Apa saja penyakit hewan yang sering muncul saat curah hujan tinggi?

ada beberapa penyakit hewan yang kemungkinan akan sering muncul di Indonesia terkait dengan meningkatnya curah hujan yaitu penyakit leptospirosis, anthrax dan avian influenza H5N1

ada beberapa penyakit hewan yang kemungkinan akan sering muncul di Indonesia terkait dengan meningkatnya curah hujan yaitu penyakit leptospirosis, anthrax dan avian influenza H5N1. Penyakit leptospirosis yang bersifat zoonosis dapat menyebar melalui pergerakan hewan tikus yang berperan sebagai reservoar. Pada keadaan banjir karena curah hujan yang tinggi, maka tikus akan keluar karena sarangnya tergenang air, dan perpindahan tikus ini akan ikut menyebarkan Leptospira spp. melalui urin ke lingkungan sekitar, sehingga dapat menginfeksi hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Fenomena ini sering terjadi pada peristiwa banjir di daerah Jakarta dan beberapa kota lainnya dimana kasus leptospirosis pada manusia meningkat (WIDARSO dan WILFRIED, 2002; OKATINI et al., 2007). Untuk mengantisipasi penyakit ini perlu dilakukan surveilans pada hewan penular saat terjadinya banjir dan melakukan diagnosis dini pada manusia agar penderita bisa segera diberi pertolongan. Vaksin leptospirosis juga perlu dikembangkan dan disiapkan. Teknik diagnosis dan pengembangan vaksin leptospirosis telah dikembangkan oleh BBALITVET (KUSMIYATI et al., 2005).

Pada kejadian banjir juga dapat menghanyutkan spora kuman anthrax yang terdapat di lapisan tanah terutama di daerah endemik anthrax sehingga sporanya dapat berpindah tempat ke daerah yang lebih rendah atau spora anthrax tersebut yang sebelumnya berada di bagian dalam tanah akan muncul dan berada pada lapisan permukaan tanah sehingga spora anthrax ini mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menginfeksi hewan ternak maupun manusia (NOOR et al., 2001). POERWADIKARTA et al. (1996) telah melaporkan bahwa petani di NTB terkena anthrax melalui aktivitas bertani di lokasi dimana terdapat spora anthrax sehingga menginfeksi bagian terluka dari tangan petani tersebut. Pada keadaan kekeringan (musim kemarau yang berkepanjangan) spora anthrax di dalam tanah juga bisa menginfeksi hewan ternak, karena ternak akan memakan rumput kering sampai ke akarnya sehingga tanah di sekitarnya juga ikut termakan, sehingga spora anthrax yang ada di lapisan tanah sekitar bisa masuk ke dalam tubuh ternak (HARDJOUTOMO et al., 1995)

Pada keadaan curah hujan atau musim hujan yang berkepanjangan akan meningkatkan kelembaban termasuk di lokasi peternakan unggas terutama ayam kampung maupun itik yang dipelihara masyarakat secara tradisional sehingga keadaan lingkungan di sekitar kandang unggas tersebut menjadi lembab dan virus AI H5N1 yang masih terdapat di Indonesia akan bertahan hidup lebih lama, sementara itu kondisi ayam tersebut menjadi lemah. Keadaan demikian akan memicu munculnya wabah penyakit flu burung. Selain itu migrasi burung/unggas pada keadaan pemanasan global dan perubahan iklim global juga akan terus terjadi, dan migrasi burung/unggas liar dari China dan negara Asia bagian Barat dan Utara yang masih belum bebas AI akan memicu munculnya penyakit AI strain baru (hasil mutasi dari virus H5N1 yang ada). Oleh karena itu, hal demikian perlu diantisipasi dengan mengembangkan vaksin AI yang sesuai dan biosekuriti yang ketat.

Referensi:
http://medpub.litbang.pertanian.go.id/index.php/wartazoa/article/viewFile/951/960