Apa saja Struktur Batin Puisi?

Puisi merupakan sebuah karya sastra yang memiliki banyak teknik dalam pembuatannya dimana dalam pembuatannya terdapat sebuah struktur batin.

Apa saja Struktur Batin Puisi ?

Struktur batin puisi terdiri dari:

  • Tema/makna (sense), media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

  • Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

  • Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.

  • Amanat / tujuan / maksud (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Jawaban ini ditulis juga pada pertanyaan Apa saja unsur yang terdapat dalam sebuah Puisi ?.

Unsur batin Puisi terdiri dari :

1. Tema

Definisi secara umum mengenai tema menurut Keraf (2004) adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seseorang membaca roman atau yang lainnya (dilihat dari sudut pandang karangan yang telah selesai). Adapun jika dipandang dari sudut proses penyusunan sebuah karangan, tema merupakan suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut.

Richards menyamakan tema dengan makna (sense) yakni puisi itu mempunyai subject matter yang mengemukakan sesuatu kepada pembaca, sesuatu kejadian yang dialaminya, dipersoalkan dengan cara sendiri. Makna yang terkandung dalam subject matter itulah yang disebut dengan sense.

Waluyo (1987) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan pokok atau subjek-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok-pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utamapengucapannya.

Tema merupakan pokok pikiran yang mendasari atau menjiwai suatu karangan. Suatu karangan yang tercipta tentunya mengandung atau mengusung pikiran pokok tertentu.

2. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca dan persoalan dalam puisi. Nada berhubungan erat dengan tema dan rasa yang terkandung dalam sajak tersebut. Adapun suasana merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut, atau dampak psikologis yang ditimbulkan puisi tersebut terhadap pembaca.

Tentang nada, Jabrohim dkk. (2009) mencontohkan sikap penyair dalam puisi adakalanya menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau hanya bersikap lugas, menceritakan sesuatu kepada pembacanya. Dapat dipahami bahwa nada dan suasana dalam puisi memiliki hubungan yang erat. Nada merupakan sikap penyair terhadap persoalan dan pembaca, suasana adalah keadaan perasaan atau jiwa pembaca yang timbul setelah membaca sebuah puisi.

3. Perasaan

Waluyo (1987) menyatakan bahwa puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat ditangkap melalui pembacaan puisi (poetry reading) atau deklamasi. Membaca puisi seperti ini dapat membantu pengungkapan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, marah, tersinggung, sombong, patah hati, tercekam, cemburu, takut, kesepian, menyesal, dan sebagainya.

Aminuddin (2009) mengemukakan bahwa perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal itu terkandung dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok pikiran. Pada setiap pokok pikiran pada umumnya dilatarbelakangi oleh sikap tertentu.

Perasaan dalam puisi merupakan perasaan penyair yang terungkapkan dalam puisi sebagai akibat dari sikapnya terhadap objek tertentu. Perasaan tertentu penyair melatarbelakangi terciptanya sebuah puisi.

4. Amanat

Mengenai amanat, Richards menyatakan bahwa setiap penyair mempunyai tujuan dengan sajak-sajaknya, baik disadari maupun tidak. Tujuan ini diungkapkan oleh penyair berdasarkan pandangan hidupnya.

Amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk mencipta puisinya. Waluyo menyatakan bahwa amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan.

Amanat merupakan pesan yang secara implisit ingin disampaikan penyair kepada pembaca melalui puisinya.

Terdapat empat unsur batin puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention) (Waluyo, 1987).

Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya dan berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi. Jika landasan awalnya tentang ketuhanan, maka keseluruhan struktur puisi itu tidak lepas dari ungkapan-ungkapan atas eksistensi Tuhan.

Demikian halnya jika yang dominan adalah dorongan cinta dan kasih sayang, maka yang ungkapan-ungkapan asmaralah yang akan lahir dalam puisinya itu.

Secara umum, tema-tema di dalam puisi dikelompokan sebagai berikut.

  • Tema Ketuhanan

Puisi-puisi dengan tema Ketuhanan biasanya akan menunjukkan religious experience atau pengalaman religi penyair (Waluyo, 1987).

  • Tema Kemanusiaan

Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama (Waluyo, 1987).

  • Tema Patriotisme/ Kebangsaan

Puisi bertema ini berisikan gelora dan perasaan cinta penyair akan bangsa dan tanah airnya. Puisi ini mungkin pula melukiskan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan (Waluyo, 1987).

  • Tema Kedaulatan Rakyat

Dalam puisinya, penyair mengungkapkan sensitivitas dan perasaannya untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menentang sikap kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa (Waluyo, 1987).

  • Tema Keadilan Sosial

Puisi yang bertema keadilan sosial menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesengsaraan rakyat. Puisi- puisi demonstrasi yang terbit sekitar tahun 1966 banyak yang menyuarakan keadilan sosial (Waluyo, 1987).

Perasaan

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau sang Khalik. Jika penyair hendak mengagungkan keindahan alam, maka sebagai sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan majas serta diksi yang mewakili dan memancarkan makna keindahan alam. Jika ekspresinya merupakan kegelisahan dan kerinduan kepada sang Khalik, maka bahasa yang digunakan cenderung bersifat perenungan akan eksistensinya dan hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan.
Tentang bagaimana seorang penyair mengekspresikan bentuk perasaannya itu antara lain, dapat dilihat dalam penggalan puisi berikut.

Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan, bawalah aku
Meninggi ke langit ruhani

Larik-larik di atas diambil dari puisi yang berjudul Tuhan karya Bahrum Rangkuti. Puisi tersebut merupakan wujud kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahan itu diekspresikannya melalui kata hanyut, kasih, meninggi, dan langit ruhani (Waluyo, 1987).

Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, penulis memunyai sikap tertentu terhadap pembaca: apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi.

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan dan menimbulkan suasana tertentu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca, nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca, nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk (Waluyo, 1987).

Amanat

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan mereka yang berada dalam situasi demikian biasanya merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk berekspresi atau kebutuhan untuk berkomunikasi dan disetiap karyanya pasti mengandung amanat yang berguna bagi pembaca.

Tema berbeda dengan amanat, tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya sastra (meaning dan significance). Arti karya sastra bersifat lugas, obyektif, dan khusus, sedangkan makna karya sastra bersifat kias, subyektif dan umum. Makna berhubungan dengan orang perorangan, konsep seseorang, dan situasi dimana penyair mengimajinasikan karyanya (Waluyo, 1987).