Apa saja teknik pengumpulan data dalam metode kualitatif ?

image

Salah satu komponen yang penting dalam pencarian informasi adalah proses pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.

Apa saja teknik pengumpulan data ?

Dalam penemuan informasi, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi kebenaran suatu informasi. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).

METODE OBSERVASI


Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Pengamatat disebut observer yang diamati disebut observer.

Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Supardi, 2006). Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Secara umum observasi dapat dilakukan dengan cara yaitu :

  • Observasi Partisipan
    Observasi partisipan adalah apabila observer (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservasi (Supardi, 2006). Dalam observasi ini, kita secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.

  • Observasi Non Partisipan
    Observasi Non Partisipan merupakan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat (Margono, 2005).

    Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang kita tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
    Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, kita yang menempatkan diri sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.

Kelebihan

  • Murah dan mudah dilaksanakan.
  • Dapat dilakukan secara serempak dengan observer lebih dari satu.
  • Observer yang sibuk biasanya tidak keberatan untuk diamati.

Kelemahan

  • Peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.

  • Banyak peristiwa psikis yang tidak dapat diamati, misalnya cinta, simpatik, harapan.

  • Observer dapat sengaja memberikan kesan yang menyenangkan atau sebaliknya.

  • Observasi banyak dipengaruhi oleh factor-faktor yang tidak dapat diamati.


FOCUS GROUP DISCUSSION


Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.** Teknik ini digunakan untuk **mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006).

Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dan seterusnya. Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis.


TEKNIK KUESIONER


Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sutopo, 2006). Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.

Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan kita tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam **menyusun angket perlu diperhatikan beberapa hal.

  • Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian.

  • Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang.

  • Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.

Jenis-jenis angket menurut cara penyampaiannya meliputi hal-hal berikut :

  • Angket langsung : informasi tentang dirinya sendiri.
  • Angket tidak langsung : informasi tentang orang lain.

Langkah penyusunan angket meliputi hal-hal berikut :

  • Menentukan variabel yang akan dipergunakan.
  • Menentukan variabel yang dibutuhkan setiap variabel.
  • Menentukan jawaban yang dibutuhkan setiap variable.
  • Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan.
  • Tabel. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Angket

Kelebihan

  • Efisiensi waktu, biaya, dan tenaga.
  • Hasil dapat segera diumumkan.
  • Dapat menjangkau daerah yang luas dan jumlah populasi yang banyak.

Kekurangan

  • Banyak unsur pribadi yang tidak terungkap.
  • Sulit menyusun item yang tepat.
  • Jawaban bisa subjektif.

TEKNIK DOKUMEN


Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berati mengajar. Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk (1986) seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis.

Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.

Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian.

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “nara sumber” yang dapat menjawab pertanyaan;

  • Apa tujuan dokumen itu ditulis?
  • Apa latar belakangnya?
  • Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?
  • Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?
  • Untuk siapa?

Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen** seperti yang dikemukakan Nasution (2003) :

  • Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai.
  • Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya.
  • Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.
  • Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
  • Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.
  • Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.

TEKNIK TRIANGULASI


Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini, Patton menjelaskan teknik triangulasi yang dapat digunakan.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Macam macam triangulasi :

  • Triangulasi Data
  • Triangulasi Peneliti
  • Triangulasi Metodologis
  • Triangulasi Teoretis

METODE WAWANCARA


Metode wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Supardi, 2006). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu wawancara yang akan mengajukan pertanyaan dan orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2005).

Wawancara yang juga dikenal dengan interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. Selain itu wawancara juga dapat dilakukan melalui telepon. Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca atau menulis, termasuk anak-anak.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.

Wawancara harus diperoleh dalam waktu yang sangat singkat serta bahasa yang digunakan harus jelas dan teratur. Dilihat dari prosedur wawancara, metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

  • Wawancara bebas
  • Wawancara terpimpin
  • Wawancara bebas terpimpin

Sumber : TEKNIK PENGUMPULAN DATA – wiwiksunaryatipujilestari ( diakses pada tanggal 05 Oktober 2017 )

1. Wawancara dan Angket

Wawancara atau interview adalah suatu cara untuk mengum- pulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah). Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan kepada informasi-informasi untuk topik yang akan digarap.

Dalam mempergunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan penanya tidak semata-mata tergantung dari pertanyaan- pertanyaan yang telah disiapkan itu. Bila ada informasi yang menarik dan perlu diketahui lebih lanjut, maka penanya akan mengajukan pertanyaan baru di luar daftar tersebut. Daftar pertanyaan atau daftar kuesionertetap menjadi panduan, sehingga bila telah jelas apa yang diinginkan, maka kembali ia mengajukan pertanyaan dari daftar kuesionemya.

Daftar kuesioner dapat juga dijawab secara tertulis oleh informan atau disebut angket. Angket mempunyai keuntungan lain bila dibandingkan dengan wawancara, yaitu secara kuantitatif peneliti dapat memperoleh data yang cukup banyak, yang tersebar secara merata dalam wilayah yang akan diselidiki.

Antara wawancara dan angket terdapat keuntungan dan kekurangan masing-masing. Pada wawancara hasil yang diperoleh secara kualitatif dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai nilai yang tinggi. Semua kesalah-pahaman dapat dihindari, pertanyaan- pertanyaan yang disiapkan dapat dijawab oleh informan dengan penjelasan-penjelasan tambahan, setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam wawancara.

Tetapi di pihak lain, wawancara mempunyai kelemahan tertentu yaitu data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas, dan bila harus dilakukan dalam suatu wilayah yang luas, maka akan memakan biaya dan waktu yang cukup banyak.

Sebaliknya, angket tertulis juga mempunyai kebaikan dan kelemahan tertentu. Kebaikannya adalah bahwa secara kuantitatif data dan informasi yang masuk cukup banyak, dan dapat tersebar merata dalam suatu wilayah yang luas, walaupun kenyataannya tidak semua daftar kuesioner dikembalikan.

Kelemahannya adalah bahwa bisa terjadi salah paham sehingga jawaban beriainan dari apa yang ditanyakan, ada pertanyaan yang mungkin tidak dijawab. Jawaban-jawaban mungkin tidak jelas karena informan dibatasi oleh ruang yang tersedia. Dengan demikian gabungan antara kedua cara itu akan membawa manfaat yang Iebih besar.

2. Observasi dan Penelitian Lapangan

Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensifdisertai analisa dan pengujian cembali atas semua yang telah dikumpulkan.

Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang Iebih panjang Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan.

Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuesioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenaran data dan informasi yang telah dikumpulkan.

Bagi kebanyakan orang, terutama orang-orang awam, semua yang berada di sekitarnya mempakan hal-hal yang biasa, yang setiap hari dialaminya, dilihatnya, dirasakannya, atau diciumnya, sebab itu tidak ada yang akan menarik perhatiannya. Baginya tidak ada hal-hal yang luar biasa.

Tetapi bagi seorang ahli atau seorang peneliti yang cermat semua fenomena yang ada di sekitarnya merupakan petunjuk mengenai sesuatu hal, fenomena-fenomena itu mengatakan sesuatu mengenai obyek yang ditelitinya. Sebab itu apakah fakta yang ditemukan mempunyai arti atau tidak tergantung dari kemampuan peneliti untuk menghuhungkan dengan tujuan penelitiannya.

Bagi seorang awam, padi adalah padi, tidak lebih dari itu,Tetapi bagi seorang peneliti yang cermat, padi dan padi tidak sama. Baginya ada padi yang berbiji kecil, ada yang berbiji panjang, ada yang besar; ada yang enak rasanya, ada yang sedang, ada yang sama sekali kurang enak dan sebagainya. Bila ia meneliti tanamannya, maka baginya juga terdapat perbedaan: ada yang berbatang panjang, ada yang sedang dan ada yang pendek; ada yang bernsia empat bulan, ada yang tiga bulan. Pendeknya kalau ia mau dan berusaha ia dapat mengungkapkan banyak fakta.

Sebab itu pengamatan akan bertalian sangat erat dengan persoalan deskripsi. Deskripsi tentang orang, tempat dan barang- barang merupakan dasar yang paling baik bagi semua tulisan. Bila penulis sanggup menggambarkan semua bagian dari obyeknya secara terperinci, maka tulisannya mencerminkan kecermatan dan kesegaran.

Keteiperincian dari bagian-bagian yang digambarkan itu harus dinyatakan pula dalam istilah-istilah yang khusus. Kecermatan pengamatan yang dimiliki seseorang akan mendorongnya untuk menguasai pula pilihan kata yang tepat, khususnya istilah-istilah yang yang mempunyai sangkut-paut dengan cerapan pancaindera.

3. Penelitian Pendapat

Melalui pengamatan penulis sebenamya sudah dapat mengambil suatu kesimpulan atau pendapat. Namun proses pengamatan itu dapat tetjadi berulang-ulang, sehingga dapat timbul bermacam- macam pendapat atau kesimpulan sesuai dengan jumiah pengamatan atas peristiwa yang sama itu, tetapi yang masing- masingnya mempunyai dri-dri yang khusus.

Sebab itu semua bahan itu harus diolah kembali, semua pendapat yang pemah diambilnya harus digarap sekali lagi untuk menarik kesimpulan-kesimpulan baru. Kesimpulan ini merupakan reaksi-reaksi penulis terhadap bahan- bahan observasi secara menyeluruh.

Biasanya penggarapan kembali ini berbentuk menggabungkan atau mencari hubungan antar berbagai macam hal, mengadakan klasifikasi, dan sebagainya. Proses menemukan hubungan-huhungan ini dapat berbentuk analisa atau sintese. Analisa merupakan suatu proses memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berhubungan; sebaliknya sintese adalah proses menggabungkan beberapa bagian atau unsur-unsur yang berdiri sendiri ke dalam suatu kesatuan.

Misalnya dalam suatu observasi, seorang penulis melihat dengan saksama bagaimana berlangsungnya suatu demonstrasi mengenai kenaikan harga. Dari segi observasi, ia hams sanggup melihat semua keadaan itu dengan cermat, dan sanggup pula menggambarkan seluruh keadaan itu sebagaimana d.iihatnya waktu itu, bagaimana massa itu bergerak dan berteriak-teriak, bagaimana kendaraan-kendaraan seolah-olah menyumbat jalan berjam-jam lamanya karena massa demonstran itu. Hasil dari gambarannya adalah deskripsi.

Tetapi seorang penulis yang baik tidak akan puas hanya dengan menggambarkan keadaan itu. la ingin lebih jauh. la harus menganalisa sebab-sebab demonstrasi itu dan akibat-akibatnya, baik yang langsung maupun yang tak langsung. Kemudian ia mencoba menunjukkan jalan keluar. Semakin cermat ia membuat analisa kejadian itu, atau semakin cermat ia menunjukkan sebab-sebab dan akibat-akibatnya, semakin baik pula jalan keluar yang diberikannya.

Sering pula terjadi bahwa gagasan-gagasan atau pendapat- pendapat baru tidak saja lahir dari tanggapan-tanggapan langsung, tetapi juga lahir sebagai sintese dari bermacam-macam pendapat atau kesimpulan lama. Misalnya ada banyak sekali pendapat mengenai pengertian kebudayaan. Tiap-tiapnya mengandung kebenaran yang tak dapat disangkal.

Tetapi tiap batasan mengandung pula kelemahan tersendiri. Seorang penulis dapat menurunkan sebuah perumusan yang baru dan baik, setelah mengkaji semua kebaikan dan kelemahan dari batasan-batasan yang lama itu. Hasilnya dapat berupa sebuah sintese dari semua pendapat yang lama itu.

Sebuah cara lain dari penilaian kembali atas pendapat- pendapat lama itu adalah klasifikasi. Misalnya dewasa ini kita memiliki bermacam-macam klasifikasi bahasa di dunia. Masing- masingnya bertolak dari segi tertentu. Menurut Si A bahasa X hams masuk dalam kelompk Q.

Tetapi si B mengatakan bahasa X harus masuk dalam kelompok Y, dan seterusnya. Dengan membanding-bandingkan semua pendapat yang lama itu, serta memperdalam dasar-dasar yang dipergunakan ahli-ahli itu, seorang sarjana bahasa dapat mengemukakan suatu klasifikasi bam yang jauh lebih baik dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Kesimpulan yang bam ini diturunkan dari observasi langsung, tetapi dengan mengadakan penilaian kembali atas pendapat yang sudah ada.

Begitu pula penarikan analogi antara dua hal yang berbeda, dapat menjadi perangsang yang kuat untuk menemukan gagasan-gagasan yang baru. Menemukan persamaan antara dua hal yang memang pada prinsipnya termasuk kelas atau golongan yang sama selalu mudah. Tetapi menemukan kesamaan fungsi atau hubungan antara dua hal yang berlainan merupakan suatu penemuan.

Sudah lama orang mengetahui tentang sistem tata surya dengan matahari sebagai pusat peredaran planet-planet. Tetapi orang yang mencoba menemukan hubungan atau analogi antara sistem tata surya dengan inti atom merupakan orang yang luar biasa. Penemuan itu akan diikuti dengan serentetan percobaan ilmiah, yang mengakibatkan pula revolusi dalam dunia ilmu pengetahuan.

Sebenarnya pengumpulan data melalui penilaian pendapat yang sudah ada, berada di tengah-tengah pengumpulan data melalui observasi dan penelitian kepustakaan. Melalui penelitian kepustakaan kita memperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat para ahli.

Hanya di sini penilaian atas kesimpulan ditempatkan sebagai suatu metode tersendiri karena kita perlu merumuskan suatu pendapat baru. Sedangkan dalam metode berikutnya kita lebih menekankan pengutipan-pengutipan untuk memperkuat uraian kita.

4. Penelitian Kepustakaan

Salah satu corak karya tulis yang penting adalah tulisan yang disusun berdasarkan suatu riset. Umat manusia dari zaman ke zaman selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru. Manusia telah meneliti dan mengumpulkan berbagai macam pengetahuan yang telah diturunkan dari generasi-generasi yang lampau. Banyak dari karya yang pernah dicapai umat manusia luput dari pengamatan banyak orang, karena terlalu banyak yang telah dicapai umat manusia.

Untuk mengetahui karya-karya itu perlu diadakan penelitian kembali, baik dengan meneliti orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang pengetahuan, maupun untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja. Suatu jalan untuk mengetahui semua ini adalah mengadakan penelitian kepustakaan.

Akibat lain dari penelitian ini adalah pengarang atau penulis belajar dan melatih dirinya untuk mengatasi masalah-masalah penyusunan yang rumit, bagaimana mengekspresikan semua bataan dan bermacam-macam sumber itu menjadi suatu karya tulis yang panjang dan teratur. Penulisan ini akan mengungkapkan pula kecerdasan pengarang bagaimana ia sanggup mengada.

SUMBER :

Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua istilah ini memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.

Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri, namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih. Beberapa metode pengumpulan data antara lain:

  1. Wawancara
    Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

    • Wawancara terstruktur
      Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

    • Wawancara tidak terstruktur
      Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.

  2. Observasi
    Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:

    • Participant observation
      Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

    • Non participant observation
      Berlawanan dengan participant observation, non participant observation merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.

  3. Angket (kuesioner)
    Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

    Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.

  4. Studi Dokumen
    Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

    • Dokumen primer
      Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya: autobiografi

    • Dokumen sekunder
      Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang lain, misalnya: biografi.

SUMBER:
http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-dalam-penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam metode penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural (kondisi yang alamiah), yaitu;

  1. wawancara,
  2. observasi,
  3. dokumentasi,
  4. diskusi terfokus ( Focus Group Discussion ) dan
  5. triangulasi (gabungan).

Penelitian kualitatif kebanyakan menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi berperan serta ( participan observation ), wawancara mendalam ( in depth intervatiew ), dan dokumentasi (Sugioyono,2012). Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998).

Perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.

Observasi


Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981).

Macam-macam Observasi

Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:

  1. Observasi partisipasi

    Observasi partisipasi ( participant observation ) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang dihasilkan akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

    Spradley (dalam Sugiono, 2010) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu passive participation (observasi yang pasif), moderate participation (observasi yang moderat), active participation (observasi yang aktif), dan complete participation (observasi yang lengkap).

    • Partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

    • Partisipasi moderat yaitu peneliti menjadi orang dalam dengan orang yang asing. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tapi tidak semuanya.

    • Partisipasi aktif yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

    • Partisipasi lengkap yaitu peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa naf dilakukan informan. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

  2. Observasi tidak terstruktur

    Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi dan tidak menggunakan instrumen yang telah baku, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Pada observasi jenis ini, fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung.

  3. Observasi kelompok

    Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Manfaat Observasi

Menurut Patton, dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:

  • Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh,

  • Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery,

  • Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara,

  • Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga,

  • Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif,

Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Obyek Observasi

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).

  • Place (tempat) yaitu tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung

  • Actor (pelaku) yaitu orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu

  • Activities (aktivitas) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang dilakukan.

Dari tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas sehingga apa yang dapat diamati adalah ruang dalam aspek fisiknya, pelaku(orang yang terlibat), serangkaian aktivitas pelaku, benda-benda yang ada di tempat penelitian, tindakan-tindakan tertentu, urutan kegiatan, tujuan yang ingin dicapai orang-orang, dan emosi yang dirasakan serta diekspresikan oleh orang-orang.

Tahapan Observasi

Menurut Spradley, tahapan observasi ada tiga yaitu tahapan observasi deskriptif, tahapan observasi terfokus dan tahapan observasi terseleksi.

  • Observasi deskriptif

    Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi social tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation dan peneliti mendapatkan kesimpulan pertama tapi tidak utama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.

  • Observasi terfokus

    Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.

  • Observasi terseleksi

    Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini, diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.

Wawancara


Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010). Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara. Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face ataupun melalui pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih kapan waktu yang tepat dan di mana harus melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara saat responden dalam keadaan tidak memungkinkan untuk diwawancarai (sibuk, sakit, atau marah), maka akan menghasilkan data yang tidak valid dan akurat. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu, kapan dan di mana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka susunan wawancara akan lebih baik sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid.

Menurut Miles dan Huberman, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:

  1. The setting , peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.

  2. The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.

  3. The events , menyusun protokol wawancara, meliputi:

    • Pendahuluan,

    • Pertanyaan pembuka,

    • Pertanyaan kunci, dan

    • Probing , pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci.

Macam- macam Wawancara

Esterberg, mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.

  • Wawancara terstruktur ( structured interview )

    Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah tersedia. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai ketrampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.

  • Wawancara semiterstruktur ( semistructure interview )

    Jenis wawancara ini sedah termasuk in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara bentuk ini adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

  • Wawancara tak berstruktur ( unstructure interview )

    Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

    Wawancara jenis ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang akan diteliti. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat dengan pasti menemukan permasalahan atau variabel apa yang akan diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara pada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Selain itu, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara yang tidak terstruktur.

Sedangkan menurut Miles dan Huberman (Sugiono 2010) terdapat dua jenis wawancara, yakni:

  1. Wawancara mendalam ( in-depth interview ), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali.

  2. Wawancara terarah ( guided interview ) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.

Langkah-langkah Wawancara

Lincoln dan Guba, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu

  • menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

  • menyiapkan pokok-pokok masalah yang kan menjadi bahan pembicaraan

  • mengawali atau membuka alur wawancara

  • melangsungkan alur wawancara

  • mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya

  • menuliskan hasil wawancara ke dalam hasil lapangan

  • mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh

Jenis-jenis Pertanyaan Wawancara

Patton menggolongkan 6 jenis pertanyaan yang saling berkaitan:

  • Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman

    Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya. Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peneliti dapat mengkonstruksi profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya.

    Contoh: Bagaimana pengalaman bapak saat menjabat lurah di sini?

  • Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat

    Adakalanya peneliti ingin minta pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena itu pertanyaan peneliti yang disampaikan kepada informan berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut.

    Contoh: Bagaimana pendapat anda terhadap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)?

  • Pertanyaan yang berhubungan dengan perasaan

    Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnya kognitif atau psikomotorik. Namun demikian, perasaan senang atau sedih dari seseorang akan terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang digunakan untuk bertanya perasaan seseorang digunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya dilakukan percakapan yang biasa, dan lama-kelamaan diarahkan kepada pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan.

    Contoh: Bagaimana pendapat anda tentang tindakan pemerintah atas bantuan yang diberikan untuk korban bencana gunung Kelud ini? Sudah puaskah anda?

  • Pertanyaan tentang pengetahuan

    Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informasi suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui. Responden dipilih karena diduga ikut dalam peristiwa tersebut.

    Contoh: Bisa Anda ceritakan bagaimana proses terjadinya gunung Kelud meletus?

  • Pertanyaan yang berkenaan dengan indera

    Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan menggunakan panca inderanya pada suatu peristiwa.

    Contoh: Anda kan telah memakan buah apel Malang itu, bagaimana rasanya?

  • Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi

    Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain.

    Contoh: Di mana beliau dilahirkan? Sedang menjabat apakah beliau sekarang?

Alat-alat Wawancara

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada narasumber, maka diperlukan alat-alat bantuan seperti berikut:

  • Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan narasumber. Sekarang sudah ada banyak smartphone, tablet, yang dapat digunakan untuk membantu mencatat hasil wawancara.

  • Audio recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan audio recorder dalam wawancara perlu memberi tahu narasumber apakah diperbolehkan atau tidak.

  • Camera: berfungsi untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan narasumber. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian yang lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

Dokumentasi


Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, biografi, peraturan, kebijakan, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa lampau. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel bila didukung foto-foto atau karya tulis akademik atau seni yang sudah ada.

Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak menceritakan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.

Diskusi terfokus ( Focus Group Discussion )


Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat ( Focus Group Discussion ), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.

Triangulasi (Gabungan)


Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data bila dibandingkan hanya dengan satu pendekatan. Tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Jenis triangulasi ada 2, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik yang bermacam-macam untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari narasumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.