Apa saja teori yang ada pada psikologi kepribadian ?

Psikologi kepribadian

Psikologi kepribadian merupakan bidang studi psikologi yang mana mempelajari mengenai tingkah laku manusia di dalam menyesuaikan dirinya sendiri kepada lingkungan tempat tinggalnya. Pskologi kepribadian memiliki interaksi dengan psikologi perkembangan dan sosial.

Apa saja teori yang ada pada psikologi kepribadian ?

Berikut ini adalah beberapa teori yang menyangkut psikologi kepribadian, antara lain:

1. Tahapan Pengembangan Kognitif

Teori Jean Piaget ini menjelaskan mengenai perkembangan kognitif. Hal ini memang paling sering dikutip dalam ilmu psikologi, meskipun sudha menjadi subjek kritik yang cukup. Banyak asepk teori yang tidak teruji dengan waktu, namun inti dari teori tersebut tetap menjadi yang penting saat ini. Mempelajari teori ini akan membuat anda memahami mengenai terobosan dan kontribusi penting yang digunakan dalam pengembangan kepribadian.

2. Tahapan Pembangunan Psikoseksual

Tak hanya menjadi yang terbaik dalam pengembangan kepribadian, Sigmund Freud juga menjadi yang paling kontroversial dalam psikologi kepribadian. Tahapan teori ini terkenal akan teori perkembangan psikoseksual. Freud menjelaskan jika kepribadian berkembang bertahap berkaitan dengan zona zona erotis tertenty. Kegagalan dalam menyelesaikan tahapan ini akan menyebabkan masalah dalam kepribadian seseorang di masa yang akan datang.

3. Struktural Model Kepribadian

Konsepan ini mengenai id, ego, superego yang memang sudah populer dalam ilmu psikologi kepribadian. Meskipun kurang dukungan serta skeptisismen yang besar dari kebanyakan peneliti. Menurut Freud, ada 3 unsur mengenai kepribadian yaitu id, ego, superego yang mana bekerja sama dalam menciptakan perilaku manusia kompleks.

4. Tahapan Pembangunan Psikososial

Teori psikososial erikson ini menjelaskan mengenai 8 tahapan mengenai perkembangan manusia. Erikson lebih memfokuskan dalam menjelaskan mengenai pentingnya hubungan sosial di dalam pengembangan kepribadian.

5. Tahapan Pembangunan Moral

Teori ini memiliki fokus pada pertumbuhan pemikiran moral. Bangunan dalam proses 2 tahap yang diusulkan Piaget sebelumnya kemudian diperluas oleh Kohlberg dengan meliputi 6 tahapan yang berbeda. Namun teori ini telah banyak dikitrik dikarenakan adanya alasan-alasan yang berbeda, termasuk kmungkinan jika Kohlberg tidak mengakomodasi pad ajenis kelamin berbeda serta budaya yang sama.

Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia.

Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas pertanyaan sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian yang lengkap. Menurut Pervin, teori kepribadian biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :

  • Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.

  • Pembahasan tentang proses , yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.

  • Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan , yaitu aneka perubahan pada struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan, perubahan-perubahan pada proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya.

  • Pembahasan tentang psikopatologi , yaitu hakikat gangguan kepribadian atau tingkah laku beserta asal-usul atau proses perkembangannya.

  • Pembahasan tentang perubahan tingkah laku , yaitu konsepsi tentang bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.

Para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori kepribadian ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Boeree (2005) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu :

  • Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama .

  • Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua.

  • Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga

Teori Psikoanalisis


Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005).

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es , das Ich , dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel Struktur Kepribadian menurut Teori Psikoanalisis

Dimensi Das Ee (the Id) Das Ich (the Ego) Das Ueber Ich (the Super Ego)
Asal pembawaan hasil interaksi dengan lingkungan Hasil internalisasi nilai-nilai dari figur yang berpengaruh
Aspek biologis psikologis sosiologis
Fungsi mempertahankan konstansi mengarahkan individu pada realitas 1. Sebagai pengendali Das Es.
2. Mengarahkan das Es das Ich pada perilaku yang lebih bermoral.
Prinsip Operasi pleasure principle reality principle morality principle
Perlengkapan 1) refleks proses sekunder 1) Conscientia
2) proses primer 2) Ich ideal

Dinamika Kepribadian

  • Distribusi enerji

    Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji untuk aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut enerji psikis.

    Freud menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki enerji hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich. Mekanisme perpindahan energi psikis dari das Es ked as Ich dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

    Mekanisme perpindahan enerji
    Gambar Mekanisme perpindahan enerji

  • Mekanisme pertahanan ego

    Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991).

    Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 2001).

    1. Represi , yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.

    2. Sublimasi , adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.

    3. Proyeksi , adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.

    4. Displacement , adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.

    5. Rasionalisasi , menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange technique .

    6. Pembentukan reaksi , adalah upaya mengatasi kecemasan karena insdividu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.

    7. Regresi , adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengaruhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.

    Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.

  • Tahap-tahap perkembangan kepribadian

    Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).

    • Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan. Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.

    • Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.

    • Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.

    • Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.

    • Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

Beberapa teori kepribadian yang masuk kedalam Teori Psikoanalisis adalah Teori Psikologi Individual dan Teori Psikologi Analitis

1. Teori Psikologi Individual

Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology).

Konsepsi-konsepsi Psikologi Individual

Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungab kepada orang lain.

Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yangh saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut.

  • Individualitas sebagai pokok persoalan

    Adler menekankan pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas. Menurut Adler setiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, dan setiap perilakunya menunjukkan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.

  • Dua dorongan pokok

    Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar belakangi segala perilakunya, yaitu :

    • Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;

    • Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri.

  • Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior

    Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.

  • Gaya hidup (style of life)

    Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda- beda. Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada (Alwisol, 2005).

  • Minat sosial (social interest)

    Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah, dst., menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.

  • Kekuatan krestif self (creative power of the self)

    Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian (Awisol, 2005). Menurut Adler, self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku (kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan).

    Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur kepribadian. Keturunan kekmberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya.

  • Konstelasi keluarga

    Konstelasi berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Menurt Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan anak tunggal berbeda, karena perlakuan yang diterima dari orang tua dan saudara-saudara berbeda.

  • Posisi tidur dan kepribadian

    Hidup kejiwaan merupakan kesatuan antara aspek jiwa dan raga dan tercermin dalam keadaan terjada maupun tidur. Dari observasi yang telah dilakukan terhadap para pasiennya Adler menarik kesimpulan bahwa ada hubungan posisi tidur seseorang dengan kepribadiannya.

    • Tidur terlentang, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat pemberani dan bercita-cita tinggi.

    • Tidur bergulung (mlungker), menunjukkan sifat penakut dan lemah dalam mengambil keputusan.

    • Tidur mengeliat tidak karua, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat yang tidak teratur, semborno, dst.

    • Tidur dengan kaki di atas bantal, menunjukkan orang ini menyukai petualangan.

    • Tidur dilakukan dengan mudah, berarti proses penyesuaian dirinya baik.

2. Teori Psikologi Analitis

Psikologi analitis merupakan aliran psikologi dinamis yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1975 – 1959). Sama halnya dengan Adler, Jung semula juga merupakan sahabat Freud dan termasuk tokoh terkemuka dalam organisasai psikoanalisis. Dan kerana perbedaan pendapat pula keduanya lalu berpisah. Jung kemudian mengembangkan aliran psikologi yang dia beri nama Psikologi Analistis.

Pokok-pokok Teori Carl Gustav Jung

Struktur kepribadian

Kepribadian atau psyche (istilah yang dipakai Jung untuk kepribadian) tersusun dari sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran : ogo beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif.

Disamping sistem-sistem yang terkait dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi).

  1. Sikap jiwa , adalah arah enerji psikis (libido) yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Sikap jiwa dibedakan menjadi :

    • Sikap ekstrovert

      • libido mengalir keluar
      • minatnya terhadap situasi sosial kuat
      • suka bergaul, ramah, dan cepat menyesuaikan diri
      • dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain berkipun ada masalah.
    • Sikap introvert

      • libido mengalir ke dalam, terpusat pada faktor-faktor subjektif
      • cenderung menarik diri dari lingkungan
      • lemah dalam penyesuaian sosial
      • lebih menyukai kegiatan dalam rumah
  2. Fungsi jiwa, adalah suatu bentuk aktivitas kjiwaan yang secara teoritis tetap meskipun lingkungannya berbeda-beda. Fungsi jiwa dibedakan menjadi dua ;

    • Fungsi jiwa rasional, adalah fungsi jiwa yang bekerja dengan penilaian dan terdiri dari :

      • pikiran : menilai benar atau salah
      • perasaan : menilai menyenangkan atau tak menyenangkan
    • Fungsi jiwa yang irasional, bekerja tanpa penilaian dan terdiri dari :

      • pengideraan : sadar indrawi
      • intuisi : tak sadar naluriah

Menurut Jung pada dasarnya setiap individu memiliki keempat fungsi jiwa tersebut, tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang berkembang atau dominan. Fungsi jiwa yang berkembang paling meonjol tersebut merupakan fungsi superior dan menentukan tipe individu yang bersangkutan.

Dinamika kepribadian

Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol, 2005).

  • Prinsip oposisi

    Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan ( oppose) , saling mendukung ( compensate ), dan bergabung mejnadi kesatuan ( synthese ).

    Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.

  • Prinsip kompensasi

    Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.

  • Prinsip penggabungan

    Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.

Perkembangan kepribadian

Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi yang lebih tinggi.

  • Tujuan perkembangan : aktualisasi diri

    Menurut Jung, tujuan perkembangan kepribadian adalah aktuali-sasi diri, yaitu diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras antara seluruh aspek kepribadian.

  • Jalan perkembangan : progresi dan regresi

    Dalam prose perkembangan kepribadian dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Progresi adalah terjadinya penyesuaian diri secara memuaskan oleh aku sadar baik terhadap tuntutan dunia luar mapun kebutuhan-kebutuhan alam tak sadar.

    Apabila progesi terganggu oleh sesuatu sehingga libido terhalangi untuk digunakan secara progresi maka libido membuat regresi, kembali ke fase yang telah dilewati atau masuk ke alam tak sadar.

  • Proses individuasi

    Untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi secara kuat maka setiap aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yang optimal. Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh Jung dinamakan proses individuasi atau proses penemuan diri.

Teori Behaviorisme


Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B. Watson. Sama halnya dengan psikoanalisis, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Selain Watson ada beberapa orang yang dipandang sebagai tokoh behaviorsime, diantaranya adalah Ivan Pavlov, E.L. Thorndika, B.F. Skinner, dll. Namun demikian bila orang berbicara kepribadian atas dasar orientasi behevioristik maka nama yang senantiasa disebut adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang paling produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling berpengaruh, serta paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas behaviorisme (Koeswara, 2001).

Paradigma yang dipakai untuk membangun teori behavioristik adalah bahwa tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah laku tidak berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan (Alwisol, 2005). Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.

Teori yang paling populer dalam teori kepribadian behaviorisme adalah Teori Kepribadian Skinner

Skinner menjelaskan perilaku manusia dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada padasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan juga merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah (Alwisol, 2005). Ketiga asumsi tersebut adalah :

  • Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful).

    Ilmu adalah usaha untuk menbemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.

  • Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted).

    Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan dating. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan dating dan menguji prediksi itu.

  • Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled).

    Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan / membentuk tingkah laku seseorang .

Pokok-pokok Pandangan Skinner

Struktur kepribadian

Skinner tidak tertarik dengan variable structural dari kepribadian. Mnurutnya, mungkin dapat diperoleh illusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor yang tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikendalikan dengan mengubah lingkungan. Sedangkankan unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Menurut Skinner ada dua klasifikasi tingkah laku yaitu :

  • Tingkah laku responden ( respondent behavior ), adalah respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu.

  • Tingkah laku operan ( operant behavior ), adalah respon yang dimunculkan (emittes) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu.

Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa berbeda-beda kekuatan dan keringan munculnya. Dan itu bukan karena kekuatan dari dalam diri individu atau motivasi. Menurut Skinner variasi kekuatan tingkah laku tersebut disebabkan oleh pengaruh lingkungan.

Dinamika kepribadian

Kepribadian dan belajar

Kepedulian utama Skinner berkenaan dengan kepribadian adalah mengenai perubahan tingkah laku. Hakikat toeri Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu dan mampu, dst.

Menurut Skinner kepribadian dapat dipahami dengan memper- timbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) .

Dalam teori Skinner penguatan dianggap sangat penting untuk membentuk tingkah laku. Menurut Skinner, ada dua macam penguatan :

  • Reinforcement positif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperkuat atau sering dilakukan.

  • Reinforcement negatif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperlemah atau tidak diulangi lagi.

Pembentukan perilaku dan perilaku berantai

Dalam melatih suatu perilaku., Skinner mengemukakan istilah shaping, yaitu upaya secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk yang paling kompleks. Menurut Skinner terdapat 2 unsur dalam pengertian shaping, yaitu :

  • Adanya penguatan secara berbeda-beda (diffrential reinforcement), yaitu ada respon yang diberi penguatan dan ada yang tidak diberi penguatan.

  • Upaya mendekat terus-menerus (successive approximation) yang mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang sesuai dengan harapan eksperimenter yang diberi penguat.

Teori Humanistik


Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).

Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 2001). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya.

Didalam teori Humanistik, teori yang terkanal adalah Teori Abraham Maslow dan Teori Carl Rogers.

Teori Abraham Maslow

Eksistensialisme menekankan pada anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya, maka pandanganpandangan eksistensialisme menarik bagi para ahli psikologi humanistik dan selanjutnya dijadikan landasan teori psikologi humanistik. Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 2001 dan Alwisol 2005)

  1. Prinsip holistik

    Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu berting-kah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :

    • Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi. Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit).

    • Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi.

    • Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri.

    • Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.

    • Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna dari pada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolasi.

  2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.

  3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.

  4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.

  5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral.
    Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.

  6. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.

  7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.

  8. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)

    1. kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
    2. kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
    3. kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
    4. kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
    5. kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)

Teori Carl Rogers

Tokoh psikologi humanistik selain Abraham Maslow, adalah Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).

Pokok-pokok Teori Carl Rogers

Struktur kepribadian

Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self.

  1. Organisme, mencakup :

    • Makhluk hidup
      Organisme adalah makhluk ;lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat.

    • Realitas subjektif
      Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah.

    • Holisme
      Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.

  2. Medan fenomena
    Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.

  3. Self
    Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah :

    • terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu;.
    • bersifat integral dan konsisten;
    • menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman;
    • dapat berubah karena kematangan dan belajar.

Dinamika kepribadian

Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995).

Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :

  1. Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.

  2. Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.

  3. Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.

Perkembangan kepribadian

Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.

Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :

  1. terbuka untuk mengalami (openess to experience);
  2. hidup menjadi (existential living);
  3. keyakinan organismik (organismic trusting);
  4. pengalaman kebebasan (experiental freedom);
  5. kreativitas (creativity)

Sumber : Kuntjojo, Psikologi kepribadian, Universitas Nusantara PGRI Kediri

Referensi
  • Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian . Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.

  • Boeree, CG. (1997) . Personality Theories :Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. (Alih bahasa : Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta: Primasophie.

  • Dirgagunarsa, Singgih. (1978) Pengantar Psikologi . Jakarta : BPK Gunung Mulia.

  • Farozin, H. M. Dan Fathiyah, Kartika Nur. (2004) Pemahaman Tingkah Laku . Jakarta : Rineka Cipta.

  • Heuken, Adolf S.J. (1979) Tantangan Membina Kepribadian : Pedoman Mengenal Diri . Kanisius : Yogyakarta.

  • Koeswara, E. (2001) Teori-teori Kepribadian . Bandung Eresco.

  • Kretch, David dan Crutchfield, Ricahrd S. (1969) Elements of Psychology . New York : Alfred A. Knopf.

  • Nana Syaodih. (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan . Bandung : PT REmaja Rosdakarya.

  • Sagimun Mulus Dumadi. (1982) Pembentukan dan Pendidikan Watak . Jakarta : Pradnya Paramita.

  • Sumadi Suryabrata. (2005) Psikologi Kepribadian . Jakarta : CV Rajawali. Supratiknya, A. (editor) (1993) Teori-teori Holistik : Organismik – Fenomeno- logis . Yogyakarta : Kanisius.

Untuk mempelajari kepribadian seseorang dengan pendekatan ilmiah adalah dengan memahami teori kepribadian. Berikut beberapa teori kepribadian yang cukup umum dikenal, yakni :

1. Psikoanalisis Klasik (Sigmund Freud 1856-1939)

Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar ( conscious ), pra sadar ( preconscious ), dan tidak sadar (unconscious). Alam sadar adalah apa yang disadari pada saat tertentu, peninderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasi. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan “kenangan yang sudah tersedia” ( available memory ), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat dipanggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah sadar ( unconsious mind ). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting serta segala sesuatu yang masuk dan tidak dapat menjangkaunya, seperti kenangan ayau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.

Id adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls, dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious , mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari stuktur kepribadian lainnya. Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realitas; sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama: pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspons dan insitng mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.

Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan ID sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan mencapai kesempurnaan dari super-ego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri utntuk memperoleh energi dari Id.

Super-ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi memakai prinsip idealistik sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistuik dari ego. Super-ego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, super-ego beroperasi ditiga daerah kesadaran.

Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).

Super-ego bersifat non-rasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam pikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari super-ego; 1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan- tujuan moralistik; 2) memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan; 3) mengejar kesempurnaan (Alwisol, 2004).

Perkembangan Kepribadian

Freud adalah teoritis pertama yang memusatkan perhatiannya kepada kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal-awal dalam pembentukan karakter seseorang. Freud yakin dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi. Tehnik psikoanalisis mengekplorasi jiwa pasien antara lain dengan mengembalikan mereka ke pengalaman masa kanak-kanak.

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahap tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (> 12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan dalam pembentukan kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal, fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan seks, yang terkait dengan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual. Pemberian nama fase-fase perkmbangan infantile sesuai dengan bagian tubuh yang menjadi kateksis sesuak pada fase itu. Tahap perkembangan psikoseksual itu adalah:

  • Fase oral berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, dimana aktifitas yang paling utama adalah menghisap dan menggigit.

  • Tahap anal yang berlangsung dari usia 18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktifitas yang paling dinikmatinya.

  • Tahap phallic berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6, atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin, sementara aktifitas paling nikamtanya adalah masturbasi.

  • Tahap laten berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai usia pubertas (sekitar 12 tahun). Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan- rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar.

  • Tahap genital dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja, khususnya tertuju pada kenikmatan hubungan seksual . masturbasi, seks, oral, homo seksual dan kecendrungan-kecenderungan seksual yang dianggap biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal (Alwisol. 2004: 23).

2. Behavioristik (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990)

Struktur Kepribadian

Menurut Skinner, penyelidikan mengenai kepribadian hanya sah jika memenuhi beberapa kriteria ilmiah. Umpamanya, ia tidak akan menerima gagasan bahwa kepribadian ( personality ) atau diri ( self ) yang membimbing atau mengarahkan perilaku.

Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.

Selanjutnya, Skinner menguraikan sejumlah tehnik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Kemudian banyak diantaranya dipelajari oleh social-learning theoritis yang tertarik dalam modelling dan modifikasi perilaku. Tehnik tersebut adalah sebagai berikut (Alex Sobur: 2003):

  • Pengekangan fisik ( physical restraints );

  • Bantuan fisik ( physical aids );

  • Mengubah kondisi stimulus ( changing the stimulus conditions );

  • Manipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)

  • Melakukan respons-respons lain (performing alternative responses)

  • Menguatkan diri secara positif (positive self-reinforcement)

  • Menghukum diri sendiri (self punishment)

Selanjutnya Skinner membedakan perilaku atas beberapa komponen perilaku, yaitu:

  1. Perilaku yang alami ( innate behavor ), atau yang biasa disebut respondent behavior. Yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas.

  2. Perilaku operan ( operant behavior ), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak jelas atau tidak diketahui, tetapi semata- mata ditimbulkan organisme itu sendiri.

Bagi Skinner, faktor motivational dalam tingkah laku bukan bagian elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa berbeda-beda kekuatan dan keseringan munculnya. Konsep motivasi yang menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan bukan fungsi dari keadaan energi, tujuan, dan jenis penyebab sebagainya. Konsep itu secara sederhana dijelaskan melalui hubungan sekelompok respon dengan sekelompok kejadian. Penjelasan mengenai motivasi ini juga berlaku untuk emosi (Bimo Walgito: 2003).

Dinamika Kepribadian

Hakikat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Dia yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Cara yang paling efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan ( reinforment ), suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Konsep dasarnya sangat sederhana yakni semua tingkah laku dapat dikontrol.

Prinsip dasar pendekatan Skinner adalah: tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh variabel eksternal. Tidak ada dalam diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan eksternal, yang mempengaruhi tingkah laku. Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam “ self, tetapi bagaimana self mengontrol variabel-varibel luar yang menentukan tingkah laku.

B. F. Skinner dengan pandangannya yang radikal, banyak salah dimengerti dan mendapat kritik yang tidak proporsional. Betapapun orang harus diakui bahwa teori Behaviorisme paling berhasil dalam mendorong penelitian dibidang psikologi dengan pendekatan teoritik lainnya. Berikut lima kritik terpenting terhadap B. F. Skinner.

Teori Skinner tidak menghargai harkat manusia. Manusia bukan robot, tetapi organisme yang memiliki kesadaran untuk bertingkah laku dengan bebas dan spontan.

Gabungan pendekatan nomoterik dan idiografik dalam penelitian dan pengembangan teori banyak menimbulkan masalah metodelogis.

Pendekatan Skinner dalam terapi tingkah laku secara umum dikrtitik hanya mengobati symptom dan mengabaikan penyebab internal mental dawn fisiologik.

Generalisasi dari tingkah laku merpati mematok makanan menjadi tingkah laku manusia yang sangat kompleks, terlalu luas (Alwisol, 2004).

Pandangan Behavioristik Tentang Manusia

Jika psikoanalisis memfokuskan manusia hanya pada totalitas kepribadian (yang hanya tingkah laku yang tidak nampak) tetapi teori ini memfokuskan perhatiannya lebih menekan pada perilaku yang nampak, yakni perilaku yang dapat diukur, diramalkan dan digambarkan.

Dalam teori Behavioristik, manusia disebut sebagai Homo Mechanicus, yang artinya manusia mesin. Mesin adalah suatu benda yang bekerja tanpa ada motif dibelakangnya, mesin berjalan tidak karena adanya dorongan alam bawah sadar tertentu. Mesin berjalan semata-mata karena lingkungan sistemnya. Jika mobil kehabisan bensin pasti mesin itu mati, jika businya kotor, mesinnya juga mati. Jika unsur- unsur lingkungannya lengkap pasti berjalan lancar. Tingkah laku mesin dapat diukur, diramalkan dan digambarkan.

Menurut teori Behavioristik, selain insting, seluruh tingkah lakunya merupakan hasil belajar. Belajar ialah perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Orang Batak yang di pinggir laut bicaranya selalu keras karena lingkungan menuntut keras, yakni bersaing dengan suara ombak. Sedangkan orang Jawa yang hidupnya di perkampungan yang lengang bicaranya seperti berbisik-bisik karena lingkungan tidak menuntut berbicara keras.

Behavioristik tidak mempersoalkan apakah manusia itu baik atau buruk, rasionil atau emosionil. Behavioristik hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh lingkungan. Manusia dalam pandangan teori Behavioristik makhluk yang sangat elastis, yang perilakunya sangat dipengaruhi oleh pengalamannya. Manusia menurut teori ini dapat dibentuk dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Seorang anak misalnya dapat dibentuk perilaku dan kepribadiannya menjadi seorang penakut jika sistematis dia ditakut-takuti.

Teori Behavioristik memandang manusia sangat rapuh tak berdaya menghadapi lingkungan ia dibentuk begitu saja oleh lingkungan tanpa mampu melakukan perlawanan. Aristoteles, yang dianggap sebagai cikal bakal teori Behavioristik memperkenalkan teori Tabularasa. Yakni manusia itu tak ubahnya meja lilin yang siap di lukis dengan tulisan apa saja (Alwisol, 2004).

3. Humanistik (Abraham Maslow 1908-1970)

Aliran Humanisme mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Aliran Humanisme merupakan kontribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Walaupun psikolog Humanisme dipengaruhi oleh Psikoanalis dan Behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme.

Tekanan utama yang oleh Behaviorisme dikarenakan pada stimulus dan tingkah laku yang teramati, dipandang psikologi Humanisme sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri.

Maka psikologi Humanisme sangat mementingkan diri manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya yang dapat diamati.

Psikolog-psikolog Humanisme pun tidak menyetujui pandangan pesimis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh Psikoanalisis Freud maupun pandangan netral kaum Behaviorisme. Menurut aliran Humanisme, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasannya; apakah kekuatan-kekuatan itu beruoa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak- kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanisme menyetujui konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandnag hakekat manusia itu pada dasarnya baik.

Perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seornag manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagai peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.

Psikolog Humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan Humanisme, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Psikologi Humanisme adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang dominan mekanistik, reduksionistik, atau “psikologi robot” yang mereduksi manusia. Psikologi Humanisme juga menentang metodelogi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Psikologi Humanisme menghimpun para ahli psikologi yang merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang berbeda, juga para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap psikologi yang mekanomorfik (Helen Graham, 2014).

Kemudian, jika mempelajari kepribadian dengan cara memahami tipologi dalam psikologi.

Tipologi


Tipologi berasal dari Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang berati ilmu. Jadi Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan atau mengelompokkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya.

Menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) Tipologi adalah ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan-golongan menurut sifat masing-masing. Dan juga Tipologi menurut (dalam Arsitektur dan Perancangan Kota) adalah klasifikasi (biasanya berupa klasikasi fisik suatu bangunan) karakteristik umum ditemukan pada bangunan dan tempat-tempat perkotaan, menurut hubungan mereka dengan kategori yang berbeda, seperti intensitas pembangunan (dari alam atau pedesaan ke perkotaan) derajat, formalita dan sekolah pemikiran (misalnya, modernis atau tradisional). Karakteristik individu tersebut membentuk suatu pola. Kemudian pola tersebut berhubungan dengan elemen-elemen secara hirarkis di skala fisik (dari detail kecil untuk sistem yang besar).

Tipologi Hippocrates (Gelenus)

Terpengaruh oleh Kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun atas empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api, yang masing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates berpendapat, bahwa juga di dalam tubuh manusia terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu:

  • Sifat kering didukung oleh Chole mewakili unsur tanah (Chloric). Cirinya: hidup, semangat besar, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis.

  • Sifat basah didukung oleh Melanchole mewakili unsur air (Melancholis). Cirinya: Mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis.

  • Sifat dingin didukung oleh Phlegma mewakili unsur udara (Phlegmatis). Cirinya: Tak suka terburu-buru, tenang, kalam, tak mudah dipengaruhi, setia**

  • Sifat panas didukung oleh Sanguis mewakili unsur api (Sanguinis). Cirinya: Hidup, mudah berganti haluan, ramah.

Hippocrates Galenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat unsur yaitu; chloric, melancholis, phlegmatis, dan sanguinis. Sifat kejiwaan ini tergantung pada empat dominasi unsur cairan dalam tubuh tersebut, yang disebut galenus dengan temperamental.

Menurut Hippocates keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dan dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh dan dalam proporsi selaras (normal), maka orangnya dalam keadaan normal/sehat, sebaliknya apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal/sakit.

Tipologi Mazhab Perancis

Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan. Dalam menggolongkan manusia yang beradasar pada jasmaniah kategori yang digunakan sebagai dasar adalah dominasi sesuatu fungsi fisiologi di dalam pertumbuhan organisme. Yaitu motorik, pernafasan, pencernaan dan susunan saraf sentral.

Fungsi-fungsi yang manakah yang terkuat pada seseorang, disitulah orang itu digolongkan, karena itu Sigaud menggolongkan manusia atas empat golongan, yaitu:

  • Orang yang kuat fungsi motoriknya (berwujud keadaan alam), termasuk tipe maskuler, dengan ciri-cirinya yaitu anggota badannya serba panjang, bersipir, serba bersudut dan lain sebagainya.

  • Orang yang kuat pernafasannya (berwujud udara), termasuk tipe respiratoris, dengan ciri-cirinya, yaitu bentuk dadanya membusung, wajahnya lebar dan lain sebagainya.

  • Orang yang kuat percernaannya (berwujud makan-makanan), termasuk tipe digestif, dengan ciri-cirinya, yaitu perutnya besar, pinggangnya lebar dan lain sebagainya.

  • Orang yang kuat susunan saraf sentralnya (berwujud keadan sosial), termasuk tipe serebral, dengan ciri-cirinya, yaitu langsing, tulang tengkoraknya bagian atas besar sekali dan lain sebagainya.