Apa saja penyebab pergaulan bebas?

Pergaulan bebas

Pergaulan bebas biasanya digunakan untuk menyebutkan cara bergaul yang sudah menyimpang dari norma sosial dan agama, yaitu pergaulan yang tidak menabukan minum alkohol, melakukan seks bebas, obat-obatan dan segala hal yang menyimpang lainnya.

Apa saja penyebab pergaulan bebas ?

Beberapa penyebab yang menjadi latar belakang pergaulan bebas tersebut antara lain :

  • Kurangnya Pengawasan Keluarga – Kurangnya kontrol sosial dari lingkungan terutama keluarga membuat seorang remaja merasa bebas untuk melakukan apa yang dia anggap benar dan tidak mendapatkan bimbingan tentang hal yang benar dan salah. Kekurangan perhatian di rumah sering membuat anak melakukan cara membahagiakan diri sendiri yang salah.

  • Lingkungan yang Kurang Baik – Apabila seseorang tidak mendapatkan contoh yang baik dalam kesehariannya atau tumbuh dalam lingkungan yang bebas, maka ia tidak akan tahu bagaimana caranya bergaul sesuai dengan norma yang telah ditetapkan dalam masyarakat.

  • Salah Memilih Teman – Teman yang dimiliki dapat memberikan pengaruh positif dan juga negatif, bahkan bisa mempengaruhi seseorang untuk melakukan pergaulan bebas. Apabila seseorang tidak memilih teman yang dapat memberikan pengaruh positif, maka ia dapat terjerumus kepada pergaulan bebas.

  • Akses Informasi – Kemudahan mendapatkan beragam informasi juga turut mendorong terjadinya pergaulan bebas. Anak kecil sekalipun dapat mengakses informasi yang tidak sesuai dengan norma dan adat ketimuran atau keagamaan, misalnya informasi yang memuat konten mengenai hal – hal berbau seksual yang mudah ditiru.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas adalah :

  • Faktor agama (pemahaman terhadap agama yang kurang) dan iman (lemahnya iman, sehingga mudah dibujuk rayuan setan).

  • Faktor lingkungan, seperti: orang tua (keluarga yang kurang harmonis), teman (peer group yang memberi pengaruh negatif)), tetangga (masyarakat yang kurang memberi kontrol karena akibat dari individualisme) dan media (pornografi di media cetak, pornoaksi di tempat-tempat umum atau di media TV dan internet).

  • Faktor pengetahuan dan pengalaman yang minim dan ditambah rasa ingin tahu/ curiousity yang berlebihan.

  • Faktor perubahan zaman. Jaman dimana semua serba materailistis, sehingga tujuan utama dari manusia adalah segala sesuatu yang bernilai materi. Negara barat merupakan cikal bakal materialisme, sehingga remaja kita-pun condongnya meniru budaya barat. Beberapa kebebasan yang “kebablasan” akibat meniru budaya Barat antara lain :

    • Free thinker/bebas berpikir: Remaja merasa punya hak untuk berpikir tanpa dibatasi oleh norma-norma agama, terutama dalam upaya mencari jalan keluar dari masalah dengan cara pintas (misal bunuh diri, nge-drugs, minum minuman keras, melakukan kriminal untuk mendapatkan uang dan lain-lain).

    • Permissif/bebas berbuat: Remaja mau melakukan apapun di manapun boleh saja, mulai dari berbusana, berdandan, berbicara, bergaul atau berperilaku. Remaja “malah” merasa bangga jika daya tarik seksualnya disapu setiap mata lawan jenis yang jelalatan, antimalu (tidak punya malu, padahal malu adalah budaya timur) dengan mengantongi label “kebebasan berekspresi”.

    • Free sex/pergaulan bebas: pergaulan antar lawan jenis yang banyak digandrungi remaja sangat mudah terkontaminasi unsur cinta dan seks, kampanye terselubung antijomblo yang diopinikan di media via sinetron (membuat remaja untuk punya pacar), membuka peluang untuk aktif melakukan kegiatan seksual (pemicunya karena menonton VCD porno yang dijual bebas dan murah, melihat tayangan erotis di TV, kurangnya kontrol orang tua/masyarakat).