Apa Sebenarnya Megathrust?

Dua kali dalam sebulan terakhir, istilah megathrust populer, dikaitkan dengan guncangan gempa di Jakarta dan potensi Pandeglang yang dalam skenario terburuk mencapai ketinggian 57 meter.

Namun, apa sebenarnya megathrust itu sendiri serta wilayah Indonesia mana yang berpotensi terdampak?

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), Daryono, mengungkapkan, megathrust bisa diartikan sesuai dengan kata penyusunnya.

“Thrust” merujuk pada salah satu mekanisme gerak lempeng yang menimbulkan gempa dan memicu tsunami, yaitu gerak sesar naik.

Dengan demikian, megathrust bisa diartikan gerak sesar naik yang besar. Mekanisme gempa itu bisa terjadi di pertemuan lempeng benua. Dalam geologi tektonik, wilayah pertemuan dua lempeng ini disebut zona subduksi.

Menurut Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, zona megathrust terbentuk ketika lempeng samudera bergerak ke bawah menunjam lempeng benua dan menimbulkan gempa bumi.

Gempa Besar
Gempa megathrust adalah gempa besar yang berbahaya.
Kekuatan gempa megathrust bisa mencapai 9 Magnitudo Momen (Mw), bahkan lebih.
Gempa di Aceh pada tahun 2004, gempa di Jepang pada tahun 2011, dan gempa di Chili pada tahun 2012 adalah contoh dari gempa megathrust.

Kenapa bisa terjadi gempa megathrust?
Lempeng di Bumi itu ada beberapa jenis.
Dua di antaranya adalah lempeng benua dan lempeng samudera.
Lempeng benua lebih tebal, daripada lempeng samudera.
Karena lebih tipis, lempeng samudera akan masuk ke dalam lempeng benua saat bertabrakan. Lempeng samudera yang masuk ke dalam lempeng benua itu bisa menimbulkan getaran kuat.

Sumber: