Apa saja style untuk melakukan manajemen dalam sebuah organisasi?


Seperti yang kita ketahui, sebuah organisasi utamanya perusahaan adalah sebuah unit besar yang terdiri dari unit-unit kecil yang saling berkaitan satu sama dengan yang lain, maka dari itu untuk memperkecil kemungkinan terjadinya miskomunikasi diperlukan adanya manajemen yang baik. Dalam beragam situasi, pastinya ada beragam pula style manajemen yang perlu dilakukan agar menghasilkan penyelesaian yang diharapkan, mohon jawabannya, terimakasih.

Sebelum mulai menjawab pertanyaan anda, perlu kita bahas dahulu apakah perbedaan dari seorang pemimpin dan seorang manajer agar tidak terjadi kesalahan pemahaman persepsi terhadap tugas dari keduanya yang terkadang disamakan sebab memiliki tugas yang hampir sama.

“Manajemen melakukan efisiensi dalam menaiki tangga kesuksesan, Kepemimpinan menentukan apakah tangga bersandar di dinding yang tepat” -Stephen Covey [2]

Keduanya memiliki peran yang krusial dalam menggapai kesuksesan sebuah organisasi, seorang manajer memastikan sebuah tugas selesai, mengatur sumber daya, struktur, dan pengoperasiannya, dan memastikan bisnis sukses. Sedangkan seorang pemimpin adalah tentang menetapkan visi dan arahan, keterlibatan, menciptakan perubahan, fokus bersama, dan pembaharuan di organisasi, dan sebuah pemimpin memberi tempat untuk belajar, membuat kesalahan, dan menjadikan seseorang lebih baik lagi.

Berdasarkan teori Hay-McBer [1], ada enam style manajerial dalam memanajemen organisasi sebuah perusahaan, yaitu :

  1. Directive (Paksaan)
    Style paksaan memiliki tujuan utama untuk mendapatkan pemenuhan tugas secara cepat dari karyawan, memiliki ciri memotivasi karyawan dengan ancaman dan kedisiplinan. Model ini aktif ketika saat kondisi kritis, dan terjadi penyimpangan yang berisiko bagi perusahaan. Dan efektif ketika karyawan kurang berkembang, ataupun sangat berskill karena frustasi dan kesal pada pengelolaan hal-hal kecil.

  1. Authoritative (Visionary)
    Style ini memiliki objektif utama untuk menyediakan arahan dan keputusan jangka panjang bagi karyawan, style ini memiliki ciri memberikan karyawan arahan yang jelas, memotivasi dengan persuasi dan feedback pada performa pengerjaan tugasnya. Style ini digunakan ketika arahan dan standar yang jelas dibutuhkan, pemimpinnya kredibel, dan jangan digunakan ketika karyawan kurang berkembang (butuh petunjuk untuk melakukan sesuatu), atau ketika pemimpinnya tidak kredibel karena tidak percaya pada visi yang diberikan pemimpinnya.

  1. Affiliative
    Style affiliative ini memiliki objektif utama untuk mengharmoniskan karyawan dan antara karyawan dan manajer, style ini memiliki ciri menghindari konflik dan membuat relasi yang baik sesama karyawan, dan memotivasinya dengan tetap membuat karyawan bahagia. Style ini dapat digunakan ketika dibarengi dengan penggunaan style lain, tugas dan kinerjanya bagus, saat konseling dan menolong karyawan, dan ketika menangani sebuah konflik. Serta jangan digunakan ketika performanya jelek yaitu tidak menekan performa, atau ketika saat situasi yang kritis dan butuh arahan.

  1. Participative (Demokratis)
    Style ini memiliki objektif utama untuk membangun komitmen dan kesepakatan bersama sesama karyawan, memiliki ciri mendorong masukan dari karyawan dalam pembuatan keputusan, dan memotivasinya dengan memberi reward atas kerja tim. Style ini dapat digunakan ketika karyawan kerjasama yang baik, staff memiliki pengalaman dan kredibilitas yang bagus, dan lingkungan kerja yang tenang (tidak ada konflik). Serta jangan dinguakan ketika karyawan masih harus belajar berkoordinasi, sedang terjadi krisis, atau karyawan yang kurang berkompetensi.

  1. Pacesetting
    Style ini memiliki objektif utama untuk menyelesaikan tugas dengan standar kualitas terbaik, memiliki ciri melakukan banyak tugas sendirian dan mengharap karyawan mengikutinya, memotivasi dengan memberi standar yang tinggi dan mengharap arahan pribadi dari masing-masing karyawan. Dapat digunakan ketika karyawan memiliki motivasi tinggi dan kompeten, arahan yang dibutuhkan sedikit, dan saat mengarahkan seorang expert. Tapi jangan digunakan ketika beban kerja membutuhkan bantuan dari yang lain, atau saat pengembangan, pengarahan, dan koordinasi dibutuhkan.

  1. Coaching
    Style ini memiliki objektif utama untuk pengembangan profesional jangka panjang karyawan, memiliki ciri membantu dan mendorong karyawan untuk mengembangkan keahlian dan performanya, memotivasi dengan memberi kesempatan untuk pengembangan profesional. Style ini dapat digunakan ketika skill karyawan butuh dikembangkan, karyawan termotivasi dan ingin mengembangkan dirinya. Serta jangan digunakan ketika pemimpinnya kurang memiliki keahlian, ketika performa memiliki perbedaan yang signifikan, atau sedang dalam keadaan krisis.

Demikian paparan style manajemen berikut perbedaan antara manajer dan pemipin, semoga dapat menjawab pertanyaan dari yang bersangkutan dan bermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.