Apa saja penyebab kelainan bibir sumbing pada anak?

Bibir sumbing

Bibir sumbing atau Celah bibir dan langitan merupakan suatu bentuk kelainan sejak lahir atau cacat bawaan pada wajah. Kelainan ini terjadi akibat kegagalan penyatuan tonjolan processus facialis untuk bertumbuh dengan akurat dan saling bergabung satu sama lain, dimana melibatkan penutupan selubung ektoderma yang berkontak dengannya.

Penyebab mutlak celah bibir dan celah langitan ini belum diketahui sepenuhnya. Celah bibir dengan atau tanpa celah langitan disebabkan oleh faktor genetik dari orangtua dan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan, yaitu sebagai faktor predisposisi. Kondisi seperti ini disebut juga multifactorial causation sebab banyak faktor yang berkontribusi sehingga menimbulkan defek tersebut.

Fraser menggolongkannya menjadi empat faktor penyebab antara lain :

  • Mutasi gen, yaitu berhubungan dengan beberapa macam sindrom atau gejala yang dapat diturunkan oleh hukum Mendel dimana celah bibir dengan atau tanpa langitan sebagai komponennya.

  • Aberasi kromosom yaitu apabila celah bibir terjadi sebagai gambaran klinis dari beberapa sindrom yang dihasilkan dari aberasi kromosom, contohnya sindrom D-trisomi. Pada kasus ini kelainan atau malformasi lain bisa muncul.

  • Faktor lingkungan atau adanya zat teratogen. Zat teratogen yang dimaksud adalah agen spesifik yang dapat merusak embrio seperti virus rubella, thalidome. Teratogen lainnya yang dapat menyebabkan cleft yaitu ethanol, phenytoin, defisiensi asam folat dan rokok.

  • Multifactorial inheritance , yaitu memiliki kecenderungan yang kuat dari keluarga untuk mendapatkan defek ini namun tetapi tidak sesuai dengan pola Mendel sederhana.

Sedangkan menurut Beiley, celah bibir dengan atau tanpa celah langitan memiliki faktor etiologi yang dikategorikan sebagai sindromik dan nonsindromik. Disebut sindromik jika etiologi defek tersebut berasal dari transmisi gen (yang diturunkan menurut hukum Mendel, seperti: autosomal dominan, autosomal resesif atau X-linked), aberasi kromosom seperti trisomi, efek dari agen teratogen atau lingkungan (ibu yang menderita diabetes mellitus, defisiensi asam folat, terekspos rokok atau tembakau).

Keadaan pasien anak dengan etiologi sindromik biasanya disertai adanya synostosis , telecanthus , hipoplasia maksila, facial nerve paresis atau paralysis , bentuk mandibula yang tidak normal, excursion atau maloklusi. Sedangkan pasien yang digolongkan sebagai nonsindromik yaitu apabila tidak ada kelainan pada leher dan kepala, memiliki fungsi kognitif dan pertumbuhan fisik yang normal dan tidak adanya riwayat terekspos teratogen atau faktor lingkungan.

Multifactorial inheritence disebut sebagai penyebabnya, dimana kecenderungan yang kuat dari keluarga namun tidak ditemukan adanya pola hukum Mendel atau aberasi kromosom.

Secara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir atau langitan dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu faktor herediter dan faktor lingkungan.

  • Faktor herediter dianggap sebagai faktor yang dipastikan sebagai penyebab terjadinya celah bibir. Pada beberapa kasus, tampak kejadian celah bibir dan langitan mengikuti pola hukum Mendel namun pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak beraturan.

    Faktor risiko herediter dibagi menjadi dua macam, mutasi gen dan aberasi kromosom. Pada mutasi gen biasanya ditemukan sejumlah sindrom yang diturunkan menurut hukum Mendel, baik secara autosomal dominan, resesif, maupun X-linked. Pada autosomal dominan, orangtua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan yang sama, sedangkan pada autosomal resesif kedua orangtua normal, tetapi sebagai pembawa gen abnormal. Pada kasus terkait X (X-linked), wanita dengan gen abnormal tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan sedangkan pria dengan gen abnormal menunjukkan kelainan ini (Albery,1986).3 Sedangkan aberasi kromosom, keadaan celah bibir dan atau langitan merupakan suatu bentuk manifestasi dari berbagai macam sindrom, misalnya Trisomi 18 dan Trisomi 13.

  • Faktor lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan embrio, seperti usia ibu saat hamil, penggunaan obat-obatan, defisiensi nutrisi, penyakit infeksi, radiasi, stress emosional dan trauma pada masa kehamilan.

    • Faktor usia ibu hamil di usia lanjut biasanya berisiko melahirkan bayi dengan bibir sumbing. Keadaan ini dapat meningkatkan resiko ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi lahir dengan kelainan trisomi. Risiko ini meningkat diduga sebagai akibat bertambahnya umur sel telur yang dibuahi. Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 sel gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama hidupnya. Oleh karena itu, jika seorang wanita berusia 35 tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun (Pai, 1987).

    • Penggunaan obat-obatan untuk ibu hamil juga harus diperhatikan karena terdapat beberapa obat yang bisa menyebabkan terjadinya celah bibir antara lain asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik khususnya aspirin dengan dosis diatas 81 mg, contohnya Aspirin Bayer, Naspro dan merk lain dari Ibuprofen, juga obat-obat anti inflamasi non steroid (NSAID) seperti Sodium Naproxen dan Ketoprofen serta obat golongan antihistamin yang digunakan sebagai anti emetik pada masa kehamilan trimester pertama.

      Untuk anti emetik yang relatif aman digunakan yaitu vitamin B6 (sampai 100 mg/hari), Dramamine dan Antimo. Beberapa obat-obatan lainnya yang sebaiknya tidak dikonsumsi selama kehamilan, yaitu acetaminophen, antidepresan, antihipertensi, rifampisin, fenasetin, sulfonamid, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, dan penisilamin (Santoso, 1985).

      Obat-obatan kortikosteroid, anticovulsant (phenobarbital dan difenil hidantoil) dan thalidome juga dilaporkan dapat menyebabkan celah.

    • Defisiensi nutrisi khususnya defisiensi asam folat dan vitamin B6 pada masa kehamilan. Menurut referensi, wanita hamil yang mengkonsumsi asam folat sejak kehamilan dini diketahui dapat mengurangi resiko terjadinya bibir sumbing pada bayinya sekitar 40%.

      Asam folat bisa ditemukan pada hati, sayuran hijau (contohnya bayam), asparagus, brokoli, kacang kedelai, kacang-kacangan dan jus jeruk.

    • Trauma pada masa kehamilan dan stress emosional diduga dapat menyebabkan celah bibir dan langitan. Pada keadaan stress, korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebihan. Pada binatang percobaan, telah dibuktikan bahwa pemberian hidrokortison yang tinggi pada masa kehamilan dapat menyebabkan celah bibir atau celah langit-langit.

    • Radiasi yang berlebihan saat kehamilan juga dapat mengakibatkan celah bibir dan langitan Efek ini terjadi bila mengenai organ reproduksi seseorang yang akibatnya diturunkan pada generasi berikutnya. Makin besar dosis radiasi yang diberikan makin besar kemungkinan terjadinya defek ini.

Penyebab pasti bibir sumbing atau celah bibir belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga menjadi pencetus terjadinya celah bibir. Secara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :

1. Herediter


Brophy (1971) menyatakan bahwa beberapa kasus anggota keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan palatum terdapat pada beberapa generasi. Kelainan ini tidak selalu serupa, tetapi bervariasi antara celah bibir unilateral dan bilateral. Pada beberapa contoh, tampaknya mengikuti Hukum Mendel dan pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak beraturan. Schroder mengatakan bahwa 75% dari faktor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% dominan.

Pola penurunan secara herediter dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

Mutasi gen

Ditemukan sejumlah sindrom atau gejala menurut hukum Mendel secara autosomal, dominan, resesif, dan X-linked. Autosomal dominan adalah keadaan dimana kedua orang tua mempunyai kelainan genetik dan menghasilkan anak dengan kelainan yang sama. Autosomal resesif adalah keadaan dimana kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal. X- linked adalah wanita dengan gen abnormal tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan sedangkan pria dengan gen abnormal menunjukkan kelainan.

Contoh sindrom autosomal yang dapat menyebabkan celah bibir adalah ektodermal displasia, sindrom Waardenburg, disostosis kraniofasial, dan sindrom lip-pit.

Kelainan kromosom

Gangguan autosomal yang sering terjadi pada bibir sumbing adalah trisomi 21, trisomi 18, dan trisomi 13-15.

  1. Trisomi 21
    Trisomi 21 (Down syndrome), yang meliputi kelainan-kelainan orofasial, namun jarang menimbulkan kasus celah.

  2. Trisomi 18
    Penderita dengan penataan kromosom ini memperlihatkan ciri-ciri keterbelakangan jiwa, cacat jantung bawaan, sepasang telinga yang letaknya rendah, dan fleksi jari-jari dan tangan, mikrognasia, bibir sumbing, bagian belakang kepala menonjol, kelainan ginjal, sindaktili (jari- jari saling melekat) dan kelainan susunan rangka.

  3. Trisomi 13-15
    Kelainan utama sindrom ini adalah keterbelakangan jiwa, cacat jantung bawaan, ketulian, celah bibir dan langit-langit, serta cacat pada mata.

2. Lingkungan


Faktor usia ibu

Semakin tinggi usia ibu sewaktu hamil, semakin tinggi pula risiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kelahiran trisomi.

Jika wanita berumur 35 tahun, maka sel-sel telurnya juga berumur 35 tahun.

Obat-obatan

Akibat obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, hampir selalu janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimester pertama akan menyebabkan terjadinya celah bibir. Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi selama kehamilan diantaranya rifampisin, fanasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, penisilamin, diazepam, dan kortikosteroid. Obat-obat antineoplastik terbukti menyebabkan cacat ini pada binatang.

Tabel Obat dan polusi lingkungan yang mempengaruhi janin

Teratogenik Efek
Aminopterin Anensefali
Aspirin Celah bibir dan langit-langit
Asap rokok (hypoxia) Celah bibir dan langit-langit
Cytomegalovirus Mikrosefali, hidrosefali, dan mikroftalmia
Dilantin Celah bibir dan langit-langit
Ethyl alcohol Central midface deficiency
6-mercaptopurine Celah langit-langit
13-cis retinoic acid (accutane) Retinoic acid syndrome, Treacher Collins syndrome
Virus Rubella Mikroftalmia, katarak, dan ketulian
Thalidomide Treacher Collins syndrome
Taxoplasma sp. Mikrosefali, hidrosefali, mikroftalmia
Irradiation Mikrosefali
Valium Celah bibir dan langit-langit
Paparan vitamin D Premature suture closure

Daya pembentukan embrio menurun

Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai anak banyak.

Nutrisi

Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit tinggi pada masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah, penyebabnya diduga karena ibu kekurangan gizi pada saat mengandung. Ibu yang kekurangan asam folat, vitamin B-6, dan zinc yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang janin dalam masa kehamilan berisiko tinggi melahirkan anak dengan celah bibir.

Penyakit infeksi

Penyakit campak, sifilis dan virus rubella yang diderita ibu pada saat mengandung dapat menyebabkan timbulnya celah bibir dan celah langit-langit.

Radiasi

Efek teratogenik sinar pengion telah diakui dan diketahui dapat menyebabkan timbulnya celah bibir dan celah langit-langit. Efek genetik yaitu yang mengenai alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada generasi selanjutnya, dapat terjadi bila proses penyinaran tidak menyebabkan kemandulan, sebab efek genetik tidak mengenal ambang dosis.

Stress emosional

Tekanan mental yang hebat seperti ketakutan yang amat besar, syok karena terkejut mendengar berita buruk dapat mempengaruhi tekanan pada embrio yang berada dalam kandungan ibu. Saat dalam keadaan emosional yang stress, korteks adrenal akan menghasilkan hidrokortison yang berlebih.

Trauma

Salah satu penyebab trauma adalah adanya benturan atau kecelakaan pada saat hamil minggu kelima.

Kebiasaan merokok

Ibu yang mempunyai kebiasaan merokok dan masih diteruskan selama kehamilan mempunyai potensi yang lebih besar terhadap terjadinya cacat bawaan ini dibandingkan ibu yang tidak merokok.

Alkohol dan narkotika

Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obatan tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebabkan kelainan bawaan seperti celah bibir.