Mikturisi, atau buang air kecil, diperlukan untuk menjaga homeostasis tubuh. Pada beberapa kasus, mikturisi dapat terganggu, mulai dari tidak bisa mengeluarkan urin hingga tidak bisa menahan miksi.
Apa saja yang dapat menyebabkan kelainan mikturisi (buang air kecil)?
Mikturisi adalah adalah proses pengosongan kandung kemih, atau bahasa umumnya adalah proses buang air kecil (pipis).
Peregangan dinding kandung kemih oleh akumulasi urin mengawali refleks mikturisi. Pada proses ini serabut parasimpatik (mendapat sinyal dari pusat mikturisi di pons) menyebabkan otot detrusor berkontraksi dan sfinkter uretra internal berelaksasi (terbuka).
Karena sfinkter eksternal dikendalikan secara sadar, mikturisi biasanya dapat ditunda untuk sementara.
Perlu diketahui bahwa waktu untuk menahan rasa ingin buang air kecil ini terbatas. Jika volume urin dalam vesika urinaria sudah mencapai kurang lebih 500 ml, tekanannya yang semakin tinggi itu cukup untuk membuka sfingter uretra internal yang otomatis merelaksasikan sfinkter uretra eksternal, sehingga mikturisi pun terjadi.
Urinary incontinence
Merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat mengontrol atau menahan rasa ingin buang air kecil. Hal ini seringkali terjadi pada balita usia 2 sampai 3 tahun dan pada lansia. Namun, ada juga yang terjadi pada orang dewasa. Terdapat 4 tipe urinary incontinence1, antara lain:
Stress incontinence
Biasa terjadi pada wanita berusia muda dan pertengahan yang otot pada pelvisnya lemah. Hal ini terjadi akibat tekanan fisik yang meningkatkan tekanan perut seperti batuk, bersin, tertawa, berlatih, mengejan, mengangkat benda berat, dan kehamilan yang menyebabkan bocornya urin dari vesika urinaria.
Urge incontinence
Biasa terjadi pada orang lanjut usia, di mana seseorang sering dan tiba-tiba ingin buang air kecil, dan tidak bisa menahannya sehingga sering terjadi urinasi involunter. Bisa disebabkan oleh adanya suatu infeksi atau batu ginjal, stroke, dan cedera medulla spinalis.
Overflow incontinence
Merupakan proses urinasi yang tidak sadar terjadi akibat lemahnya kontraksi otot-otot vesika urinaria
Functional incontinence
Merupakan lepasnya urin dari vesika urinaria dikarenakan tidak bisa menemukan toilet di waktu tersebut sebagai akibat dari kondisi tubuh yang lemah, misalnya terkena stroke, artritis, ataupun alzheimer.
Referensi
Tortora, Gerard J., Derrickson, Bryan. Principles of Anatomy and Physiology. 13th ed. Wiley. 2011.
Guyton, Arthur C., Hall, John E. Textbook of Medical Physiology. 11th edition. 2006.
Martini. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 9th edition. 2012.
Gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada proses Urinari (buang air kecil) antara lain :
Disuria : Berkemih yang sulit tetapi juga nyeri. Rasa nyeri waktu berkemih disebut juga stranguri atau alguria karena ada radang kandung kemih, prostat atau urethra
Polakisuria
Sering berkemih dapat disebabkan karena terbentuknya urine yang sangat banyak karena hiperiritabilitas buli-buli sehingga terjadilah poliuri
Hesitansi
Sulit untuk memulai kencing, sehingga untuk memulai kencing kadang-kadang harus mengedan. Hal ini gejala dari obstruksi intravesika
Anuri/oliguri Anuri : Produksi urine kurang dari 200 ml dalam sehari Oliguri : Produksi urine kurang dari 600 ml per hari
Hal ini disebabkan oleh perfusi cairan ke ginjal, Kerusakan parenkim ginjal atau obstruksi saluran kemih bilateral Nokturia
Frekuensi kencing yang sering pada malam hari dapat disebabkan hiperiritabilitas buli-buli
Terminal Dribbling
Masih didapatkannya tetesan-tetesan urin pada saat akhir miksi. Keadaan ini merupakan gejala dari obstruksi intravesika
Inkontinensia
Pengeluaran urin yang berulang tanpa kesadaran/involunter. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yaitu hilangnya tonus otot, kerusakan neurologis dll
Inkontinensia fungsional disebabkan individu kesulitan/tidak mampu mencapai toilet sebelum berkemih
Inkontinensia refleks : pengeluaran urine yang involunter yang dapat diperkirakan tanpa dorongan sensasi berkemih atau kandung kemih penuh, disebabkan oleh kerusakan medulla spinalis
Inkontinensia dorongan : pengeluaran urin yang tidak disadari dihubungkan dengan keinginan kuat yang tiba-tiba untuk berkemih Intermitensi. Terputus-putusnya pancaran urine pada saat miksi
Hematuria
Didapatkannya darah atau sel darah merah didalam urin
Residual urine
Masih terasa ada sisa urine yang belum tuntas setelah miksi
Retensi
Ketidakmampuan buli-2 untuk mengeluarkan urine yg telah melampaui kapasitas maksimalnya
Enuresis
Enuresis nokturna : individu usia >6 th selama 5 hr/> setiap minggu mengompol sewaktu tidur malam
Enuresis Diurnal : individu > 4 th mengompol pada siang hari pada periode yang sama