Dalam pengambilan keputusan, ego tidak hanya harus berurusan dengan dunia luar, tetapi juga harus mempertimbangkan keinginan-keinginan dasar tidak masuk akal yang berasal dari id dan superego (Feist & Feist, 2009:29). Ketika salah satu dari id atau superego menjadi lebih dominan dan menekan ego, ego akan mengaktifkan mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya. Seperti yang dikemukakan Freud bahwa ketika ego merasa terkepung di ketiga sisi (id, superego, dan dunia luar) yang memiliki kekuatan yang berbeda dan saling bertentangan, maka timbul kecemasan dalam diri ego. Kecemasan merupakan reaksi ego terhadap dorongan-dorongan yang dianggap membahayakan diri seseorang (Freud, 1984:31). Oleh karena itu, ego kemudian merepresi dan juga menggunakan mekanisme pertahanan dirinya untuk menghindari kecemasan (Feist & Feist, 2009:29).
Terdapat delapan mekanisme pertahanan diri ego, yaitu represi, reaksi-formasi, pemindahan (displacement) , fiksasi, regresi, proyeksi, introjeksi, dan sublimasi. Akan tetapi, pada artikel jurnal ini, saya hanya akan menggunakan lima mekanisme pertahanan diri ego, yaitu represi, reaksi-formasi, pemindahan (displacement), introjeksi, dan sublimasi.
a. Represi
Represi adalah bentuk mekanisme pertahanan diri yang paling mendasar yang dimiliki oleh ego. Freud (1984:17-18) menyatakan bahwa setiap kali ego merasa terancam oleh dorongan yang dihasilkan oleh id, ego akan merepresi dorongan tersebut ke dalam
ketidaksadaran manusia. Menurut Freud, setelah suatu dorongan terrepresi ke wilayah tak sadar manusia, ada beberapa kemungkinan yang terjadi padanya, yaitu (1) Dorongan tersebut tetap tidak berubah dan berada di wilayah tak sadar; (2) Dorongan tersebut akan memaksa memasuki wilayah sadar manusia dengan bentuk yang sama sehingga menimbulkan kecemasan berlebih pada diri seseorang; atau (3) Dorongan tersebut merubah bentuknya dengan cara pengalihan objek pemuas atau menyamar menjadi bentuk lain (Freud, 1984:21).
b. Reaksi-Formasi
Dorongan-dorongan yang terepresi dapat menembus alam tak sadar manusia menuju alam sadar dengan cara menyamarkan bentuknya sehingga ego tidak merasa terancam. Salah satu caranya adalah dengan menyamarkan dorongan tersebut ke bentuk yang sama sekali berbeda dengan dorongan aslinya dan mengekspresikannya secara aktif (Schultz & Schultz, 2005:59). Mekanisme pertahanan ini disebut reaksi-formasi. Dalam aplikasinya, seseorang secara sadar menggantikan dorongan yang tidak diinginkan dengan hal yang bertolak belakang dengan dorongan tersebut (Hall dkk., 1988: 51).
c. Pemindahan (Displacement)
Pengalihan objek pemuas kebutuhan tidaklah mengurangi kecemasan yang dirasakan seseorang karena ada perbedaan tingkat kepuasan dari objek asli pemuas kebutuhan dan objek penggantinya (Shultz & Schultz, 2005:60). Menurut Hall (1988:49), ada dua faktor utama dalam pemilihan objek pengganti, yaitu (1) kemiripan objek pengganti dengan objek asli, dan
(2) ada atau tidaknya sanksi atau larangan di masyarakat terhadap objek pengganti tersebut. Jika objek pengganti terlalu berbeda dari objek pemuas asli, maka objek pengganti tersebut akan lebih sedikit mereduksi kecemasan dalam diri seseorang (Hall dkk., 1988:49).
d. Introjeksi
Introjeksi adalah sebuah keadaan, di mana seseorang menginternalisasi hal-hal baik yang ada di dalam diri orang lain. Seorang individu menginternalisasi hal-hal baik yang dimiliki seseorang untuk membuat dirinya merasa lebih baik (Feist & Feist, 2009:37). Selain merasa lebih baik, dengan cara itu pula ia meminimalisir inferioritas yang ada di dalam dirinya.
a. Sublimasi
Sublimasi adalah satu-satunya bentuk mekanisme pertahanan ego yang tidak hanya berdampak baik pada diri sendiri, tetapi juga memberikan dampak yang baik pada masyarakat (Freud, 1984:22). Energi yang dihasilkan oleh dorongan id dialihkan dalam bentuk yang lebih berterima di masyarakat. Dorongan yang dialihkan tersebut diekspresikan dalam bentuk suatu pencapaian kreatif dalam bentuk kesenian, musik, dan sastra (Feist & Feist, 2009:38). Freud percaya bahwa di setiap kegiatan artistik manusia terdapat manifestasi dari dorongan id yang dialihkan ke dalam bentuk yang lebih diterima masyarakat dan kemungkinan tidak lagi bersifat seksual (1984:51).