Mengolok-olok
Menurut kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li al-Fâz al-Qur‟an al-Karîm terdapat beberapa kata yang mengandung makna mengolok-olok atau mencela, didalam Al-Quran, mulai dari fi‟il madi, fi‟il mudâri‟, fi‟il „amr, masdar, dan lain-lain.
Mengolok-olok terdapat dalam QS. al-Taubah (9) ayat 65, QS. al-Baqarah (2) ayat 15, QS. al-An‟âm (6) ayat 5 dan 10, QS. Hûd (11) ayat 8, QS. Hijir (15) ayat 11, QS. an-Nahl (16) ayat 34, QS. al-Anbiyâ‟ (21) ayat 41, QS. alSyu‟arâ‟ (26) ayat 6, QS. al-Rûm (30) ayat 10, QS. Yasîn (36) ayat 30, QS. al-Zumar (39) ayat 48, QS. Ghâfir (40) ayat 83, QS. al-Zukhruf (43) ayat 7, QS. alJâtsiyah (45) ayat 33, QS. al-Ahqâf (46) ayat 26, QS. al-Taubah (9) ayat 64, QS. alAn‟âm
(6) ayat 10, QS. al-Ra‟d (13) ayat 32, QS. al-Anbiyâ‟ (21) ayat 41, QS. al-Nisâ‟ (4) ayat 140, QS. al-Baqarah (2) ayat 14, QS. al-Hijir (15) ayat 95, QS. alBaqarah (2) ayat 67 dan 231, QS. al-Mâ‟idah (5) ayat 57, QS. al-Kahfi (18) ayat 56 dan 106, QS. al-Anbiyâ‟ (21) ayat 36, QS. al-Furqân (25) ayat 41, QS. Luqmân (31) ayat 6, QS. al-Jâtsiyah (45) ayat 9 dan 35.23
- Terombang-ambing dalam kesesatan pada QS. al-Baqarah {2}ayat 14-15
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan al-Wâhidî dan al-Tsa‟labî dari jalur Muhammad ibn marwân dan al-Sady al-Saghîr dari al-Kalbi dari Abi Sâlih dari Ibn „Abbas, berkata bahwa ayat ini diturunkan berkaitan tentang Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya yang pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: “Lihatlah, bagaimana caranya aku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh itu!”
Ia pun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakar sambil berkata. “Selamat penghulu Bani Taim dan Syaikhul Islam dan orang kedua beserta Rasulullah di gua (Tsaur) yang mengurbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah.”
Kemudian ia menjabat tangan Umar sambil berkata: “Selamat penghulu Bani Adi bin Ka’b yang mendapat gelaran al-Fâruq, yang kuat memegang Agama Allah, yang mengurbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah.”
Kemudian ia menjabat tangan Ali bin Abi Thalib sambil berkata: “Selamat saudara sepupu Rasulullah, mantunya, dan penghulu bani Hasyim sesudah Rasulullah.” Setelah itu mereka berpisah dan berkatalah Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya. “Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, berbuatlah seperti apa yang telah kulakukan.” Kawan-kawannya pun memuji-muji Abdullah bin Ubay.
Setibanya Kaum Muslimin (Abu Bakar, Umar dan Ali) kepada Nabi Saw. mereka memberitahukan peristiwa tadi, maka turunlah ayat di atas.
####2. Tidak memfungsikan akal dalam QS. al-Mâ‟idah {5} ayat 58
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.”
####3. Neraka Jahanam dalam QS. al- Nisâ‟{4} ayat 140
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam.”
####4. Balasan (adzab) yang tak bisa dihindarkan dalam QS. al-An‟âm/6 Ayat 10
“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa Rasul sebelum kamu, Maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka”.
####5. Ancaman adzab pedih dalam QS. at-Taubah {9} ayat 79
“(Orang-orang munafik itu) Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih”.
Asbabun Nuzul
al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam bâb al-Zakâh dari Ibnu Mas‟ûd berkata, “Ketika turun ayat sedekah, kami memikul harta benda kami di atas punggung kami. Lalu datanglah seseorang yang menyedekahkan hartanya yang banyak. Dan orang-orang pun berkata, “Dia mau pamer”. Kemudian datang pula seseorang yang menyedekahkan satu sâ dan mereka berkata, “sungguh Allah tidak memerlukan sedekah orang ini”. Maka turunlah ayat ini.
####6. Adzab yang menghinakan dalam QS. Luqmân/31 Ayat 6
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan. Dan menjadikan jalan Allah itu olok olokan mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”.
Asbabun Nuzul
Juwaibir meriwayatkan dari Ibnu Abbâs bahwa Ayat ini turun tentang al-Nasr ibn al-Harits yang membeli seorang budak wanita penyanyi. Setiap kali ia mendengar ada orang yang hendak masuk Islam, ia membawanya kepada penyanyinya itu dan berkata, “beri ia makan dan minum serta nyanyikan lagu untuknya. Ini lebih baik dari apa yang diserukan oleh Muhammad kepadamu: shalat puasa, dan berperang untuk membelanya.” Maka turunlah ayat ini.
Jalaluddin as-Suyuthi mengutip dari al-Qurthubi, bahwa ayat ini turun tentang al-Nasr ibn al-Harits sebab ia membeli buku-buku bangsa asing yang berisi kisah-kisah tentang Rustum dan Spandiar dari Persia. Dia bangga dengan kandungan buku itu, sehingga ia mengundang orang untuk mendengarnya agar mereka berdalih dari alQuran. Dan kalau orangorang Quraisy mengatakan bahwa Muhammad berkata ini-itu, dia tertawa lalu Ia mengatakan, “kisahku ini lebih baik daripada perkataan Muhammad.” Hal ini dituturkan oleh al-Kalbi.
####7. Mengolok termasuk perbuatan dzhalim dalam QS. al-Hujurât {49} ayat 11
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”.
Asbabun Nuzul
Dari Abu Jabir Ibn al-Dahâk berkata, “Adakalanya seorang lakilaki memiliki dua atau tiga nama panggilan. Boleh jadi ia kemudian dipanggil dengan nama yang tidak disenanginya. Sebagai responnya, turunlah ayat, “…dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk…”. Imam at-Tirmidzî menyatakan bahwa riwayat ini berkualitas hasan.
Dalam riwayat lain dari Imam Ahmad yang juga dari Abu Jabirah disebutkan, ayat ini turun berkenaan dengan kami, Bani Salamah. Pada saat Nabi Saw. Sampai di Madinah, setiap laki-laki dari Bani Salamah memiliki dua atau tiga nama panggilan. Suatu ketika, Nabi saw. memanggil salah seorang dari mereka dengan nama tertentu, kemudian orang-orang berkata kepada Rasulullah, “wahai Rasulullah, sesungguhnya ia marah dengan panggilan tersebut.” Maka tidak lama kemudian turunlah ayat ini.
Dalam kitab lisân al-„Arabi kata yastahzi‟u terbentuk dari kata
tahazza-a’istahja’a yang di ambil dari kata, haza a-yahja u-huz‟ân, yang artinya adalah sakhira, alSukhriyah, al-Sukhriyyu, yaitu olok-olokan, ejekan atau ejekan yang menimbulkan tertawaan orang, atau bisa juga diartikan perkataan pedas yang menyakitkan hati.
Dalam ayat lain juga terdapat dua kata yang berbeda namun mempunyai arti yang sama, yaitu: kata istuhzi‟a terbentuk dari kata tahazza‟a-istahja’a, yang di ambil dari kata haza‟a-yahja‟uhuz‟ân, yang mengandung arti ejekan. Dan kata sakhirû terambil dari kata, sukhriyah-sukhriyyân-sikhriyyân-sukhratan yang mempunyai arti huz‟u, dahiktu minhu wa dahiktu bih, yaitu ejekan yang menjadi bahan tertawaan orang atau bisa juga diartikan ejekan yang disertai pelecehan dan penghinaan terhadap yang dicemoohkan.
Maksud firman Allah Swt. Dalam QS. al-Baqarah/2 ayat 15, “….Allah memperolok-olok mereka…”, ini merupakan pernyataan Allah terhadap orang munafik, bahwa Allah sendiri yang akan membalas mereka setimpal dengan apa yang mereka lakukan. Jika mereka memperolok-olok dengan berbagai sikap dan tingkah, maka Allah pun akan mengambil tindakan yang serupa dengan memperolok-olokan mereka.
Makna Allah akan membalas dengan tindakan serupa, bukan berarti Allah mengolok-olok mereka dengan perkataan-Nya. Kata memperolok-olok disini hanya merupakan majaz dari kata memperolok-olok sebelumnya, karena untuk mengisyaratkan bahwa sanksi itu setimpal dengan dosa yang mereka lakukan.
Salah satu cara Allah Swt. memperolok-olok mereka adalah Allah membiarkan mereka terjerumus dalam kesesatan di dunia sehingga mereka tidak mampu sadar akan kesesatannya. Namun Allah tetap memperlakukan mereka sama dengan perlakuan Allah terhadap orang-orang beriman, tetapi di akhirat nanti mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih.
Dalam QS. al-Nisa/4 ayat 140, terdapat kata “masuk ke dalam sesuatu yang cair”. Artinya seseorang yang terjerumus ke dalam ejekan atau olok-olokan mereka, maka ia tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jalan kebahagiaan itu selalu tertutup karena terhalang oleh pembicaraan yang tidak pernah memberikan solusi terbaik.
Hal ini diumpamakan ketika seseorang menepuk air sungai, maka air tersebut tidak membelah. Air itu langsung menyatu kembali tanpa ada kesempatan untuk membuat celahan atau belahan dari hasil tepukan seseorang. Inilah yang dimaksud dengan kata yakhûdû. ( M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah)
Kalimat “tentulah kamu serupa dengan mereka”. Maksudnya, jika seseorang duduk bersama orang-orang yang sedang mengolok-olok, mencela ayat-ayat Allah atau tentang syari‟at Islam, maka ia termasuk ke dalam kelompok mereka, karena telah rela mendengar kebatilan dan kekufuran yang mereka ucapkan. Akibatnya, Allah akan mengumpulkan mereka bersama-sama di dalam neraka jahanam. Inilah balasan orang yang suka menghina, mencela, memperolok-olok ayat-ayat Allah.
Dalam QS. al-An’am/6 ayat 10, Kata hâqa yang artinya menimpa, beberapa ulama tafsir ada yang memahaminya dalam arti “menjadi kepastian” yang tidak bisa dihindarkan. Namun, ada juga yang memahaminya dalam arti “meliputi”. Artinya apa yang menimpa mereka tidak hanya sentuhan atau siksa yang mengenai bagian tertentu dari diri mereka atau hanya mengenai sebagian dari mereka, tetapi siksa itu menimpa secara keseluruhan yang terlibat dalam olok-olok dan tidak satupun yang dapat lolos dari siksa-Nya.
Kata lahw al-Hadîs dalam QS. Luqman/31 ayat 6 adalah kalimat murakkab yang terdiri dari dua kata, yaitu lahw yang berakar dari fi‟il madi lahâ, yang mempunyai arti al-La‟ib, yaitu permainan, bermain-main, senda gurau, tidak berguna atau bisa juga diartikan sembarangan.
Sedangkan al-Hadîs diambil dari kata hadatsa, yahdutsu, hudûsân, yaitu omongan, perkataan, pembicaraan, obrolan, dan sejenisnya.
Dalam koneks ayat di atas, Allah sedang menjelaskan bahwa di antara manusia lainnya masih banyak yang menggunakan perkataaannya untuk hal-hal yang tidak berguna, main-main, sembarangan, untuk menyesatkan manusia lainnya dari jalan Allah Swt. Kebanyakan mereka menggunakan perkataannya dengan tidak dilandasi pengetahuan yang benar sehingga menyebabkan ajaran Allah Swt dijadikan bahan olok-olokan.
Dalam QS. al-Hujurat/49 ayat 11 Quraish Shihab mengutip dari Ibnu „Asyur, mengartikan dengan arti ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman.
Berbeda dengan kata tanâbazû (saling memberi gelar buruk) yang terbentuk dari kata al-Nabzu (gelar buruk) dan diambil dari kata nabadza, yang artinya membuang. Namun dalam lisân al-„Arabi kata nabadza diartikan melemparkan atau mengutarakan kejelekan seseorang tentang kedudukannya, baik dihadapannya ataupun dibelakangnya. Dan bisa juga diartikan dengan melakukan perbuatan ataupun dengan perkataan tentang yang ada pada dirinya.
Ada tiga makna dari keterangan diatas, yaitu:
- Janganlah mengejek orang lain, karena mereka sama dengan dirimu sendiri, ejekanmu terhadap mereka berarti ejekan terhadap dirimu sendiri.
- Jangan mengejek orang lain, karena ejekan itu dapat mengundang yang diejek untuk mengejek kamu pula
- Jangan mengejek dirimu sendiri, dengan jalan melakukan suatu perbuatan yang mengundang orang lain menertawakan dan mengejekmu.