Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Sejak manusia lahir maka kehidupan mulai ada dan akan mengalami pertumbuhan dan oerkembangan. Setiap manusia pasti akan mengalami hal ini. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi karena di dalam tubuh manusia dengan sendirinya akan terjadi perubahan baik itu perubahan fisik maupun jasmaniah.
Menurut C.P Chalvin seperti dikutip Desmita pertumbuhan adalah suatu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Ini berarti bahwa pertumbuhan sebenarnya adalah berkaitan dengan proses perubahan yang terjadi pada seluruh kehidupan fisik.
Di dalam proses pertumbuhan terjadi pula proses perkembangan. Hal ini tidak dapat dipisahkan karena pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu hal yang menyangkut perubahan. Jika pertumbuhan adalah proses perubahan pada aspek fisik manusia dan terjadi secara spontanitas maka perkembangan seseorang itu terjadi karena adanya usaha belajar dan karena penyesuaian psikologi yang dilakukan oleh seseorang. Perkembangan adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat terjadi kembali.
Perkembangan itu terjadi secara bertahap dan bersifat mutlak atau harus terjadi. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya terjadi dalam diri individu akan terus berlanjut tanpa henti hingga di akhir hayat.
Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian. Perkembangan secara umum meliputi perubahan kualitas dalam diri manusia dan bukan pada kuantitas atau penambahan fisik saja. Desmita menyatakan:
Perkembangan menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk ke tahap bentuk yang lain, yang kian hari bertambah maju, mulai dari pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan karena dalam dunia pendidikan melalui pertumbuhan dan perkembangan dapat diketahui perubahan-perubahan mental, fisik dan rohani peserta didik dalam mengikuti pendidikan.
Ruang lingkup kedua yang dikaji oleh psikologi pendidikan adalah psikologi atau keadaan jiwa dari anak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling mendasar dan merupakan titik awal dari pertumbuhan dan perkembangan dalam seluruh aspek dan fungsi yang ada dalam diri seseorang, ini menjadikan masa ini menjadi masa yang begitu penting sekaligus sulit.
Penting dalam arti bahwa pada masa ini apa yang dialami oleh seseorang akan sangat memberikan makna yang sangat mendalam dan begitu mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang dalam kehidupannya nanti di masyarakat, dan juga merupakan masa yang sulit karena pada masa ini terjadi kesulitan untuk membentuk kepribadian anak.
Psikologi pada masa kanak-kanak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di mana dia berada, oleh karena itu perkembangan psikologi pada masa ini seharusnya terjadi secara teratur dan terarah menuju pada suatu tingkat kedewasaan dan peningkatan pada proses belajar.
Perkembangan psikologi peserta didik ada empat tahap yaitu, tahap sensorik- motorik, di mana seorang individu melakukan suatu gerakan refleks yang berulang kali untuk mencapai tujuan tertentu. Tahap pra-operasional, yaitu tahap di mana individu mulai menggunakan symbol dan membedakan antara simbol dan benda. Tahap konkrit operasional, yaitu tahap di mana individu mulai memakai hubungan timbal-balik. Tahap formal-operasional yaitu tahap di mana individu mampu berpikir secara abstrak dan hipotesis.
Tanpa orang lain yang membantu perkembangan anak maka anak akan mengalami gangguan pada jiwanya nanti sekalipun mungkin anak masih dapat memperkembangkan sesuatu dari dirinya sendiri tanpa bantuan dari luar, dengan tubuhnya yang kecil menjadi tubuh yang tinggi besar. Namun suatu hal yang pasti anak yang berkembang tanpa bantuan dari luar diri anak tersebut akan kehilangan hakikat kemanusiaannya dan akan mengalami ketidakseimbangan.
Orang tua perlu mencari benang merah dan sinkronisasi beberapa hal yang utama, yang membantu anak mengembangkan hal-hal dasar dalam kepribadiannya. Sebagaimana orang tua memilih sekolah yang sesuai dengan orientasi nilai dan harapan mereka, begitu juga orang tua seyogyanya mengadaptasikan pola-pola pendidikan yang konstruktif dan positif dari sekolah. Paling tidak, di antara keduanya, saling mengisi – dan bukan saling meniadakan. Untuk itu lah, komunikasi orang tua dengan anak, dan komunikasi antara orang tua dengan pihak sekolah, menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Kita tidak bisa bersikap “tahu beres” baik terhadap anak maupunn pihak sekolah. Karena, ketika terjadi ketidakberesan, kita tidak bisa semata-mata menunjuk pihak sekolah sebagai penyebab masalah dari persoalan yang dihadapi anak. Bisa saja persoalan dimulai / terjadi di sekolah, namun kita harus melihatnya secara bijaksana, karena reaksi seorang anak terhadap sesuatu, sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaluinya dan pola asuh yang paling mendominasi bentukan sikap dan kepribadiannya.
Jadi, keluarga, adalah tempat utama pendidikan dan pengembangan seorang anak. Sekolah, pada dasarnya mengarahkan, memberikan bimbingan dan kerangka – bagi anak untuk belajar, bertumbuh dan berkembang. Sementara keluarga, justru menjadi pusat pendidikan (center of education) yang utama, pertama dan mendasar.
Dalam masa perkembangan kejiwaan seorang anak membutuhkan pertolongan dan bantuan orang lain dan yang paling berperan adalah kedua orang tuanya. Orang tuanyalah yang bertanggung jawab penuh dalam perkembangan psikologi dan eksistensi anaknya. Dan tidak menutup kemungkinan peranan pendidik dalam pembentukan psikologi anak sehingga seorang pendidik haruslah dapat mengerti tahapan-tahapan tersebut sehingga melaluinya seorang pendidik dapat memberikan pemaknaan dalam proses pembelajaran sehingga seorang anak dapat memiliki kepribadian yang harmonis dalam perkembangannya.
Anak dalam hubungannya dengan diri sendiri dapat dikatakan merupakan suatu ciptaan yang khas. Perkembangan yang lancar dan teratur serta dengan mendapatkan bantuan yang baik dari luar diri anak tersebut baik itu dari orang tua maupun pendidik dapat menjadikan anak tersebut menjadi individu yang bertanggung jawab atas perbuatannya.31
Setiap manusia memiliki kecerdasan atau intelegensi yang berbeda-beda yang dibawa sejak lahir yang disebabkan oleh mental, budaya dan faktor gen. Sebab itu dalam psikologi pendidikan persoalan mengenai perbedaan intelegensi ini dianggap merupakan suatu ruang lingkup yang perlu dipelajari.
Cara seorang anak belajar adalah melalui bermain, ketika ia bermain maka anak akan menemukan sesuatu yang baru dan akan menimbulkan rasa keingin- tahuannya. Dan rasa ingin tahunyalah yang mendorong ia untuk belajar.
Seorang anak memiliki rasa keingin tahuan yang sangat besar terhadap hal yang dianggap baru dan menarik oleh sebab itu yang terpenting dalam proses pembelajarannya adalah kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk pengekspresian dirinya demi peningkatan intelegensi yang dimilikinya.
Peningkatan intelegensi seorang anak sangat penting karena akan sangat membantu dalam meningkatkan keberhasilan atau gagalnya seorang peserta didik dalam mengikuti proses pendidikan. Meskipun demikian perlu diingat bahwa prestasi belajar peserta didik semata-mata ditentuksn oleh tingkat kemampuan intelektualnya.
Faktor-faktor seperti motivasi, sikap, kesehatan fisik, mental, kepribadian, dan ketekunan serta faktor-faktor yang lain turut mempengaruhi dalam peningkatan prestasi. Dan semua faktor tersebut mengarah kepada intelegensi sehingga membuat intelegensi menjadi bagian integral yang penting dalam pendidikan. William Stern seperti dikutip Kartini Kartono menyatakan,
Intelegensi sebagai kemampuan pembawaan yang dipergunakan untuk menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dan pikiran, guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan- tuntutan baru.
Kemampuan intelektual dapat dicapai dengan pengajaran dan pendidikan yang teratur. Pada dasarnya intelegensi sebenarnya adalah perbuatan pola pikir yang sangat baik yang diwujud nyatakan dalam suatu aktivitas yang efisien, yang dilakukan dalam suatu perbuatan yang cepat, mudah dan tepat.
Intelegensi dapat juga disebut dengan efektivitas belajar yang melaluinya hasil dari pembelajaran dapat diterapkan dalam kehidupan. Psikologi pendidikan mempelajari juga bagaimana cara untuk meningkatkan keefektivan belajar dengan pengaruhnya terhadap perkembangan kejiwaan seseorang.
2. Motivasi
Setiap perbuatanyang dilakukan, termasuk perbuatan belajar disebabkan oleh sesuatu dorongan. Dorongan tersebut berasal dari dalam diri seseorang individu untuk mencapai suatu tujuan, dorongan ini disebut dengan motivasi.
Motivasi orang tergantung pada kekuatan motifnya. Motif yang dimaksud dalam uraian ini adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri individu (Hersey, Blanchard dan Johnson, 1996), dengan kata lain sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu, atau sekurang- kurangnya mengembangkan tertentu (Hodgetts,1996).
Dalam dunia psikologi, dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan sesuatu disebut sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Kartini Kartono menjelaskan beberapa teori motivasi:
Dalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu ini disebut sebagai insentif dan adanya di luar diri orang tersebut. Contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak misalnya jika anak, naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua, maka anak belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru.
Insentif biasanya hal-hal yang menarik dan menyenangkan, sehingga anak tertarik mendapatkannya. Insentif, bisa juga sesuatu yang tidak menyenangkan, maka orang berperilaku tertentu untuk menghindar mendapatkan insentif yang tidak menyenangkan ini. Dapat juga terjadi sekaligus, orang berperilaku tertentu untuk mendapatkan insentif menyenangkan, dan menghindar dari insentif tidak menyenangkan.
Dalam pandangan hedonistik, seseorang didorong untuk berperilaku tertentu yang akan memberinya perasaan senang dan menghindari perasaan tidak menyenangkan. Contohnya: anak mau belajar karena ia tidak ingin ditinggal ibunya ke pasar/supermarket. Dari uraian di atas, dapat diasumsikan anak yang malas tidak merasa adanya insentif yang menarik bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan menyenangkan dari belajar. Ada beberapa jenis motif motivasi pada diri seseorang yaitu:
-
Motif motivasi internal : tenaga pendorong yang berasal dari dalam dirinya sendiri yang memotivasi orang tersebut untuk melakukan sesuatu perbuatan.
-
Motif motivasi eksternal: tenaga pendorong berasal dari luar diri orang tersebut, misalnya pendidik, orang tua, teman, buku-buku atau lain sebagainya yang mampu membangkitkan semangatnya untuk belajar.
-
Motif motivasi Intrinsik: tenaga pendorong yang sesuai atau berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan. Teori motivasi intrinsik menjelaskan kesadaran tentang keingintahuan, memahami lingkungan, kesadaran eksistensi diri dan kesadaran tentang merealisasikan kemampuan. Teori ketidakcocokan kognitif menjelaskan ketegangan yang muncul pada saat manusia sadar adanya ketidakcocokan antara dua atau beberapa pengertian seperti persepsi-persepsi, sikap atau keyakinan. Teori motivasi keberhasilan ini menyelaraskan tentang pencapaian tujuan yang mengandung tiga faktor yaitu motif keberhasilan, kemungkinan keberhasilan dan nilai keberhasilan.
-
Motif motivasi ekstrinsik: tenaga pendorong yang berada di luar perbuatan atau tidak ada hubungan langsung dengan perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. motivasi ekstrinsik dalam dunia pendidikan dapat dilakukan oleh pendidik. Pendidik harus mengambil keputusan tentang apa yang harus diajarkan, bagaimana menyajikan pelajaran dan bagaimana menentukan cara pengajaran agar peserta didik mengerti apa yang diajarkan dan mampu menerapkan dalam kehidupan nyata (Brohpy, 1990). Dorongan eksternal dari pendidik sangat penting bagi seseorang untuk mencapai keberhasilan belajar.
Motivasi memiliki peranan yang sangat besar di dalam upaya belajar, oleh karena tanpa dorongan atau motivasi seorang peserta didik tidak mungkin melakukan suatu kegiatan belajar dengan penuh antusias.
Eysenck seperti dikutip Slameto menyatakan:
Motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi serta arah umum dan tingkah laku manusia, motivasi merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan lainnya.
Dengan pemahaman tersebut maka dapat dikemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam motivasi keberhasilan sebagai berikut:
- Cenderung bertanggung jawab
- Senang membahas kasus yang menantang
- Menginginkan prestasi belajar yang lebih baik
- Suka memecahkan masalah
- Senang menerima umpan balik atas hasil karyannya
- Senang berkompetisi untuk mencapai hasil belajar terbaik
- Senang membahas kasus-kasus sulit
- Melakukan segala sesuatu dengan cara yang lebih baik dibandingkan dengan temannya
Pernyataan ini berarti bahwa ada banyak fakta yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik, sehingga mengakibatkan terjadi tingkah-laku yang berbeda- beda dari setiap peserta didik.