Apa saja Model Pola Pengasuhan?

Model Pola Pengasuhan

Menurut Sugihartono, dkk (2012 ) Pola asuh orang tua adalah perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda.

Apa saja Model Pola Pengasuhan ?

Menurut Kohn (dalam Casmini, 2007) bahwa pola pengasuhan merupakan cara orang tua berinteraksi dengan anak yang meliputi, pemberian aturan, hadiah, hukuman dan pemberian perhatian serta tanggapan terhadap perilaku anak. Menurut Casmini (2007) Pola pengasuhan berarti bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umnya. Menurut Sugihartono, dkk (2012 ) Pola asuh orang tua adalah perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang pola pengasuhan, dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan adalah cara orang tua berinteraksi dengan anak guna mendidik, membimbing dengan pemberian perhatian, mendisiplinkan dan melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma di masyarakat.

Model Pola Pengasuhan


Menurut Diana Baumrind (dalam Santrock, 2008) pola pengasuhan orang tua terbagi menjadi empat jenis yaitu :

  1. Pola Pengasuhan Autoritarian
    Gaya yang membatasi dan menghukum, dimana orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka. Orangtua yang menerapkan pola pengasuhan ini memberikan batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Anak dari orang tua yang otoriter tidak cakap dalam berperilaku sosial. Mereka cenderung cemas terhadap perbandingan sosial, gagal untuk memulai aktivitas, kurangnya keterampilan berkomunikasi, menjadikan anak merasa terkekang, kurang bebas, dan terkadang kurang percaya diri. Orang tua mengancam akan memberikan hukuman apabila anak tidak patuh pada perintahnya.

  2. Pola Pengasuhan Autoritatif
    Pola pengasuhan ini mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Ada tindakan verbal memberi dan menerima, dan orangtua bersikap hangat serta penyayang terhadap anaknya. Anak dengan orang tua yang authoritatif akan berkompeten dalam berperilaku sosial. Mereka cenderung percaya diri, menunda kepuasan, dapat bersahabat dengan lama dengan sahabatnya, menunjukan harga diri yang tinggi. Komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, dimana orang tua terlibat dan berdiskusi tentang masalah yang dialami anak. Orang tua biasa memberikan pujian terhadap prestasi dan perilaku baik anak, dan orang tua mengajarkan cara bertanggungjawab

  3. Pola Pengasuhan Permisif Tidak Peduli
    Gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Remaja mendapatkan kesan bahwa aspek lain dari kehidupan orang tua lebih penting daripada si remaja, ketidakcakapan sosial terhadap anak, mereka memiliki kecenderungan pengendalian diri yang buruk, tidak memiliki kemandirian yang baik, dan tidak termotivasi untuk berprestasi.

  4. Pola Pengasuhan Permisif Memanjakan
    Orangtua memiliki keterlibatan yang tinggi dalam kehidupan anak, tetapi hanya menerapkan sedikit batasan atau larangan atas perilaku mereka. Orangtua permisif memanjakan juga menyajikan dirinya kepada anak sebagai sumber daya bagi anak untuk menggunakan sesuai keinginannya dan mendapatkan jalan mereka karena kepercayaan mereka terbentuk dari pola pengasuhan mereka dan kurangnya pengendalian akan menghasilkan kreatifitas dan kepercayaan anak. Anak berperilaku sesuai dengan keinginannya, karena orang tua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah perilakunya, orang tua tidak mengamati perkembangan anak secara keseluruhan, orang tua jarang sekali mengajak berbicara apalagi berdiskusi tentang masalah anak dan sangat minimnya pengarahan dan aturan dari orang tua.

Casmini (2007 ) mengemukakan berbagai variasi dari kajiannya terhadap pandangan pola pengasuhan Diana Baumrind dapat dijelaskan bahwa :

  1. Ciri-ciri orang tua yang otoriter adalah :
  • Memberi nilai tinggi pada kepatuhan dan dipenuhi permintaannya
  • Cenderung lebih suka menghukum, bersifat absolut dan penuh disiplin
  • Orang tua meminta anaknya harus menerima segala sesuatu tanpa pertanyaan
  • Aturan dan standar yang tetap diberikan oleh orang tua
  • Mereka tidak mendorong tingkah laku anak secara bebas dan membatasi otonomi anak
  1. Orang tua yang otoritatif (pemberi wewenang) mempunyai ciri-ciri :
  • Bersikap hangat namun tegas
  • Mengatur standar agar dapat melaksanakannya dan memberi harapan yang konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak
  • Memberi kesempatan anak untuk berkembang otonomi dan mampu mengarahkan diri, namun anak harus memiliki tanggungjawab terhadap tingkah lakunya
  • Menghadapi anak secara rasional, orientasi pada masalah-masalah memberikan dorongan dalam diskusi keluarga dan menjelaskan disiplin yang mereka berikan
  1. Ciri-ciri orang tua permisif memanjakan adalah
  • Sangat menerima anaknya dan lebih pasif dalam persoalan disiplin
  • Sangat sedikit menuntut anak-anaknya
  • Memberikan kebebasan kepada anak untuk bertindak tanpa batasan
  • Lebih senang menganggap diri mereka sebagai pusat/sumber bagi anak-anaknya, tidak peduli anaknya menganggap atau tidak
  1. Ciri-ciri orang tua mengabaikan adalah
  • Meminimalisisr waktu dan energi saat harus berinteraksi dengan anak
  • Melakukan segala sesuatu hal bagi anak hanya secukupnya saja
  • Sangat sedikit mengerti aktivitas dan keberadaan anak
  • Tidak memiliki minat untuk mengerti pengalaman anaknya disekolah atau hubungan anak dengan temannya
  • Jarang bertentangan dengan anak dan jarang mempertimbangkan opini anak saat orang tua mengambil keputusan
  • Bersifat “berpusat pada orang tua” dalam mengatur rumah tangga, disekitar kebutuhan dan minat orang tua

Diana Baumrind (dalam Anita, 2009 ) menggunakan kehangatan dan kontrol dalam mengklasifikasikan pola pengasuhan. Kehangatan menurut Martin dan Colbert (dalam Annisa, 2012) diartikan sebagai seberapa besar penerimaan, kasih sayang, responsif dan dukungan dari orang tua. Sedangkan kontrol diartikan sebagai standar yang ditetapkan oleh orang tua sebagai kendali dan pengawasan yang diberikan kepada anak.

Terdapat perbedaan yang berbeda-beda dalam mengelompokkan pola asuh orang tua daam mendidik anak, yang antara satu dengan yang lainnya hampir mempunyai persamaan. Diantaranya sebagai berikut:

Menurut Hourlock (dalam Thoha, 1996) mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni :

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.

2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua.

3) Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.

Menurut Baumrind (dalam Dariyo, 2004) membagi pola asuh orang tua menjadi 4 macam, yaitu:

1) Pola Asuh Otoriter ( parent oriented )

Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.

2) Pola Asuh Permisif

Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.

3) Pola Asuh demokratis

Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

4) Pola Asuh Situasional

Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.

Menurut Baumrind (dalam King, 2010) bahwa orang tua berinteraksi dengan anaknya lewat salah satu dari empat cara:

1) Pola Asuh Authoritarian

Pola asuh authoritarian merupakan pola asuh yang membatasi dan menghukum. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghargai kerja keras serta usaha. Orang tua authoritarian secara jelas membatasi dan mengendalikan anak dengan sedikit pertukaran verbal.

2) Pola asuh Authoritative

Pola asuh authoritative mendorong anak untuk mandiri namun tetap meletakkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka. Pertukaran verbal masih diizinkan dan orang tua menunjukkan kehangatan serta mengasuh anak mereka.

3) Pola Asuh Neglectful

Pola asuh neglectful merupakan gaya pola asuh di mana mereka tidak terlibat dalam kehidupan anak mereka. Anak-anak dengan orang tua neglectful mungkin merasa bahwa ada hal lain dalam kehidupan orang tua dibandingkan dengan diri mereka.

4) Pola Asuh Indulgent

Pola asuh indulgent merupakan gaya pola asuh di mana orang tua terlibat dengan anak mereka namun hanya memberikan hanya sedikit batasan pada mereka. Orang tua yang demikian membiarkan anakanak mereka melakukan apa yang diinginkan.

Menurut Yatim dan Irwanto (1991). Ada tiga cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Ketiga pola tersebut adalah:

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi, orang tua memaksa anak untuk berperilaku seperti yang diinginkannya. Bila aturan-aturan ini dilanggar, orang tua akan menghukum anak, biasanya hukuman yang bersifat fisik.

2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan, dan keinginannya dan belajar untuk dapat menanggapi pendapat orang lain.

3) Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan yang diberikan pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan pengarahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak tanpa adanya pertimbangan orang tua.

Hardy dan Heyes (1986) mengemukakan empat macam pola asuh yang dilakukan orang tua dalam keluarga, yaitu :

1) Autokratis (Otoriter)

Ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua dan kebebasan anak sangat di batasi.

2) Demokratis

Ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.

3) Permisif

Ditandai dengan adanya kebebasan pada anak untuk berprilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. 4) Laissez faire

Pola ini ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya.

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, pada dasarnya terdapat tiga pola asuh orang tua yang sering diterapkan dalam kehidupan seharihari. Hal ini sesuai dengan beberapa penjelasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya menurut Hurlock. Pola asuh tersebut antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga pola asuh tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pola Asuh Otoriter

Dariyo (2011) menyebutkan bahwa: Pola asuh otoriter adalah sentral artinya segala ucapan, perkataan, maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anaknya. Supaya taat, orang tua tidak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak.

Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik anak yang dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak. Orang tualah yang berkuasa menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanyalah objek pelaksana saja. Jika anak membantah, orang tua tidak segan-segan akan memberikan hukuman, biasanya hukumannya berupa hukuman fisik. Sebagiamana yang dipaparkan oleh Hurlock (dalam Thoha, 1996) bahwa:

Pola asuh yang bersifat otoriter ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja.

2. Pola Asuh Demokratis

Menurut Dariyo (2011) bahwa “Pola asuh demokratis adalah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua”.

Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak, orang tua memberikan bimbingan yang penuh pengertian kepada anak. Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua.

Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua dengan anak. Mereka membuat aturan-aturan yang telah disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya. Jadi dalam pola asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.

3. Pola Asuh Permisif

Menurut Dariyo (2011) bahwa “Pola asuh permisif ini orang tua justru merasa tidak peduli dan cenedrung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya.” Sedangkan menurut Yatim dan Irwanto (1991) bahwa :

Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan yang diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat.

Jadi pola asuh permisif yaitu orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua membebaskan anak untuk berperilaku sesuai dengan keiginannya sendiri. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti keinginnannya. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja.