Mengapa Apple tidak dapat mencapai permintaan pelanggan untuk iPhone6?
Sebuah Artikel yang ditulis oleh [Linda Federico-O’Murchu] (http://www.cnbc.com/2014/12/05/why-cant-apple-meet-demand-for-the-iphone-6.html) yang berisikan bahwa beberapa bulan setelah Apple meluncurkan iPhone6 dan iPhone6 Plus yang dinanti-nanti, perusahaan masih belum dapat mencapai permintaan yang tinggi dari pelanggan(konsumen).
Pada Nopember akhir, analis dari Piper Jaffray yaitu Gene Munster menulis dalam sebuah catatan riset bahwa hanya 58% dari iPhone6/6 Plus berada dalam stock di toko-toko retail berskala nasional. Demikian, dua bulan setelah produk diluncurkan, 42 persen masih belum tersedia untuk penjualan publik.
Pelanggan melaporkan bahwa mereka menunggu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, untuk pemesanan secara online atau mengantri pada antrian yang sangat panjang-dan tetap saja, kebanyakan dari mereka pulang dengan tangan kosong.
“Saya terkejut. Pada tahap ini sangatlah panjang,” Frank Gillet berkata, wakil presiden dan ketua analis di Forrester Research. “Tapi ini menunjukan permintaan pelanggan tersebut kuat dan dapat bertahan. Bagus untuk Apple.”
Dalam laporan pendapatan kuarter ke-empat, CEO Apple yaitu Tim Cook, mengakui kesulitan dalam permintaan-supply. “ Pada hari ini-dan tentunya hingga akhir kuarter, dimana saat anda melihat pada data- kami tidak mendekati keadaan yang seimbang. Kita tida dekat. Kita tidak berada dalam planet yang sama.”
Beliau juga dipuji “peluncuran iPhone terbesar yang pernah ada yaitu iPhone 6 dan iPhone 6 Plus.” Hanya beberapa minggu dalam penyediannya, Cook berkata pada analis bahwa permintaan terhadap produknya adalah “mengejutkan dan berbasis geografis yang luas.”
Seteah peluncuran produk Apple yang baru ini, mereka menyatakan telah menghasilkan revenue terkuat dalam 7 kuarter, jauh melampaui ekspektasi kuarter sebelumnya dan mencatat rekor baru pada revenue bulan September. Para analis mengekspektasi bahwa permintaan pelanggan yang kuat akan berlangsung secara terus-menerus hingga menghabiskan supply produk terbaru Apple tersebut. Sehingga seperti yang dikatakan diatas Apple tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan sebanyak 42 persen dengan fakta-fakta masih banyak orang yang rela mengantri dan tetap pulang dengan membawa tangan kosong.
Meskipun dengan permintaan yang besar, beberapa industri profesional bertanya-tanya apakah kekurangan adalah persamaan permintaan/pemasokan yang sederhana. Apakah tidak seimbangnya permintaan/pemasokan merupakan dari langkah strategis perusahaan Apple ?
“Tidak ada yang familiar dengan cara bekerja internal Apple, tapi pemikiran saya adalah, perusahaan ini terlalu besar dan terlalu berpengalaman untuk mendapati ketidakseimbangan tersebut adalah sebuah kesalahan,” Marlene Morris Towns berkata, seorang professor strategi marketing di Georgetown University.
“Mereka masih dapat meramalkan, mereka masih dapat mengantisipasi permintaan tersebut. Saya tidak melihat sebuah penjelasan yang masuk akal tentang bagaimana mereka dapat salah dalam perhitungan sebanyak ini.”
Daniel Patterson, seorang penulis teknologi di New York dan strategis digtal, berkata bahwa pembatasan pemasokan bisa dianggap sebagai strategi Apple dalam mengontrol pertumbuhan penjualan. “Membatasi pengeluaran sebuah produk untuk mendapatkan kenaikan penjualan setiap tahunnya,” menurut pengamatannya. “Jika, contohnya, Apple menjual 18 juta iPhone sekarang, bagaimana jika mereka hanya menjual 15 juta pada lain waktu? Lebih baik bagi mereka untuk memiliki produk yang tidak merugikan satu dengan yang lainnya. Mereka tahu harus memberi makan siklus berikutnya untuk supply chain mereka.” atau mungkin terdapat sebuah kecacatan dalam supply chain Apple ?
Ari Zoldan yang merupakan pendiri dan CEO dari Quantum networks LLC, sebuah perusahaan teknologi e-commerce di kota New York. “ 99 persen saya dapat memastikan bahwa ini bukan strategi marketing yang dikoordinasikan. Anda tidak ingin membuat situasi dimana orang-orang marah dengan sebuah brand,” dan dia berkata “Apple memiliki semua statusnya, Mereka mengetahui apa ang pasar inginkan. Mereka mengetahui berapa banyak iPhone yang mereka harus luncurkan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Mungkin mereka menemukan sebuah kendala serius pada software atau hardware iPhone dan mereka harus menariknya sehingga mereka tidak mendapatkan perilisan yang sempurna. Itu adalah sebuah kemungkinan.”
Beberapa dari mereka setuju bahwa ketidakseimbangan ini adalah kesulitan yang dihadapi oleh Apple dan ada juga yang menyangkal bahwa hal tersebut adalah strategi yang dilakukan oleh Apple untuk menarik pelanggannya, karena pembatasan pemasokan pertahun dapat meningkatkan jumlah pembelian produk Apple tersebut. Dan menurut saya, saya setuju bahwa ini adalah sebuah strategi yang diterapkan oleh Apple dalam pembatasan peluncuran produk, mengapa ? karena dengan terbatasnya sebuah produk, apalagi dengan brand yang sangat terkenal yaitu Apple, mereka akan memiliki ego untuk memiliki barang mewah dan berbondong-bondong dalam membelinya. Sehingga jika pembatasan dan peningkatan pemasokan dilakukan setiap tahunnya akan membuat pelanggan lebih tertarik dalam membeli produk yang dikeluarkan oleh Apple ini.