pada Yang Maha Tinggi atau mabuk pada pengetahuan Brahman. Anggur adalah sebuah simbol untuk mengingatkan pada Yang Maha Tinggi, Kebahagiaan Abadi menurut ajaran Yoga, atau Atmajnana.

  • Keempat maithuna (upacara seksual) berarti berhubungan badan. Bagi bhakta Bhairawa, maituna bermakna berhubungan dengan ilmu pengetahuan sejati. Dengan melakukan hubungan badan dengan ilmu pengetahuan sejati maka kenikmatan spiritual akan didapat, menyatukan pikiran kepada kosmis, menghancurkan pikiran, tenggelam kepada kehampaan, mencapai kebebasan pikiran, menyatukan atma dengan brahman itulah yang dimaksud dengan maituna .

  • Kelima adalah madra (tarian hingga mencapai ekstase) yang diartikan sebagai gerakan ritmis yang penuh dengan unsur mistis religius. Bagi pemuja Bhairawa madra merupakan tingkatan peleburan antara tat dan sat. Peleburan antara atman dan brahman menyatu, sehingga atman dan brahman tidak dapat dibedakan, keduanya menyatu dengan sempurna. Pada tingkatan ini tidak ada derita atau suka, juga disebut mukti atau alam nirwana. Mempelajari madra harus didasari dengan menjalankan ajaran matsya, mamsa, madya, dan maituna secara serius dan sempurna.

Yang perlu diingat disini adalah, budaya jawa, dalam bahasanya, mempunyai bahasa yang sangat kompleks dan tinggi, atau biasa disebut dengan bahasa simbolis. Kita tidak bisa mengartikan bahasa jawa secara harfiah, dan ini masih sering berlaku hingga saat ini.

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Simbol lingga yoni, yang diadaptasi oleh Presiden Soekarno ketika merancang Monas, merupakan simbol kesuburan, walaupun secara bahasa (penggambaran) digambarkan kedalam alat kelamin pria dan wanita.

Pancamakarapuja merupakan cara untuk mencapai tujuan akhir pemuja Bhairawa, yaitu mencapai Brahman dengan kebenaran pengetahuan, sehingga kebebasan dan kebahagiaan sejati dapat terwujud. Seperti tujuan akhir agama Hindu yaitu, Moksartham Jagadhita Ya Ca Itih Dharma . Jika dimaknai lebih dalam, inti dari tujuan akhir ini ada dua tujuan, yaitu, jagadhita merupakan sejahtera di dunia dan moksartham adalah kebahagiaan di akhirat. Yang diaplikasikan ke dalam tujuan hidup manusia.

Menurut ajaran agama Hindu ada empat tujuan hidup manusia yang disebut Catur Purusa Artha yaitu dharma, artha, kama dan moksa . Dharma, artha, kama merupakan tujuan untuk mendapatkan kesejahteraan di dunia atau jagadhita. Dan moksa merupakan tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat atau moksartham .

Melaksanakan ajaran Bhairawa akan menuntun pada tujuan yang sama dan juga sekaligus memenuhi kebutuhan manusia, yaitu kebebasan yang sempurna, kebebasan yang absolut sehingga tercapai purnammukti . Purnammukti merupakan kebebasan yang tertinggi dicapai oleh Atma , di mana Atma telah bersatu dengan Brahman . Atman bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumbernya, dan pada saat inilah istilah Brahman Atman Aikyam yang artinya Atman dan Brahman sesungguhnya tunggal dapat terwujud.