Apa saja tanda-tanda Seseorang Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah ?

kecerdasan emosional yang rendah

Meski pun sulit diukur, tetapi ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan seseorang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah.

Apa saja tanda-tanda Seseorang Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah ?

Tak cukup memiliki kecerdasan intelegensia, orang yang ingin sukses dalam hidupnya juga wajib mengasah kecerdasan emosionalnya (emotional intelligence/EQ).

Penelitian bahkan mengungkap, 90 persen orang yang berada di puncak kesuksesan terbukti memiliki kecedasan emosional yang tinggi.

Walau kecerdasan emosional relatif sulit diukur, namun mereka yang punya kecerdasan ini umumnya memiliki kepribadian yang disukai, mampu mengelola emosinya dengan baik, serta mampu membina hubungan dengan orang lain.

Meski pun sulit diukur, tetapi ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan seseorang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah, yaitu:

  1. Gampang stres - Setiap orang tentu menghadapi kesulitan-kesulitan, namun jika tantangan itu dengan cepat membentuk sensasi tidak menyenangkan, seperti stres atau kecemasan, kemungkinan kecerdasan emosional Anda rendah. Orang yang kurang mampu menggunakan kecerdasan emosionalnya cenderung akan menyalahkan orang lain serta tidak bisa mengatur mood-nya. Kecerdasan emosional akan membantu kita mengendalikan stres sebelum stres itu menguasai hidup kita.

  2. Sulit Tegas pada diri sendiri - Orang dengan tingkat EQ yang tinggi umumnya memiliki perilaku yang baik, empati, dan kebaikan, namun tetap mampu bersikap tegas pada diri sendiri sehingga bisa menghindari reaksi emosi yang tidak perlu.

  3. Minim kosa kata emosi - Setiap orang mengalami berbagai emosi, tetapi hanya sedikit yang bisa secara akurat mendefinisikan apa yang mereka rasakan. Label emosi yang tidak jelas sering menimbulkan pemahaman yang keliru dan akhirnya memicu pilihan irasional dan kurang produktif. Orang dengan tingkat EQ tinggi memahami apa yang terjadi pada dirinya. Misalnya, kalau kebanyakan orang mengungkapkan perasaannya “sedang tidak enak”, mereka yang punya kecerdasan emosional akan melihat lebih dalam lagi apakah yang dirasakan itu “frustasi”, “mudah tersinggung”, atau “cemas”. Makin spesifik kata yang dipakai untuk menggambarkan emosi, makin baik kemampuan kita mengambil tindakan akan perasaan itu.

  4. Cepat membuat asumsi - Ciri yang nyata dari orang dengan kecerdasan emosional yang rendah adalah cepat membuat opini lalu malas melakukan konfirmasi. Dengan kata lain, mereka hanya mengumpulkan informasi yang mendukung opininya dan mengabaikan bukti dari pendapat sebaliknya. Biasanya mereka pun akan berdebat keras agar orang menerima pendapatnya. Kondisi tersebut sebenarnya berbahaya bagi seorang pemimpin, karena ia perlu mengumpulkan banyak masukan dari timnya. Ia juga perlu berkomunikasi untuk membangun ide secara efektif.

  5. Menyimpan unek-unek - Emosi negatif yang menyertai unek-unek yang disimpan sebenarnya bisa memicu respon stres, seperti sakit kepala, sulit berkonsentrasi, sampai susah tidur. Melepaskan ganjalan di hati bukan hanya membuat kita merasa lebih baik tapi juga berdampak positif bagi kesehatan.

  6. Tidak melupakan kesalahan - Kemampuan untuk menjaga jarak dari kesalahan yang pernah dibuat sangatlah penting. Kita tidak melupakannya, tapi menjaga jarak aman sehingga bisa mengingatnya dan belajar dari kesalahan itu demi sukses di masa depan. Tenggelam dalam kesalahan atau kegagalan akan membuat kita gelisah dan cemas, namun melupakannya juga rentan menyebabkan kita jatuh dalam kesalahan yang sama. Kuncinya ada pada kemampuan kita untuk mengubah kesalahan menjadi pembelajaran.

  7. Sering merasa tak dipahami - Anda merasa orang lain tak memahami maksud Anda karena sebenarnya Anda tidak mampu menyampaikan pesan dalam cara yang orang lain pahami. Orang yang punya kecerdasan emosional tinggi akan menyadari apakah ia sudah mengomunikasikan idenya dengan baik. Jika dirasa kurang dipahami ia akan melakukan pendekatan lain.

  8. Tak bisa marah - Kecerdasan emosional bukan soal menjadi orang yang baik, tetapi mengatur emosi untuk mencapai hasil terbaik. Terkadang, ini berarti kita menunjukkan pada orang lain kita marah, sedih, atau frustasi. Terus-terusan memamerkan emosi berupa rasa bahagia dan positif bukan cuma tidak jujur, tapi juga tak produktif. Orang dengan EQ tinggi bisa menunjukkan emosi positif dan negatif dalam situasi yang tepat.

  9. Menyalahkan orang lain - Emosi berasal dari dalam diri. Terkadang memang lebih mudah untuk menghubungkan apa yang kita rasakan dengan tindakan orang lain. Namun, kita harus bertanggung jawab pada emosi sendiri. Tidak ada orang yang bisa membuat kita merasakan apa yang tidak ingin kita rasakan.

  10. Gampang tersinggung - Orang yang punya kecerdasan emosional tinggi akan percaya diri dan berpikiran terbuka sehingga tak mudah tersinggung. Terkadang kita tak takut membuat lelucon tentang diri sendiri atau membiarkan orang berkelakar tentang kita, karena kita mampu membedakan mana yang bercanda dan mana yang mengolok-olok.

Menurut Goleman, dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Emosional, seseorang yang mengalami kemerosotan emosi akan mempunyai perilaku sebagai berikut :

  • Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial, lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung.

  • Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih dan depresi.

  • Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berfikir, tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa berfikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran menjadi tenang.

  • Nakal atau agresif, bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan dirumah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak berbicara, sering mengolok-olok, bertemperamen panasan.

Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang. Kecerdasan emosional ditentukan oleh kecakapannya dibidang emosi dalam hal tersebut dapat dilatih dan ditingkatkan sejak diri secara terus menerus dan bukan kecerdasan yang bersifat bawaan sejak lahir, seperti kecerdasan intelektual, emosi dan akal adalah bagian suatu keseluruhan, itulah sebabnya istilah baru-baru ini diciptakan untuk menggambarkan kecerdasan hati adalah EQ.

Pelatihan dibidang emosional ini perlu dan penting dimulai pada masa kanak-kanak melewati berbagai aspek kehidupan dengan sukses. Menurut Goleman, aspek-aspek kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

Kemampuan mengenali emosi diri, yaitu:

  1. Kemampuan individu untuk mengenali perasaan sesuai apa yang terjadi, mampu memantau perasaan diri waktu ke waktu dan merasa selaras terhadap apa yang dirasakan.
  2. Perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri.
  3. Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul.
  4. Mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan.

Kemampuan mengolah emosi, yaitu:

  1. Untuk menangani perasaan sehingga perasaan dapat diungkap dengan tepat.
  2. Kemampuan untuk menenangkan diri.
  3. Melepaskan diri dari kecemasan dan kemarahan yang menjadi-jadi.

Kemampuan memotivasi diri, yaitu:

  1. Kemampuan untuk mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
  2. Menunda kepuasan dan meregangkan dorongan hati.
  3. Mampu berada dalam tahap flow.

Kemampuan mengenal emosi orang lain, yaitu:

  1. Kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain.
  2. Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain.
  3. Lebih baik dalam mendengarkan orang lain.

Kemampuan membina hubungan, yaitu:

  1. Kemampuan mengelola emosi orang lain.
  2. Berinteraksi secara mulus dengan orang lain.
  3. Meningkatkan kemampuan menganalisis serta memahami hubungan.