Angka pengangguran di Indonesia semakin lama kian meningkat. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat semakin menurun. Beberapa penyebab terjadinya pengangguran antara lain :
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya, beberapa penyebab timbulnya pengangguran yaitu:
Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja
Lapangan kerja sedikit
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Budaya pilih-pilih pekerjaan serta pemalas
Banyaknya jumlah penduduk
Teknologi yang semakin maju yang tidak diimbangi oleh kemampuanmanusia
Pendidikan dan ketrampilan yang rendah
Pengusaha yang selalu ingin mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan seperti penerapan rasionalisasi
Adanya lapangan kerja dipengaruhi oleh musim
Ketidak stabilan perekonomian, politik dan keamanan negara
Sesungguhnya, angka pengangguran di Indonesia hanyalah hasil akhir dari kekusutan yang terjadi antara sektor pendidikan dan swasta (bisnis). (Pitartono, 2012) menyatakan banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di Indonesia, di antaranya adalah sebagai berikut:
Faktor kualitas sumber daya manusia
Ini adalah penyebab utama banyaknya sarjana Indonesia yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Perguruan tinggi dinilai hanya menghasilkan sarjana ‘bertitel’ tanpa dibarengi kemampuan yang memadai. Tingginya jumlah pencari kerja memungkinkan perusahaan untuk menyaring yang terbaik, tanpa memandang dari mana asal mereka. Sebagai ilustrasi, saat ini terdapat sekitar 100 ribu tenaga kerja ahli yang berasal dari negara lain, lalu apa yang terjadi dengan lulusan perguruan tinggi dalam negeri sehingga jabatanjabatan tersebut diisi oleh tenaga kerja asing (Pitartono, 2012).
Terbatasnya lapangan kerja
Pertambahan jumlah sarjana di Indonesia tidak diiringi oleh perluasan lapangan kerja secara seimbang. Akibatnya, para sarjana Indonesia harus bersaing memperebutkan peluang kerja yang terbatas. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk kurang kondusifnya iklim investasi di Indonesia, akibat rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi calon investor (Pitartono, 2012).
Faktor paradigma
Ada suatu paradigma yang keliru di kalangan sarjana Indonesia. Mereka mengasosiasikan kata “bekerja” dengan menjadi karyawan di sebuah institusi, lembaga, maupun perusahaan, sehingga lulusan perguruan tinggipun berbondong-bondong untuk mencari pekerjaan, bukan menciptakan lapangan kerja. Selain itu, mereka yang menjalankan usaha sendiri di rumah tetap menganggap dirinya pengangguran sekalipun penghasilan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari gaji bulanan seorang karyawan, akibatnya, secara statistik mereka tetap tercatat sebagai pengangguran (Subagyo, 2000).