Apa saja penyebab penyakit Stomatitis pada hewan?

Radang mulut merupakan radang pada selaput lendir rongga mulut. Apa saja penyebab penyakit Stomatitis pada hewan?

Secara primer, kejadian yang terbanyak disebabkan oleh penyebab yang bersifat fisik, misalnya benda asing yang ikut termakan seperti potongan kayu, kawat, duri dan sebagainya. Juga penggunaan alat-alat kedokteran seperti pembuka mulut, spekulum, patar atau kikir besar untuk menghilangkan tonjolan gigi, sonde kerongkongan, balling gun, contang dan sebagainya, dapat menyebabkan radang traumatik bila tidak hati-hati menggunakan nya (kesalahan iatrogenik).

Gigi yang salah arah tumbuhnya dapat juga menyebabkan radang pada gusi, pipi atau lidah. Secara teori, apabila termakan atau sengaja diberikan, bahan kimia juga dapat bertindak sebagai agens penyebab radang. Obat-obatan khloralhidrat, karbon tetrakhlorida, preparat merkuri, kantarides, asam atau alkali kuat akan dapat menyebabkan iritasi jaringan selaput lendir yang mungkin berlanjut sebagai radang mulut.

image

Radang sekunder timbul sebagai kelanjutan dari penyakit ng lidah itis ata menular maupun tidak menular, yang disebabkan oleh kuman dengan virus dan jamur. Jenis kuman yang paling banyak ditemukan adalah Fusobacterium necrophorum atau Fusiformis necrophorum (Sphaerophorum necrophorum), yang pada sapi menyebabkan nekrobasilosis oral. Virus akan mengakibatkan lesi jaringan yang penyai beraneka ragam manifestasinya. Lesi jaringan yang berbentuk vesikel ditemukan pada PMK dan stomatitis vesikulosa. Bentuk erosi dan ulseratif terdapat pada penyakit ingusan (coryza gangrenosa bovis, malignant catarrhal fever), sampar sapi (rinderpest), infectious bovine rhinotracheitis (IBR), blue tongue dan sebagainya. Bentuk proliferatif ditemukan pada stomatitis papulosa maupun papillomatosis.

Infeksi oleh jamur paling banyak ditemukan pada radang yang disebabkan oleh jamur Monilia spp. Kejadian infeksi jamur secara primer masih dipertanyakan mengingat percobaan penularan dengan jamur pada hewan percobaan yang sehat selalu berakhir dengan kegagalan. Mungkin saja infeksi jamur terjadi setelah keadaan setempat bersifat mendukung untuk pertumbuhan jamur. Kondisi tubuh yang menurun, infeksi viral dan penggunaan antibiotik yang berlebihan sering merupakan faktor predisposisi untuk bertumbuhnya jamur.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Menurut Hawkins (2002), stomatitis kompleks pada kucing menunjukan gejala klinis seperti ptyalism, kesulitan makan,halitosis, submandibular lymphadenopathy, dan peradangan pada berbagai jaringan di area rongga mulut. Istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ini ialah stomagogi (stomatitis glossitis gingivitis). Hasil pemeriksaan awal pada anak kucing, ditemukan peradangan pada rongga mulut (stomatitis) dengan bentuk multifokal nekrosa yang disertai diffuse ulcer pada lidah dan gusi dan adanya eksudat perkejuan (kaseosa) yang menyebar pada area rongga mulut. Menurut Addie et al. (2003), etiologi dari kondisi ini tidak diketahui secara spesifik, namun sangat dimungkinkan merupakan kondisi kompleks yang muncul akibat reaksi terhadap banyak faktor. Awalnya dimulai dari lingkungan rongga mulut yang mendukung pertumbuhan bakteri, kemudian direspon oleh host dan kadang disertai dengan infeksi virus yang berkembang selama terjadinya penyakit.

Kondisi stomatitis kompleks yang terjadi pada anak kucing memperlihatkan perjalananan penyakit yang telah lama terjadi yang ditunjukkan dengan adanya diffuse ulcer dan multifokal nekrosa pada lidah dan gusi. Kondisi demikian dapat terjadi pada anak kucing yang memiliki imunitas tubuh lemah atau sedang mengalami penurunan imunitas tubuh sehingga bereaksi terhadap peradangan dan ulcer yang muncul pada area rongga mulut. Ketika owner menyadari perubahan pada kucing berupa adanya ptyalism dan penurunan nafsu makan, kemungkinan besar peradangan telah menyebar luas hingga melibatkan jaringan pada lidah dan mengakibatkan nekrosa. Hal ini dapat diperparah dengan komplikasi oleh penyebab lain seperti virus, bakteri, yeast, dan kondisi lingkungan yang semakin memperburuk imunitas kucing.

Stomatitis kompleks yang disebabkan oleh virus salah satunya adalah infeksi Feline
Calicivirus. Adapun salah satu tipe infeksi feline calicivirus yaitu virulent systemic feline calicivirus (VS-FCV) infection yang cukup jarang terjadi. VSFCV muncul pada kucing individual ataupun muncul sebagai epizootis yang terlokalisir. Penyakit ini sangat kontagius, seringkali bersifat fatal dan mengakibatkan kematian yang tinggi. Penyakit ini dapat menyerang kucing usia muda dan dewasa, meskipun sudah divaksinasi. Pada kucing yang terinfeksi akan terlihat adanya edema dan ulcer terutama pada bagian kepala, ekstremitas, telapak kaki, dan regio inguinal. Selain itu infeksi VS-FCV dapat menyebabkan edema subkutan dengan nekrosa lemak fokal, pankreatitis disertai nekrosis lemak peripancreatic, disseminated intravascular coagulation (DIC), nekrosis kripta usus, dan pneumonia interstitial.

Patogenesis dari feline calicivirus (FCV) seringkali sulit untuk dipahami. Umumnya infeksi FCV diketahui terjadi akibat penyebab lain pada saluran respiratori bagian atas pada kucing, seperti Feline Herpes Virus 1 (FeHV-1) dan Chlamydophila. Temuan klinis lesi ulcer pada
rongga mulut juga ditemukan pada kasus FCV dan FeHV-1. Perbedaan lesio kasus FCV dan FeHV-1 yaitu lesi pneumonia bronchointerstitial yang hanya ditemukan pada kasus FeHV-1. Peneguhan diagnosa kasus FCV dan FeHV-1 dapat dilakukan dengan PCR, isolasi virus, dan imunohistokimia (Caswell dan Williams 2016). Menurut Reiter (2018), kasus stomatitis
kompleks juga dapat disebabkan karena pertumbuhkan yang berlebihan dari yeast yang
bersifat oportunis seperti Candida albicans. Gejala yang muncul antara lain stomatitis, halitosis, ptyalism, anorexia, ulcer pada area mulut, dan pendarahan pada jaringan di area mulut. Seringkali kondisi ini berkaitan dengan penyakit pada area mulut karena penyebab lain, penggunaan terapi antibiotik jangka panjang, atau kondisi imunosupresi.

Selain itu, infeksi pada rongga mulut dapat pula disebabkan oleh bakteri mulut. Bakteri mulut
pada plak gigi menimbulkan respon inflamasi pada kucing. Kondisi stomatitis kompleks pada kucing seringkali dikaitkan dengan peningkatan populasi bakteri aerob dan anaerob yang berada pada rongga mulut. Peran bakteri plak sangat penting, kucing yang tidak toleran terhadap plak akan menunjukkan tingkat peradangan abnormal dan tidak spesifik. Adapun bakteri mulut yang banyak ditemukan pada kucing saat mengalami stomatitis yaitu P. multocida subsp. multocida, P. multocida subsp. septica, Pseudomonas sp., Tannerella
forsythia dan Porphyromonas circumdentaria (Dolieslager et al. 2011).

Referensi

Oral Presentation (KIVSA-6)
Stomatitis Kompleks pada Seekor Anak Kucing
Monika Danaparamitha Andriani1,2*, Arief Purwo Mihardi1,3, Sherly Noviaria Pakpahan1, Malni Sovinar1
1Praktisi Hewan Kecil, Klinik Hewan Maximus Pet Care, Bogor
2Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan Kementerian Pertanian, Bogor
3Divisi Penyakit Dalam, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor