Apa saja yang harus diperhatikan untuk dapat memulai pertanian dengan sistem organik?

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia atau pabrik, pestisida, herbisida, ZPT dan aditif pakan), dengan tujuan untuk menyediakan produk-produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
Kaidah apa yang harus diperhatikan untuk dapat memulai pertanian dengan sistem organik?

1 Like

Banyak keunggulan yang dimiliki cara budidaya secara organik. Namun di samping itu juga perlu diperhatikan beberapa hal agar tanaman mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang sesuai harapan.

Persiapan Benih atau Bibit

Benih atau bibit yang akan ditanam harus berasal dari tanaman yang dibudidayakan secara organik. Hal ini karena perlu diperhatikan karena benih atau bibit yang akan menentukan kualitas pertumbuhan maupun perkembangan tanaman. Produk organik harus murni dari tanaman yang dibudidayakan secara organik.

Kondisi Lingkungan

Pastikan kondisi lingkungan bebas dari kontaminan bahan kimia. Bertani secara organik tidak boleh bersamaan atau berdekatan dengan pertanian lain yang tidak organik. Hal tersebut karena bahan kimia yang digunakan mampu mencemari ataupun menginfeksi tanaman organik yang dibudidayakan. Lahan yang masih tercemar juga harus melalui tahan konversi sampai lahan bisa dikatakan layak untuk digunakan kegiatan bertani secara organik.

Penanaman

Penanaman juga penting untuk menciptakan pertanian organik yang berkelanjutan. Penanaman bisa dilakukan secara polikultur atau melakukan rotasi tanaman. Selain itu juga bisa ditanam tanaman yang mampu bertumpang sari untuk memaksimalkan pertumbuhan secara alami.

Pengolahan Tanah

Bertani secara organik juga harus diperhatikan akar dapat menjadi media yang memiliki peran optimal. Pengolahan tanah harus seminimal mungkin untuk memperkecil kerusakan tanah, seperti pemadatan karena traktor. Selain itu pengolahan tanah harus mampu memicu perkembangbiakan organisme tanah dan memperhatikan aerasi tanah.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan harus dengan pupuk organik. Jenis pupuk organik ini bisa bermacam-macam dan memiliki fungsinya masing-masing. Pupuk organik bisa dibuat dengan bahan organik yang berasal dari kebun, kotoran ternak, atau jerami yang diolah secara organik.
Pengairan

Pengarian pada pertanian organik juga perlu diperhatikan. Air yang digunakan tidak boleh asal-asalan dari sungai atau sumber. Air harus dipastikan bebas kontaminan bahan kimia.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pada kegiatan pengendalian OPT tidak boleh menggunakan pestisida kimia. Pengendalian OPT harus menggunakan pestisida organik atau hayati serta memperhatikan keseimbangan ekosistem sekitar tanaman. Bisa menggunakan pestisida kimia atau buatan namun dengan syarat sudah terdaftar di IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements).

Pascapanen

Kegiatan pascapanen juga akan menentukan produk bisa dikatakan organik atau tidak. Jika menginginkan produk yang organik maka kegiatan pascapanen juga harus dilakukan secara alami atau dengan kata lain tidak menggunakan bahan kimia atau sintesis lainnya yang dapat mencemari produk.

Refrensi :

dalam pertanian organik yang perlu ditekankan yaitu tidak menggunakan bahan kimia pada saat penanaman, perawatan, dan hingga dipasarkan ke konsumen. keorisinal bahan ini lah yang perlu menjadi perhatian khsusus dalam penanaman tanaman organik

Secara substansi pertanian organik bukanlah barang baru. Sebelum ditemukan pupuk dan obat-obatan kimia sintetis, bisa dikatakan semua kegiatan produksi pertanian merupakan pertanian organik.

Adalah Sir Albert Howard, seorang ahli botani asal Inggris, yang mengagas pertanian organik secara lebih sistemastis. Bukunya yang terbit pada tahun 1940, berjudul “An Agricultural Testament”, telah menginspirasi gerakan pertanian organik diberbagai belahan bumi. Atas alasan itu, dia disebut-sebut sebagai bapak pertanian organik.

Di Indonesia pertanian organik mulai populer di era 80-an. Dimana gerakan revolusi hijau yang digagas pemerintah pada akhir tahun 70-an mulai menunjukkan dampak negatifnya. Penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia dituduh sebagai pemicu kerusakan lingkungan pertanian dan kesehatan manusia.

Ada banyak dasar pemikiran yang memotivasi seorang petani mempraktekkan pertanian organik. Praktek yang paling ekstrim bahkan sangat meminimalkan intervensi manusia. Petani hanya bertugas sebagai penebar benih dan pemetik hasil saja. Ada juga yang sangat longgar, masih mentoleransi penggunaan bahan-bahan kimia sintetis tertentu apabila diperlukan. Berdasarkan penulusuran tim alamtani terhadap praktek-praktek pertanian organik, setidaknya terdapat kaidah-kaidah utama yang harus dipatuhi. Berikut uraian singkatnya:

Penyiapan lahan
Lahan untuk pertanian organik harus terbebas dari residu pupuk dan obat-obatan kimia sintetis. Proses konversi lahan dari pertanian konvensional ke pertanian organik membutuhkan waktu setidaknya 1-3 tahun. Selama masa transisi, produk pertanian yang dihasilkan belum bisa dikatakan organik karena biasanya masih mengandung residu-residu kimia.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah lingkungan disekitar lahan. Pencemaran zat kimia dari kebun tetangga bisa merusak sistem pertanian organik yang telah dibangun. Zat-zat pencemar bisa berpindah ke lahan organik kita karena dibawa oleh air dan udara.

Selain zat pencemar, pemakaian obat-obatan dari kebun tetangga bisa menyebabkan hama dan penyakit lari ke lahan pertanian organik. Tentunya hama akan mencari lahan-lahan yang bebas racun, dan sialnya kebun organik akan menjadi sasaran empuk.

Untuk menyiasati hal tersebut, bisa menggunakan tanaman pagar. Beberapa jenis tanaman pagar memiliki kemampuan sebagai penyerap bau, bahan kimia, dan pengusir hama. Selain itu, hijauan dari tanaman pagar bisa digunakan sebagai bahan pupuk organik.

Kondisi pengairan
Kondisi pengairan atau irigasi menjadi penentu juga dalam pertanian organik. Akan menjadi sia-sia apabila kita menerapkan pertanian organik sementara air yang mengaliri lahan kita banyak mengandung residu bahan kimia. Tentunya lahan kita beresiko tercemar zat-zat tersebut. Pada akhirnya produk pertanian organik kita tidak steril dari racun-racun kimia. Untuk mengakali hal ini, pilih lahan yang mempunyai pengairan langsung dari mata air terdekat. Kalau sulit kita bisa mengambil air dari saluran irigasi yang agak besar. Kadar residu kimia dalam saluran air yang besar biasanya sangat rendah, dan airnya masih bisa digunakan untuk pertanian organik. Hindari mengambil air dari limpahan kebun atau sawah konvensional.

Selain itu, bisa juga dibuat unit pemurnian air sendiri. Air dari saluran irigasi ditampung dalam sebuah kolam yang telah direkayasa. Kemudian air keluaran kolam dipakai untuk mengairi kebun organik.

Penyiapan benih tanaman
Benih yang digunakan dalam pertanian organik harus berasal dari benih organik. Apabila benih organik sulit didapatkan, untuk tahap awal bisa dibuat dengan memperbanyak benih sendiri. Perbanyakan bisa diambil dari benih konvensional.

Caranya dengan membersihkan benih-benih tersebut dari residu pestisida. Untuk menjadikannya organik, tanam benih tersebut lalu seleksi hasil panen untuk dijadikan benih kembali. Gunakan kaidah-kaidah pemuliaan dan penangkaran benih pada umumnya.

Jangan mengawetkan benih dengan pestisida, fungisida atau hormon-hormon sintetis. Gunakan metode tradisional untuk mengawetkannya. Benih yang dihasilkan dari proses ini sudah bisa dikatakan benih organik.

Hal yang perlu dicatat, benih hasil rekayasa genetika tidak bisa digunakan untuk sistem pertanian organik.

Pupuk dan penyubur tanah
Pemupukan dalam pertanian organik wajib menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang diperbolehkan adalah pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos dan variannya, serta pupuk hayati. Untuk mengetahui lebih detailnya silahkan baca jenis-jenis pupuk organik. Pertanian organik juga bisa menggunakan penyubur tanah atau disebut juga pupuk hayati. Penyubur tanah ini merupakan isolat bakteri-bakteri yang bisa memperbaiki kesuburan tanah. Saat ini pupuk hayati banyak dijual dipasaran seperti EM4, Biokulktur, dll. Pupuk hayati juga bisa dibuat sendiri dengan mengisolasi mikroba dari bahan-bahan organik.

Dalam permentan bahan-bahan tambang mineral alami seperti kapur dan belerang masih ditoleransi untuk digunakan pada pertanian organik. Berikut daftar bahan mineral yang bisa digunakan dalam pertani Pertanian organik juga bisa menggunakan penyubur tanah atau disebut juga pupuk hayati. Penyubur tanah ini merupakan isolat bakteri-bakteri yang bisa memperbaiki kesuburan tanah. Saat ini pupuk hayati banyak dijual dipasaran seperti EM4, Biokulktur, dll. Pupuk hayati juga bisa dibuat sendiri dengan mengisolasi mikroba dari bahan-bahan organik.

Dalam permentan bahan-bahan tambang mineral alami seperti kapur dan belerang masih ditoleransi untuk digunakan pada pertanian organik. Berikut daftar bahan mineral yang bisa digunakan dalam pertanian organik:

Dolomit
Gipsum
Kapur khlorida
Batuan fosfat
Natrium klorida
Pengendalihan hama dan penyakit
Pengendalian hama dalam pertanian organik sebaiknya menerapkan konsep pengendalian hama terpadu. Hal-hal yang terlarang adalah menggunakan obat-obatan seperti pestisida, fungisida, herbisida dan sejenisnya untuk membasmi hama.

Pengendalian organisme penganggu tanaman bisa memanfaatkan:

Pemilihan varietas yang cocok
Rotasi tanaman
Menerapkan kultur teknis yang baik, seperti pengolah tanah, pemupukan, sanitasi lahan, dll.
Memanfaatkan musuh alami atau predator hama
Menerapkan eksosistem pertanian yang beragam, tidak monokultur
Apabila terpaksa, misalnya terjadi ledakan hama atau penyakit, bisa digunakan juga pemberantasan hama dengan pestisida alami atau pestisida organik. Silahkan baca mengenai pestisida organik.

Penanganan pasca panen
Proses pencucian atau pembersihan produk hendaknya menggunakan air yang memenuhi standar baku mutu organik. Hindari air yang sudah tercemar zat-zat kimia sintetsis. Gunakan juga peralatan yang tidak terkontaminasi zat-zat kimia.

Dalam penyimpanan dan pengangkutan produk organik sebaiknya tidak dicampur dengan produk non organik. Untuk memberikan nilai tambah, sebaiknya kemas produk-produk organik dengan bahan yang ramah lingkungan dan bisa di daur ulang.

Referensi : Memulai usaha pertanian organik - ALAM TANI