Apa saja pandangan-pandangan dalam metode ontologi?

Berdasarkan konteks filosofi, metode ontologi ini selalu digunakan di dalam adequatists sebagai metode filsafat secara umum. Metode ini termasuk pengembangan teori ruang lingkup yang lebih luas atau sempit dan pengujian serta penyempurnaan dari teori-teori tersebut dengan memahami metode filsafat terhadap hasil ilmu pengetahuan. Metode ini digunakan oleh Aristoteles sendiri.

Abad kedua puluh ontologis telah tersedia untuk pengujian akhir pengembangan teori ruang lingkup. Ontologis saat ini memiliki pilihan kerangka formal (yang berasal dari aljabar, kategori teori, mereologi, topologi) dalam bentuk teori yang dapat dirumuskan. Melalui kerangka formal tersebut, memungkinkan ahli filsafat untuk mengekspresikan prinsip intuitif dan definisi dengan jelas dan teliti serta melalui penerapan metode ilmu semantik formal, mereka dapat memungkinkan juga untuk pengujian teori untuk konsistensi dan kelengkapan.

Apa saja pandangan-pandangan dalam metode ontologi?

Monoisme

Paham ini merupakan paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikatnya saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah monoisme oleh ftomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran (Edwards 1972).

  • Materialisme
    Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya, zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta (Sunarto 1983). Materialisme sering juga disebut naturalisme, tetapi terdapat sedikit perbedaan di antara dua paham. Namun, materialisme dapat dianggap suatu penampakan diri dari naturalisme. Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada (Louis 1996).

  • Idealisme
    Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang dinamakan dengan spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedangkan spiritualisme berarti serba roh. Idealisme berasal dari kata “Idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu berasal dari roh (sukma), yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi dan zat itu hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan rohani.

Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakikat benda adalah rohani, spirit, atau sejenisnya adalah nilai roh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya sehingga materi hanya badannya, bayangan, atau penjelmaan saja. Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya. Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja (Bakhtiar 2010).

Dualisme

Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monoisme) baik materi maupun rohani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa halikat itu ada dua. Aliran ini disebut dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri atas dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit, materi bukan muncul dari roh, serta roh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat dan masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan kedua menciptakan kehidupan dalam aliran ini. Contohnya, tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini yaitu dalam diri manusia.

Pluralisme

Paham ini berpandangan bahwa segala macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk ini semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersususun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxahoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri atas 4 unsur yaitu tanah, air, api, dan udara (William et al. 1996).

Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842−1910 M). Kelahiran New York dan terkenal sebagai seorang psikolog dan filsuf Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Hal ini disebabkan oleh pengalaman yang berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam perkembangan pengamalaman itu senantiasa berubah karena dalam praktiknya apa yang dianggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.

Nihilisme

Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fathers and Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Dalam novel itu, Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya kutukan ketika ia menerima ide nihilisme.

Doktrin mengenai nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (360−483 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama , tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua , bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Hal ini disebabkan oleh pengindraan itu tidak dapat dipercaya, pengindraan itu sumber ilusi. Ketiga , sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.

Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzsche (1844−1900 M). Dilahirkan di Rocken di Prusia dari keluarga pendeta. Nietzsche mengakui bahwa pada kenyataannya moral di Eropa sebagian besar masih bersandar pada nilai-nilai kristiani. Namun, tidak dapat dihindarkan bahwa nilai-nilai itu akan lenyap. Dengan sendirinya, manusia modern terancam nihilisme. Dengan demikian, ia sendiri harus mengatasi bahaya itu dengan menciptakan nilai-nilai baru, dengan transvaluasi semua nilai.

Agnotisisme

Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat rohani. Kata Agnosticisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. A artinya not , artinya know. Timbulnya aliran ini disebabkan belum diperoleh seseorang yang mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.

Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat trancendent . Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti Soren Kierkegaar (1813−1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme menyatakan manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum , tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu lain. Martin Heidegger (1889−1976 M) seseorang filsuf Jerman mengatakan, satu-satunya yang ada itu ialah manusia karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Jean Paul Sartre (1905−1980 M), seorang filsuf dan sastrawan Perancis yang ateis sangat terpengaruh dengan pikiran ateisnya mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan etre (ada), melainkan a etre (akan atau sedang). Segala perbuatan manusia tanpa tujuan karena tidak ada yang tetap (selalu disangkal). Segala sesuatu mengalami kegagalan. Das sein (ada/ berada) dalam cakrawala gagal.

Ternyata segala macam nilai hanya terbatas saja. Manusia tidak boleh mencari dan mengusahakan kegagalan dan keruntuhan sebab hal ini bukanlah hal yang asli. Kegagalan dan keruntuhan itu mewujudkan tulisan sandi ( chiffre ) sempurna dari “ada”. Di dalam kegagalan dan keruntuhan itu orang mengalami “ada”, mengalami yang transenden. Karl Jaspers (1883−1969 M) menyangkal adanya suatu kenyataan yang transenden. Mungkin itu hanyalah manusia berusaha mengatasi dirinya sendiri dengan membawakan dirinya yang belum sadar pada kesadaran yang sejati, namun suatu yang mutlak ( transcendent ) itu tidak ada sama sekali.

Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun rohani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan kemampuannya mengetahui hakikat. Namun, tampaknya agnotisisme lebih dari itu karena menyerah sama sekali.