Apa saja metode pendidikan kecerdasan spiritual?

Apa saja metode pendidikan kecerdasan spiritual?

Kecerdasan spiritual merupakan salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Ada beberapa metode untuk melatih kecerdasan spiritual ini. Apa sajakah itu?

Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti “melalui”, dan hodos yang berati “jalan ke” atau “cara ke” Dalam proses pendidikan tentu memiliki tujuan tertentu. Metode dalam pendidikan Islam mempunyai peranan penting karena merupakan jembatan yang menghubungkan pendidik engan peserta didik menuju ke tujuan pendidikan Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim.

Pendidikan yang ada selama ini lebih banyak menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual, pendidikan hati justru ingin menumbuhkan segi- segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam kehidupan sehari-hari, padahal inti dari sebuah pendidikan adalah pendidikan hati, karena pendidikan hati dapat mengantarkan manusia yang cerdas baik jasmani maupun ruhani.
Menurut Sukidi dalam bukunya yang berjudul “Kecerdasan spiritual (SQ): Mengapa SQ Lebih Penting Daripada IQ Dan EQ”, beliau menuliskan bahwa ada dua metode untuk menumbuhkan kecerdasan spiritual, yaitu:

1. Secara vertikal

Metode ini digunakan untuk menjalin hubungan ke hadirat Tuhan. Di antaranya meliputi:

  • Penanaman iman
    Iman adalah sumber ketenangan batin dan keselamatan kehidupan. Tidak pelak lagi bahwa iman dapat memperkuat sisi ruhaniah manusia. Kekuatan memberikan “energi ruhani” dapat berpengaruh pada kekuatan fisik. Iman, tauhid dan ibadah kepada Allah dapat menimbulkan sikap istiqamah dalam perilaku.

    Di dalamnya terdapat pencegahan dan terapi penyembuhan terhadap penyimpangan, penyelewengan dan penyakit jiwa. Substansi dari beriman adalah sikap ikhlas} dan mendefinisikan semua kebaikan sebagai ibadah sebagai bukti iman, selalu bergantung pada-Nya, dan ridho terhadap qad}a’ dan qadar Allah SWT. Konsep ini dapat menyucikan seorang mukmin dari kegelisahan yang timbul dari perasaan bersalah serta menimbulkan ketenangan dan kedamaian dalam jiwanya.

    Dalam upaya peningkatan keimanan harus melakukan sejumlah aktivitas yang antara lain: senantiasa membaca al-Qur’an, memakmurkan masjid, menghidupkan akhir malam, beramal shaleh, bertakwa, senantiasa berdoa dan masih banyak amalan-amalan lainnya yang bisa mengantarkan seseorang untuk dekat dengan Tuhannya.

  • Melaksanakan shalat
    Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang sudah baligh. Pada setiap raka’at shalat, mereka dituntut untuk berdiri, ruku’ dan sujud dan mengucapkan lafaż-lafaż yang ditentukan oleh syara’ (agama).

  • Żikir dan doa
    Dalam Islam ditegaskan bahwa dalam al-Qur’an “ketahuilah, dengan berżikir kehadirat Allah, hati kalian menjadi tenang”, maka żikir (mengingat Allah dengan lafaż-lafaż tertentu) merupakan salah satu metode untuk mendidik hati menjati tenang dan damai. Doa dan żikir merupakan dua bentuk ibadah lisan yang utama sesudah tilawah al-Qur’an. Dalam berdoa, seseorang memanjatkan permohonan, minta bantuan, menyeru dan mengadu kepada Allah serta memuji-Nya. Sedangkan dalam berżikir seseorang mengingat dan menyebut asma (nama) Allah. Doa dan żikir yang dilakukan dengan khusyu’ disertai dengan kehadiran hati mengiangat Allah dapat memperoleh nikmat, ampunan, harapan, dan mendapatkan kecintaan dari Allah. Dengan żikir seseorang akan mendapatkan kecintaan dari Allah dan ketenangan jiwa

  • Bertakwa
    Takwa merupakan bentuk rasa tanggung jawab yang dilakukan dengan penuh rasa cinta dan menunjukkan amal prestatif di bawah semangat pengharapan rid}a Allah. Sehingga, dengan seseorang bertakwa, berarti ada semacam nyala api di dalam kalbu yang mendorong pembuktian atau penunaian amanah sebagai “rasa tanggung jawab yang mendalam” atas kewajiban-kewajiban sebagai muslim. Tentunya, pembuktian atau penunaian amanah dilakukan dengan semangat yang berwawasan pencapaian amal prestasi.

  • Menghidupkan akhir malam
    Akhir malam adalah bagian dari sistem waktu yang membuat manusia lebih asyik tidur dan bahkan semakin larut dengan kemaksiatan yang telah dilakukannya. Kedua kegiatan tersebut, meskipun berada pada posisi yang secara diametral berseberangan, tetapi juga berada dalam kondisi yang sama-sama tidak produktif pada dimensi penyucian jiwa. Kedua keadaan itu juga mendudukkan manusia pada status menolak kehadiran Allah SWT. yang tengah bersiap membantu dan mengabulkan sejumlah kebutuhan yang diinginkan.

  • Membaca al-Qur’an dengan tartil
    Membaca al-Qur’an dengan tartil artinya membaca dengan menghadirkan hati. Al-Khazin mengatakan, ketika Allah memerintahkan dengan qiyamullalil diikuti dengan tartil al-Qur’an, sehingga memungkinkan orang yang shalat dengan menghadirkan hati, tafakkur terhadap hakikat dan makna ayat, ketika sampai pada mengingat Allah hatinya merasakan keagungan-Nya dan kemuliaan-Nya, ketika menyebut janji dan ancaman dia aka takut dan penuh harap, ketika menyebut kisah dan perumpamaan dia mengambil pelajarannya, maka hatinya tersinari dengan makrifat kepada Allah. Membaca dengan cepat menunjukkan akan ketidaktahuan maknanya. Di sini jelas bahwa maksud dari tartil al-Qur’an adalah menghadirkan hati ketika membacanya.

2. Secara Horizontal

  • Berbuat baik kepada manusia
    Orang-orang yang berbuat baik biasannya telah memiliki dasar takwa, karena orang-orang yang bertakwa adalah tipe manusia yang selalu cenderung kepada kebaikan dan kebenaran (hanif). Mereka merasakan kerugian yang dahsyat ketika waktu berlalu begitu saja tanpa ada satupun kebaikan yang dilakukannya. Islah secara etimologi memberikan mamberikan makna suatu kondisi atau pekerjaan yang memberi manfaat serta berkesesuaian. Artinya, sesuai dengan hokum atau peraturan dan bagi seorang muslim tentu saja berkesesuaian dengan al-Qur’an dan Hadits.

  • Menumbuhkan rasa empati
    Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain. Merasakan rintihan dan mendengarkan debar jantungnya, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain. Para pemimpin yang berempati akan melahirkan solidaritas lalu menular menjadi satu kesadaran kolektif. Kepemimpinan adalah keteladanan dan sikap yang sangat penuh perhatian kepada yang dipimpinnya. Sudah merupakan hokum alam yang universal bahwa Allah akan memberikan karunia-Nya kepada siapapun selama mereka memenuhi kriteria hukum yang ditetapkan-Nya.

  • Menumbuhkan sifat pemaaf
    Orang yang cerdas ruhaniah mampu memaafkan, betapa pedihnya kesalahan yang pernah dibuat orang tersebut pada dirinya. Karena mereka menyadari bahwa sikap pemberian maaf bukan saja sebagai bukti kesalehan, melainkan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab hidupnya. Karena apapun yang ia pilih pada akhirnya akan mempengaruhi orang lain dan manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain.63 Sehingga dengan cara mengahapuskan kendala akan memudahkan dirinya beradaptasi dan bersama-sama dengan orang lain membangun kualitas moral dengan lebih baik.

  • Melayani dan menolong orang lain
    Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, mereka menunjukkan sikapnya untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain, dan merasa terpanggil ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani.