Faktor Internal
1. Genetik
Gangguan bicara dan bahasa berkaitan dengan kerusakan kromosom 1,3,6,7, dan 15. Kerusakan di kromosom ini juga berhubungan dengan gangguan membaca. Kromosom tersebut membawa gen yang mempengaruhi perkembangan sel saraf saat prenatal (Korbin, 2008).
2. Kecacatan Fisik
Cacat yang berhubungan dengan gangguan bicara adalah kondisi fisik yang menyebabkan gangguan penghantaran suara seperti gangguan pada telinga dan bagian pendengaran. Gangguan yang lain adalah yang memengaruhi artikulasi seperti abnormalitas bentuk lidah, frenulum yang pendek, atau adanya celah di langit-langit mulut (Perna, 2013).
3. Malfungsi Neurologis
Gangguan neurologis juga dapat berkaitan dengan gangguan penghantaran suara di telinga akibat kerusakan sistem saraf. Proses penghantaran suara di telinga akibat kerusakan sistem saraf. Proses penyebab tersering karena pemakaian obat-obatan selama kehamilan (Perna, 2013).
4. Prematur
Prematuritas dalam hal keterlambatan bicara pada anak berhubungan dengan berat badan lahir yang rendah. Berat badan lahir rendah merupakan indikasi bahwa nutrisi yang diedarkan ke dalam tubuh belum maksimal sehingga perkembangan beberapa bagian tidak optimal. Prematur juga menyebabkan belum sempurnanya pembentukan beberapa organ sehingga dalam perkembangannya mengalami keterlambatan (Amin dkk, 2009).
5. Jenis Kelamin
Keterlambatan bahasa lebih banyak pada anak laki-laki (77,8%) dibandingkan pada perempuan(Hertanto dkk, 2011). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati di RSUD Kariadi Semarang, dimana secara teori dikatakan bahwa level tinggi dari testosteron pada masa prenatal memperlambat pertumbuhan neuron di hemisfer kiri (Hidajati, 2009).
Faktor Eksternal
1. Urutan/Jumlah Anak
Anak pertama lebih sering mengalami terlambat bicara dan bahasa. Jumlah anak yang semakin banyak maka kejadian keterlambatan bicara makin meningkat atau insiden keterlambatan bicara sering terjadi pada anak yang memiliki jumlah saudara banyak karena berhubungan dengan komunikasi antara orangtua dan anak. Anak yang banyak akan mengurangi intensitas komunikasi anak dan orangtua (Hartanto dkk, 2009).
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu yang rendah meningkatkan kejadian keterlambatan bicara pada anak. Penelitian mendapatkan angka sekitar 20% anak dengan ibu berpendidikandibawah SMAmengalami keterlambatan bicara.Pendidikan ibu yang rendah menyebabkan ibu kurang perhatian terhadap perkembangan anak dan kosakata yang dimiliki ibu juga kurang sehingga tidak mampu melatih anaknya untuk bicara (Hertanto dkk, 2009).
3. Status Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi yang rendah meningkatkan risiko terjadinya keterlambatan bicara. Orangtua yang tidak mampu secara ekonomi akan lebih fokus untuk pemenuhan kebutuhan pokoknya dan mengabaikan perkembangan anaknya. Sosial ekonomi rendah juga rawan untuk terjangkit penyakit infeksi yang memungkinkan terjadinya gangguan saraf dan kecacatan (Perna, 2013).
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga berhubungan dengan pola asuh atau interaksi orangtua dengan anak dalam suatu keluarga. Fungsi keluarga berpengaruh terhadap perilaku anak dan juga insiden keterlambatan bicara pada anak. Keluarga dengan fungsi buruk maka di dalam keluarga tidak terdapat kehangatan dan hubungan emosi tidak terjalin dengan baik. Anak sering mengalami salah asuh atau perawatan yang salah dan pengabaian.
Keluarga yang fungsinya baik tidak akan pernah terjadi kekerasan dalam rumah tangga terutama kehamilan yang berefek terhadap perkembangan mental anak. Keluarga yang berfungsi buruk karena pengabaian dan kesibukan orangtua sehingga anak dibekali dengan gadget untuk bermain sehingga tenang dan hal tersebut membuat kemampuan anak dalam bicara dan bahasa tidak terlatih dengan baik (Restiyani, 2013).
5. Bilingual
Penggunaan dua bahasa atau lebih dirumah dapat memperlambat kemampuan anak menguasai kedua bahasa tersebut. Anak dengan kemampuan bilingual dapat menguasai kedua bahasa tersebut sebelum usia lima tahun. Pada anak dengan keterlambatan bicara yang disertai penggunaan beberapa bahasa di rumah, akan menghambat kemajuan anak tersebut dalam tata laksana selanjutnya sehingga bilingual harus dihilangkan pada anak yang mengalami keterlambatan bicara (Mangunatmadja, 2010).