Apa saja teori konsumsi yang Anda ketahui?

Apa saja teori konsumsi yang Anda ketahui ?

Seorang konsumen adalah seseorang yang membeli atau mengonsumsi, atau menghabiskan sesuatu. Ekonomi tidak dapat berfungsi tanpa adanya konsumen. Apa saja teori konsumsi yang Anda ketahui ?

1 Like
  1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes
    Keynes membuat tiga dugaan tentang fungsi konsumsi. Pertama, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) yaitu jumlah yang dikonsumsi dari setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Ia menyatakan bahwa manusia sudah pasti, secara alamiah dan berdasarkan rata-rata, untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan mereka. Artinya, ketika orang-orang menerima tambahan pendapatan, mereka biasanya mengkonsumsi sebagian dan menabung sebagian. Dari asumsi Keynes tersebut menjelaskan pada saat pendapatan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula konsumsi dan tabungannya.

    Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia menduga orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

    Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai:
    image

  2. Stagnasi Sekuler, Teka-Teki Konsumsi (Simon Kuznets)

  • Stagnasi Sekuler (Secular Stagnation)
    Pemusatan perhatian pada dugaan Keynes bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata turun bila pendapatan naik. Beberapa ekonom membuat prediksi selama Perang Dunia II. Para ekonom ini beralasan bahwa bila pendapatan dalam perekonomian tumbuh sepanjang waktu, rumah tangga akan mengkonsumsi bagian yang semakin kecil dari pendapatan mereka. Para ekonom takut bahwa mungkin saja tidak ada proyek investasi yang cukup menguntungkan untuk menyerap seluruh tabungan ini. Jika benar, maka konsumsi yang rendah akan mengakibatkan permintaan atas barang dan jasa yang tidak mencukupi, yang mengakibatkan depresi begitu permintaan masa perang dari pemerintah terhenti. Perekonomian akan mengalami apa yang mereka sebut stagnasi sekuler yaitu depresi panjang dalam durasi tanpa batas. Pada akhir Perang Dunia II, meskipun pendapatan jauh lebih tinggi setelah perang daripada sebelumnya, namun pendapatan yang lebih tinggi ini tidak meningkatkan tabungan dalam jumlah besar. Dugaan Keynes bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata akan turun ketika pendapatan naik ternyata tidak terjadi (N. Gregory Mankiw, 2007).
  • Teka-Teki Konsumsi (Simon Kuznets)
    Simon Kuznets menemukan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan cenderung stabil dari dekade ke dekade meskipun terdapat kenaikan yang besar dalam pendapatan. Temuan Kuznets menunjukkan bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata hampir konstan selama periode waktu yang panjang. Fakta ini menunjukkan teka-teki yang memotivasi diadakannya penelitian mengenai konsumsi (N. Gregory Mankiw, 2007).
  1. Pilihan Antarwaktu (Irving Fisher)
    Ketika orang-orang memutuskan berapa banyak mengkonsumsi dan berapa banyak menabung, mereka mempertimbangkan masa kini dan masa depan. Semakin besar konsumsi yang mereka nikmati hari ini, semakin sedikit yang dapat mereka nikmati pada hari esok. Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan mengkonsumsi hari ini dan berapa banyak yang akan ditabung untuk masa depan, mereka menghadapi batas anggaran antarwaktu (N. Gregory Mankiw, 2007).

  2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup
    Franco Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat mengalihkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah. Satu alasan penting bahwa pendapatan bervariasi selama kehidupan seseorang adalah masa pensiun. Kebanyakan orang merencanakan akan berhenti bekerja pada usia kira-kira 65 tahun, dan mereka berekspektasi bahwa penghasilan mereka akan turun ketika pensiun. Tetapi mereka tidak ingin standar kehidupannya mengalami penurunan besar, sebagaimana diukur dengan konsumsi mereka. Untuk mempertahankan konsumsi setelah berhenti bekerja, orangorang harus menabung selama masa-masa kerja mereka (N. Gregory Mankiw, 2007).

  3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen
    Milton Friedman menggunakan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama hayatnya di antara kurun-kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang kurang lebihnya merata dari waktu ke waktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi permanen seorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya atau pendapatan mereka yang bersangkutan. Dalam bentuk matematik dapat diungkapkan:
    Cp = kYp
    Dimana:
    Cp = konsumsi permanen
    Yp = pendapatan permanen
    k = angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi. Ini berarti 0<k<1.

    Menurut Friedman tidak ada hubungan antara besarnya konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Juga tidak ada hubungan antara konsumsi permanen dengan konsumsi sementara. Demikian juga tidak ada hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara (Soediyono Reksoprayitno, 1992).

  4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif
    James Duesenberry mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi besarnya saving. Kalau pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah. Akan tetapi, bertambahnya tidak begitu besar. Sedangkan mengenai saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan seperti ini akan terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah pernah tercapai dicapainya lagi. Sesudah puncak pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak, bertambahnya saving tidak begitu cepat (Soediyono Reksoprayitno, 1992).

Referensi

Indriani, Lia. 2015. Pengaruh Pendapatan, Gaya Hidup, Dan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Konsumsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNY.

1. Teori Konsumsi dari John Maynard Keynes

Keynes mengedepankan variabel utama dalam analisinyayaitu konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan C= f(Y). Keynes mengajukan 3 asumsi pokok secara makro dalam teorinya yaitu:

  1. Kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) ialah jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.

  2. Keynes menyatakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik.

  3. Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting (Mankiw, 2007).

Fungsi konsumsi Keynes secara makro menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi pada tingkat harga konstan. Pendapatan yang ada merupakan pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

Variabel pendapatan nasional dalam fungsi konsumsi Keynes merupakan pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya (Soediyono, 2000).

Sehingga secara garis besar terori konsumsi Keynes menyatakan bahwa, (besar kecil) konsumsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Sedangkan unsur tabungan tidak terlalu berdampak terhadap perubahan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman)

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut.

Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

Teori ini disampaikan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income) dengan definisi sebagai berikut:

  1. Pendapatan permanen ialah pendapatan yang orang harapkan untuk terus bertahan di masa depan (Mankiw, 2003).
  2. Pendapatan sementara ialah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Guritno dan Algifari, 1998).

Selain itu, Friedman juga membagi pengeluaran konsumsi menjadi 2 yaitu: Pengeluaran konsumsi permanen (konsumsi yang direncanakan) Pengeluaran konsumsi sementara (konsumsi yang tidak direncanakan).
Friedman beranggapan bahwa tidak terdapat korelasi antara pendapatan/konsumsi sementara dengan pendapatan/konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara.

Kecenderungan mengkonsumsi dari pendapatan sementara sama dengan nol, artinya jika konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Jika konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Goeritno dan Algifari, 1998).

Mankiw (2003) menyatakan, jika pendapatan sekarang secara temporer naik di atas pendapatan permanen, kecenderungan untuk mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan turun. Bila pendapatan sekarang turun secara temporer di bawah pendapatan permanen, kecederungan mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan naik.

Kesimpulannya, teori konsumsi dari Milton Friedman berpikiran bahwa pendapatan permanen akan mempengaruhi besarnya jumlah kecenderungan mengkonsumsi rata-rata masyarakat. Kecederungan mengkonsumsi tersebut bisa saja mengarah pada jenis makanan atau non makanan bergantung pada besar-kecilnya jumlah pendapatan yang diterima oleh masyarakat.

3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Daur/Siklus Hidup

Teori konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup disampaikan dikemukaan oleh Franco Modigliani. Modigliani menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi seseorang tersebut (Guritno dan Algifari, 1998). Teori ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi 3bagian berdasarkan umur seseorang:

  1. Orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada usia muda, rasio tabungan berfluktuasi seiring dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving)

  2. Pada usia menengah pendapatan seseorang cenderung tinggi, menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka dan rendah pada usia tua.

  3. Pada kategori usia tua, orang cenderung akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Kemudian orang sudah tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga bila ia tidak memiliki tabungan maka ia akan mengalami kecenderungan dissaving.

Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi dan tabungan secara sistematis yang terjadi selama kehidupan seseorang menjadikan konsumen mampu menggerakkan pendapatannya ketika dalam kondisi tinggi ke kondisi yang rendah (Mankiw, 2003).

Teori konsumsi dengan Hipotesis Daur Hidup dari Franco Modigliani berkesimpulann bahwa, konsumsi seseorang sangat dipengaruhi oleh kekayaan atau besarnya pendapatan yang diperoleh. Kecenderungan mengkonsumsi nilainya berdasarkan pada umur, selera dan tingkat bunga yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri.

4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

Teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan relatif disampaikan oleh James Dusenberry. Ia menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat ditentukan oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Jika pendapatan bertambah maka konsumsi akan bertambah, dengan proporsi tertentu.

Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi,dengan mengurangi besarnya tabungan. Jika pendapatan berkurang, konsumen akan mengurangi pengeluaran konsumsinya, dengan proprosi penurunan yang lebih rendah dibandingkan proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi jika penghasilan naik (Guritno dan Algifari, 1998).

Kondisi ini terjadi sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Bertambahnya pendapatan menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan pertambahan tabungan tidak terlalu besar (Soediyono, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:

  1. Konsumsi seseorang akan tergantung dari penghasilan saat ini dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya (Ratchet Effect).
  2. Perilaku konsumsi seseorang akan tergantung pula dengan perilaku konsumsi lingkungannya (Demonstration Effect) (Guritno dan Algifari, 1998).

Teori konsumsi berdasarkan hipotesis relatif, dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan erat antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat akan meningkat selaras dengan peningkatan pendapatan, dimana besarnya peningkatan konsumsi dalam proprosi tertentu.

Teori Konsumsi Mankiw

Konsumsi menurut Mankiw (2000) “Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) pertama adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian, Kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, Ketiga adalah jasa (Services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter”.

Fungsi Konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan Mankiw (2003): Fungsi Konsumsi ialah : C= Co+cY

Dimana C adalah konstanta atau konsumsi rumah tangga ketika pendapatan adalah 0, c adalah kecendrungan mengkonsumsi marginal diman 0 < C > 1, dimana C adalah konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan, Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan diaposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposable dengan tabungan yaitu konsep kecendrungan mengkonsumsi dan kecendrungan menabung.

Kecendrungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecendrungan mengkonsumsi marginal dan kecendrungan mengkonsumsi rata- rata. Kecendrungan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume) didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan (Raharja, et, al, 2004).

image

Kecendrungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume) dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi (∆C) dengan tingkat pendapatan disposabel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005)

image

Kecendrungan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecendrungan menabung marginal dan kecendrungan menabung rata-rata . Kecendrungan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan.

image

Kecendrungan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save) menunjukkan perbandingan diantara tabungan (S) dengan pendapatan disposabel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005).

image

Menurut Eugence A. Diulio (1993) “Konsumsi terbagi 2 (dua) yakni konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa yang secara terus menerus di keluarkan selama beberapa tahun. Konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin. Menurut Deliarnov (1995) “Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa guna mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan” (Astriana. 2008).

Menurut Samuelson & Nordhaus (1996) “Konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya”.

Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman, Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali Nopirin (1997). Badan Pusat Statistik (2007) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan.

Menurut Meiler dan Meineres (1997) Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Keempat butir kesimpulanya yang dirumuskan adalah

  1. Jika Pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil

  2. Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan

  3. Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan

  4. Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah, dan tabungan semakin meningkat.

Untuk mengetahui suatu barang sebagai kebutuhan pokok atau barang mewah dilakukan dengan menggunakan kurva Engel. Kurva ini mencoba melihat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi. Hubungan tersebut adalah sebagai berikut :

  • Barang kebutuhan pokok, seperti makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus meningkat, permintan terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil dibandingkan dengan perubahan pendapatan. Jika dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka elastisitas pendapatan dari kebutuhan pokok makin kecil bila tingkat nominal pendapatan makin tinggi.

  • Barang mewah, kenaikan pendapatan terhadap barang tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan tingkat pendapatan atau dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang mewah mempunyai elatisitas yang besar. (Farida Milias)

Ada beberapa perdebatan tentang konsep teori konsumsi , teori-teori tersebut yakni teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen, teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup, dan teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relative.

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah : (1) Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. (2) Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan).

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 1991).

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran- pengeluaran lain (Suparmoko, 1991).

Pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Reksoprayitno, 2000).

Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: (1) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen, Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. (2) Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Mangkoesoebroto, 1998).

Teori lain yang berhubungan dengan konsumsi yaitu teori Engel. Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Ke empat butir kesimpulanya yang dirumuskan tersebut adalah :

  1. Jika Pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil.
  2. Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan.
  3. Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan.
  4. Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan,kesehatan,rekreasi,barang mewah,dan tabungan semakin meningkat.

Teori Konsumsi Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal ( marginal propensity to consume ) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata ( avarage prospensity to consume ), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1

Keterangan :

C = konsumsi

Y = pendapatan disposebel
C = konstanta

c = kecenderungan mengkonsumsi marginal (N.G Mankiw, 2003)

Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes:

Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income .

Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasionalabsolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. (Soediyono Reksoprayitno, 2000 ).

Teori Konsumsi Friedman

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen ( permanent income ) dan pendapatan sementara ( transitory income ). Pengertian dari pendapatan permanen adalah :

Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998).

Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 1991).

Teori Konsumsi Modigliani

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.

Karena orang cenderung menerima penghasilan / pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif ( dissaving ), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan ( assets ) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran- pengeluaran lain. (Suparmoko, 1991).

Teori Konsumsi Dusenberry

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.

Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:

  • Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

  • Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan(Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 70).

Beberapa variabel lain yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi dalam perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar seperti sebagai berikut:

  1. Selera

    Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan ada nyaperbedaan sikap dalam penghematan (thrift).

  2. Faktor sosial ekonomi

    Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah. Yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat.

  3. Kekayaan

    Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.

  4. Keuntungan / Kerugian Capital

    Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital.

  5. Tingkat harga

Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes.

  1. Barang tahan lama

    Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi.

    Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.

  2. Kredit

    Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak,karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang hurus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayardengan kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejelasan mengenai pengaruh kredit terhadap pengeluaran konsumsi. (Suparmoko, 1991).