Apa saja yang harus diperhatikan ketika melakukan Terapi Kognitif Perilaku pada Anak ?

Terapi Perilaku Kognitif

Cognitive Behavioural Theraphy (CBT) atau Terapi Perilaku Kognitif adalah suatu terapi yang menekankan kepada klien untuk melihat diri sendiri dengan cara yang berbeda, yang nantinya akan berguna bagi kehidupannya sehari-hari.

Apa saja yang harus diperhatikan ketika melakukan Terapi Kognitif Perilaku pada Anak ?

Strategi yang dapat digunakan pada anak dalam melakukan terapi kognitif perilaku banyak diambil dari proses manipulasi respon perilaku melalui modeling, role playing, latihan bertahap dan pelatihan keterampilan. Target yang ingin dicapai adalah untuk mengubah distorsi kognitif dan cara berpikir yang salah dalam anak merespon suatu peristiwa.

Teknik-teknik spesifik ini digunakan dengan variasi penuh dan saling mengisi satu sama lainnya. Menurut Beck, Rush & Emery (1979), intervensi kognitif mencoba untuk menghasilkan perubahan pada anak melalui pengaruh cara berpikir anak. Teknik-teknik yang diterapkan diciptakan untuk mengidentifikasi, untuk pengujian terhadap kenyataan dan mengkoreksi konsep-konsep yang salah serta keyakinan-keyakinan disfungsional yang mendasari dalam aspek kognitif anak. Dengan mengevaluasi ulang dan mengkoreksi pemikiran anak, anak belajar untuk mengendalikan masalah dan situasi yang sebelumnya tidak dapat diatasi.

Teknik-teknik kognitif perilaku bertujuan untuk menggambarkan dan menguji asumsi-asumsi spesifik yang salah dan maladaptif. Untuk itu anak diajarkan untuk memantau pemikiran otomatis negatifnya, untuk memahami hubungan antar kognisi, afeksi dan perilaku, untuk menguji bukti-bukti untuk melawan pemikiran otomatis yang negatif, untuk membimbing klien melakukan interpretasi yang lebih realistis dan untuk membantu klien dalam belajar memahami dan mengubah keyakinan irasionalnya tersebut sebelum menimbulkan pengaruh yang negatif dalam pengalaman anak.

Tujuan penerapan terapi kognitif perilaku untuk anak-anak melibatkan target preventif yang mempunyai tiga kemungkinan sasaran preventif, yaitu :

  • Prevensi primer yaitu terapi secara langsung mencegah munculnya masalah pada masa depan anak.

  • Prevensi sekunder, yaitu terapi yang diarahkan langsung untuk mengobati masalah yang muncul dengan fokusnya untuk mencegah dampak buruk di bidang/fungsi lain kehidupan anak.

  • Prevensi tertier, yaitu terapi yang diarahkan untuk menurunkan atau menghilangkan masalah yang muncul yang dalam penelitian ini masalah kesulitan belajar yang dialami anak usia sekolah.

Indikasi Terapi Kognitif Perilaku pada Anak


Beberapa masalah di bawah ini akan menjadi pertimbangan dalam menerapkan terapi kognitif perilaku, antara lain :

  • Jika anak menunjukkan gangguan yang harus dihilangkan atau jika akibatnya membutuhkan identifikasi lebih lanjut (Kazdin, 1988).

  • Ketika anak kekurangan keterampilan khusus atau menunjukkan harga diri, evaluasi dan keterampilan sosial yang rendah (Mash & Terdal, 1988).

  • Ketika anak memunculkan frekuensi yang tinggi dari perilaku yang harus dihilangkan (agresivitas) karena akibat buruknya terhadap lingkungan anak (Kazdin, 1988).

  • Ketika anak memunculkan perilaku menghindar yang mengganggu fungsi normal anak (Marks, 1987).

  • Ketika anak masih memunculkan perilaku bermasalah walaupun pengaruh lingkungan telah diupayakan diubah (Ronen, 1993).

  • Ketika anak memunculkan perilaku merusak diri sendiri yang menempatkannya dalam bahaya (Sheldon, 1987).

  • Ketika anak berperilaku membahayakan, baik bagi dirinya maupun orang lain (Ronen, 1997)

  • Ketika anak mengalami masalah yang bersumber dari diri anak sendiri, dapat digambarkan seperti anak yang mengalami kesulitan belajar akibat kognitif (pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan dan pemikiran) yang negatif, sehingga dari kognitif itu perilaku anak menjadi maladaptif yaitu agresi terhadap orang lain, perusakan, kecurangan dan pelanggaran peraturan (Safaria, 2004).

Prinsip Pelaksanaan Terapi Kognitif Perilaku pada Anak


Untuk menerapkan terapi kognitif perilaku pada anak, terapis dituntut untuk menerapkan beberapa prinsip umum, yakni :

  • Proses mediasi kognitif terlibat dalam aktivitas belajar anak.

  • Kognitif, perasaan dan perilaku anak merupakan sebab akibat yang saling berkaitan.

  • Aktifitas kognitif seperti harapan, pernyataan diri dan atribusi merupakan hal yang penting dalam memprediksi psikopatologi dan perubahan psikoterapeutik.

  • Kognitif dan perilaku merupakan sesuatu yang utuh, sesuai. Maksudnya adalah proses kognitif dapat dilihat melalui paradigma perilaku dan tekhnik-tekhnik kognitif dapat dikombinasikan dengan prosedur perilaku.

  • Tugas seorang terapis kognitif perilaku adalah berkolaborasi dengan anak untuk mengukur proses kognitif dan perilaku yang terdistorsi dan untuk mendesain pengalaman baru untuk memperbaiki perilaku, kognisi dan afeksi yang disfungsional atau terganggu.

Strategi Pelaksanaan Terapi Kognitif Perilaku pada Anak


Beberapa hal dapat menjadi strategi bagi terapis dalam melakukan terapi kognitif pada anak, ditinjau dari beberapa aspek yakni :

Pada tahap pengkajian

  1. Sumber informasi diagnostik

    • Laporan orangtua harus lebih efektif digunakan untuk memahami perilaku acting out anak, seperti ketidakpatuhan, agresivitas, negativisme, hiperaktif dan impulsivitas anak.

    • Laporan guru dapat memberikan informasi yang baik pada saat pengkajian yang berkaitan dengan norma usia anak seperti fungsi akademis anak, interaksi sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar keluarga dan gaya komunikasi.

    • Laporan diri dari anak merupakan jalan terbaik dalam memahami pengalaman internal anak, yaitu pemahaman gaya berpikir anak dan emosi anak seperti harga diri, konsep diri, kecemasan, depresi dan kesepian.

    • Observasi langsung harus dilaksanakan ketika sumber informasi yang ada saling bertentangan atau ketika dibutuhkan informasi dasar yang lebih akurat.

    • Memperoleh informasi dari berbagai sumber menuntut terapis untuk mampu memahami apakah data yang ada saling bertentangan atau menunjukkan kesamaan menjadi suatu gambaran utuh. Jika saling bertentangan perlu pengujian selanjutnya.

  2. Membandingkan perilaku anak sehat saat ini dengan norma yang normal pada masa usia sekolah.

    Beberapa pertanyaan dapat dijadikan sebagai dasar :

    • Apakah masalah anak mempunyai dasar penjelasan dari perkembangan normal anak ?

    • Apakah perilaku tersebut berubah atau konstan ?

    • Dapatkah hal itu diakibatkan karena ketidakkonsistenan usia kronologis kognitif, emosi dan perilaku anak ?

    • Apakah anak berfungsi sama pada lingkungan yang berbeda ?

    • Dapatkah perilaku anak muncul sebagai akibat gaya linguistik, pemikiran, sikap atau rutinitas anak ?

  3. Pengambilan keputusan apakah anak membutuhkan terapi.

    Terapis perlu memahami beberapa kriteria untuk dapat memutuskan apakah anak betul-betul membutuhkan proses intervensi. Beberapa kriteria tersebut adalah :

    • Memenuhi kriteria indikasi.
    • Perilakunya stabil atau bertambah buruk.
    • Ada resiko besar bagi masa depan anak.
    • Memiliki prognosis yang baik.
    • Menunjukkan motivasi tinggi untuk berubah.
    • Perbaikan penting bagi anak dan keluarganya.
    • Perilaku bermasalah telah mengubah situasi menjadi buruk.
  4. Memilih setting yang optimal untuk treatmen.

    Beberapa pertanyaan ini dapat membantu terapis membuat keputusan :

    • Apakah masalah yang timbul pada anak akibat pengetahuan orangtua yang kurang tentang perkembangan normal anak ?

    • Apakah masalah yang muncul pada anak akibat ketidakmampuan orangtua untuk menumbuhkan kepatuhan anak ?

    • Apakah masalah yang muncul merupakan suatu refleksi dari peran gaya komunikasi yang buruk dan pola di dalam keluarga ?

    • Apakah masalah yang muncul merupakan hasil dari interaksi sebaya atau kurangnya keterampilan sosial ?

    • Apakah masalah yang muncul berhubungan dengan kurang efektifnya metode disiplin yang diterapkan guru ?

    • Apakah masalah yang muncul merupakan refleksi dari kognitif, keyakinan dan emosi anak?

  5. Memilih teknik-teknik untuk proses terapi.

    Empat pertanyaan yang dapat dijadikan strategi dalam memilih tekhnik-tekhnik untuk diterapkan terapis pada proses terapi individu pada anak :

    • Apakah tahap perkembangan anak mampu untuk menerima terapi verbal ?

    • Apakah anak mempunyai kemampuan untuk mendengar dan berkonsentrasi dengan tenang ?

    • Apakah anak mempunyai motivasi untuk terapi atau haruskah terapi bermain diterapkan untuk mempertahankan motivasi ?

    • Apakah anak memiliki keterampilan verbal atau apakah dia lebih baik dalam seni, musik, tari atau permainan ?

Pada tahap intervensi terapi kognitif perilaku

Beberapa strategi yang dapat dilakukan terapis dalam menerapkan terapi kognitif perilaku pada anak sebagai berikut :

  1. Sebelum mengaplikasikan terapi kognitif perilaku pada anak, terapis harus hati-hati dalam menguji jenis masalah yang dihadapi anak. Apakah masalah yang paling signifikan berkaitan dengan kognitif, emosi atau perilakunya ?

  2. Perubahan apa yang paling menarik anak, apakah menanamkan keterampilan, menghapuskan perilaku bermasalah yang sering muncul, atau menurunkan kecemasan yang mengganggu anak dalam fungsi kesehariannya.

  3. Pertimbangkan kemungkinan untuk mengaplikasikan terapi kognitif dengan anak yang khusus. Tekhnik apa yang paling sesuai untuk usia anak dan tahap perkembangan kognitif anak.