Apa saja Prinsip-prinsip dalam Komunikasi Persuasif?

Komunikasi persuasif

Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

Apa saja Prinsip-prinsip dalam Komunikasi Persuasif ?

Persuasi adalah bentuk penanaman pengaruh yang bisa berwujud apa pun, mulai dari keyakinan, sikap, maksud, dan motivasi. Persuasi adalah bagian tidak terpisahkan dari proses komunikasi individu, seorang pengirim pesan (sender) berusaha untuk memberikan dan memperbesar pengaruh pesan yang di sampaikan kepada penerima pesan (receiver). Persuasi adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengubah sikap atau perilaku individu baik secara personal maupun kelompok terhadap satu buah isu, tema, peristiwa atau objek yang lainnya baik bersifat abstrak seperti ide atau sesuatu yang actual seperti produk yang di gunakan.

Usaha ini di lakukan baik dengan melalui jalur verbal atau nonverbal dengan cara mengonversi informasi,perasaan,atau alasan atau kombinasi semuanya ke dalam bentuk lain yang dapat di terima oleh si penerima pesan.

Menurut Littlejohn dan Jabusch mengungkapkan bahwa keberhasilan komunikator dalamm mengukuhkan atau mengubah sikap atau kepercayaan dan dalam mengajak pendengar untuk berbuat sesuatu akan bergantung pada pemanfaatan prinsip-prinsip persuasive.

Empat prinsip utama terdiri dari ;

1. Prinsip Pemaparan Selektif (Selective Exposure Principle)

Prinsip ini menerangkan bahwa hukum pemaparan selektif. Hukum ini setidaknya memiliki dua bagian, yaitu

  1. Pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini, kepercayaan, nilai, keputusan dan perilaku mereka.

  2. Pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai dan perilaku mereka yang sekarang.

Prinsip pemaparan selektif ini mempunyai implikasi penting terhadap pembicaraan persuasif komunikator. jika Komunikator ingin menyakinkan khalayak yang menganut sikap yang berbeda dengan sikap anda sendiri. Sadarilah bahwa pemaparan selektif akan terjadi dan berlangsung secara induktif.

2. Prinsip Partisipasi Khalayak.

Persuasi akan berhasil bila komunikan berpartisipasi aktif dalam presentasi Komunikator, misalnya dalam mengulang atau mengikhtisarkan apa yang di sampaikan. Agitator yang berhasil mengumpulkan massa sering kali mengajak massanya menyanyikan slogan-slogan, mengulangi semobyan dan sebagainya. Implikasinya sederhana, persuasi adalah proses transaksional, proses ini melibatkan baik pembicara maupun pendengar. Komunikator akan lebih berhasil jika komunikator dapat mengajak komunikan berpartisipasi aktif dalam proses komunikasi.

3. Prinsip Inokulasi

Prinsip ini menjelaskan tentang menghadapi sasaran persuasi yang terinokulasi, atau sasaran yang telah mengetahui posisi persuader dan telah menyiapkan berupa argument untuk menentangnya. Sehingga pada posisi ini, seorang persuader perlu melakukan persiapan seperti mempersiapkan argument dan lain-lain dalam proses komunikasi yang akan di lakukan.

Persis seperti menyuntikkan sejumlah kecil kuman ke dalam tubuh yang akan membuat tubuh mampu membangun sistem kekebalan, menyajikan kontra-argumen dan kemudian menjelaskan kelemahannya akan memungkinkan khalayak mengebalkan diri mereka sendiri terhadap kemungkinan serangan atas nilai dan kepercayaan mereka. misalnya adalah komunikator sedang menyakinkan sekelompok remaja untuk tidak mulai merokok, komunikator tahu bahwa mereka akan menghadapi rekan-rekan atau iklan yang mengajak mereka untuk mulai merokok. Komunikator dapat membuka kontra argument seperti ini ‘’tentu saja , iklan-iklan akan mengatakan bahwa merokok itu hebat dan modern.

Dalam semua iklan rokok, tokoh-tokohnya selalu berpakaian bagus dan sedang menghadiri pesta yang menyenangkan. Tetapi cobala amatilah lebih dekat, cobalah cium bau pakaian dan napas mereka, cobalah lihat paru mereka, cobalah lihat tingkat harapan hidup mereka’’.

Menurut papageorgis dan Mc Guire memprediksikan bahwa suatu jenis imunitas umum akan berkembang apabila orang di ekspos pada serangan-serangan terhadap keyakinan dasar dan penolakan terhadap serangan tersebut yaitu mereka memprediksikan bahwa prosedur ini akan menumbuhkan resistensi umum yang membuat keyakina dasar itu tidak mungkin berubah bahkan ketika ia di ekspos pada serangan-serangan. Mereka mengharapkan hasil ini karena dua alasan, yaitu

  • Pengalaman melihat serangan pertama di tolak akan menurunkan kredibilitas serangan-serangan berikutnya.

  • Pemaparan sebelumnya terhadap serangan dapat membuat seseorang lebih menyadari bahwa keyakinannya benar-benar rentan dan memotivasi orang itu utnuk mengembangkan argument-argumen pendukung tambahan. Hasil mereka menunjukkan bahwa pemberian imunitas menyebabkan kekebalan terhadap kontra argument yang sama. Kenyataannya, posisi sikap akhir dalam dua kondisi ini tidak berbeda secara sifnifikan. Ini, tentunya meningkatkan efektifitas sebuah pemberian imunitas para pengembang program imunitas tidak harus mengantisipasi semua serangan terhadap suatu keyakinan yang mungkin kemudian akan di alami oleh seseorang.

4. Prinsip Besaran Perubahan

Prinisp ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting perubahan yang di inginkan oleh persuader, maka semakin besar tantangan dan tugas untuk mencapai tujuan persuasi. karena Makin besar dan makin penting perubahan yang ingin dihasilkan atas diri khalayak, makin sukar tugasnya. Manusia berubah secara berangsur. Persuasi, karenanya, paling efektif bila diarahkan untuk melakukan perubahan kecil dan dilakukan untuk periode waktu yang cukup lama.

Referensi :

  • Werner J severin, James W tankard,Jr, Teori Komunikasi Sejarah Metode dan Terapan dalam Media Massa, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,Cetakan ke-4 Februari 2009).
  • Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Tangerang selatan : Kaharisma Publishing Group).
  • Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti 2007).