Apa sajakah gaya kepemimpinan dalam manajemen organisasi yang sesuai dengan budaya organisasi di Indonesia?

Manajemen organisasi adalah proses pengorganisasian, perencanaan, memimpin dan mengendalikan sumber daya dalam suatu entitas dengan tujuan keseluruhan mencapai tujuan. Dalam hal memimpin tentu seorang pemimpin memerlukan gaya kepemimpinan (leadership styles ).

Gaya kepemimpinan adalah pendekatan yang digunakan untuk memotivasi pengikut. Melihat perbedaan budaya, demografi, kebiasaan dan norma maupun kondisi, disetiap negara tentu terdapat gaya kepemimpinan yang sesuai untuk digunakan dalam manajemen organisasi.

Lalu gaya kepemimpinan seperti apakah yang sesuai diterapkan dalam melakukan manajemen organisasi di negara Indonesia?

Menurut Goleman terdapat 6 gaya kepemimpinan yang dapat berpengaruh kepada manajemen organisasi di suatu perusahaan.

  1. The Pacesetting Leader
    Pada gaya kepemimpinan ini, seorang pemimpin akan memberikan ekspetasi dan model dengan sangat baik, ia juga mampu melakukan pengendalian diri. Gaya ini sesuai dengan " Do as I do, now". Pemimpin dengan gaya ini akan mendorong dan memotivasi tim agar mempeorleh hasi yang cepat. Kekurangan dari gaya ini adalah apabila digunakan dengan terlalu intensif dapat menyebabkan anggota tim binggung dan merasa tertindas.

  2. The Authoritative Leader
    Mengarahkan tim untuk fokus terhadap visi dan tujuan akhir, mengesampingkan urusan pribadi. Gaya ini sangat cocok digunakan untuk organisasi yang membutuhkan visi baru karena perubahan keadaan, atau ketika panduan secara eksplisit tidak dibutuhkan. Pemimpin authoritative akan memotivasi tim untuk memiliki semangat enterprenurial dan antusias dalam menjalankan misi. Gaya ini tidak cocok diterapkan ketika tim memiliki keahlian lebih dari pemimpin.

  3. The Affiliative Leader
    Pemimpin pada gaya ini akan berusaha membangun ikatan emosional sehingga akan memberikan ikatan kuat secara emosional dalam organisasi. Gaya ini sesuai digunakan dalam keadaan tertekan, ketika tim membutuhkan pemilihan dari trauma atau membutuhkan membangun kepercayaan kembali. Gaya ini tidak baik jika digunakan terus-menerus karena akan mengendurkan semangat kerja keras tim akibat terlena dengan pujian maupun kelembutan secara emosional dari pemimpin.

  4. The Coaching Leader
    Pemimpin pada gaya ini akan mengembangkan kemampuan tim untuk kedepan. Pemimpin dengan gaya ini akan memberikan motivasi agar timnya berani mencoba hal yang dapat bermanfaat kedepanya. Gaya ini sesuai digunakan ketika pemimpin ingin untuk membantu tim meningkatkan kekuatan individu dari anggota tim. Tetapi gaya ini tidak sesuai dan efektiv jika anggota tim tidak ingin berubah atau pemimpin tidak memiliki kemampuan.

  5. The Coercive Leader
    Pemimpin gaya ini menuntut agar anggota tim segera patuh. Gaya ini memberikan paksaan kepada anggota tim untuk melakukan apa yang dikatakan oleh pemimpin. Gaya ini sesuai digunakan dalam keadaan darurat atau krisis, disaat organisasi sudah diambang kegagalan dan membutuhkan dorongan kuat untuk bangkit. Tetapi gaya ini tidak bisa diterapkan di setiap keadaan karena dapat melumpuhkan flesibelitas dan daya cipta anggota tim.

  6. The Democratic Leader
    Gaya ini memberikan kesempatan anggota tim untuk berpartisipasi atas kebijakan pemimpin. Pemimpin akan menanyakan apa yang dipikrikan oleh anggotanya. Gaya ini efektiv bila pemimpin membutuhkan tim untuk membeli, membuat keputusan, rencana, atau tujuan namun ia tidak yakin dan membutuhkan ide segar dari tim yang berkualitas. Tetapi gaya ini tidak tepat jika diberikan saat situasi darurat tertutama jika sudah tidak ada waktu banyak dan anggota tim tidak ada yang dapat memberikan masukan kepada pemimpin, karena masih kurangnya pengalaman.

Selain itu terdapat juga

  • The Laissez-Faire Leader
    Gaya ini adalah ketika pemimpin tidak memberikan pengawasan yang ketat terhadap anggota timnya.

  • The Autocrat
    Seorang pemimpin pada gaya ini akan memilih membuat keputusan sendiri. Ia memiliki wewenang mutlak.

  • The Transactional Leader
    Pemimpin dalam gaya ini berhak memberikan hadiah atas keberhasilan anggota tim atau memberikan hukuman atas kesalahan anggota tim. Pemimpin menjadi peninjau dan penilah keberhasilan atas tujuan yang telah disepakati bersama.

  • The Transformational Leader
    Gaya kepemimpinan ini mengandalkan komunikasi untuk memberikan motivasi agar anggota tim mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.

Dari beberapa gaya kepemimpinan diatas, tidak ada yang paling sesuai diterapkan untuk organisasi manapun. Dalam suatu organisasi tidak dapat hanya menerapkan satu gaya kepemimpinan mengingat bahwa keadaan terus berubah.

Jika melihat budaya organisasi di Indonesia sendiri, dimana orang Indonesia memiliki kebiasaan gotong royong, rasa saling membatu, peduli, tetapi tidak dipungkiri banyak pula yang memiliki sikap malas dan kurang bersemangat dalam bekerja. Maka dari itu gaya yang tepat dilakukan adalah perpaduan. antara beberapa gaya. Contohnya The Affiliative Leader, The Coaching Leader, The Coercive Leader, The Democratic Leader, dan The Transactional Leader. Sehingga seorang pemimpin harus mampu menjadi tegas ketika keadaan sedang mendesak atau tim menjadi malas, mampu meninjau keberhasilan, mengarahkan dan membuat ikatan emosi yang baik melalui komunikasi. Sehingga pada akhirnya pemimpin mampu menjadi sahabat, rekan, dan orang tua yang dihormati.

Referensi