Apa saja manfaat yang kita dapat ketika kita bersyukur ?

Syukur

Syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah swt dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah swt.

Apa saja manfaat yang kita dapat ketika kita bersyukur ?

Manfaat syukur itu akan kembali pada orang yang ber-syukur, kebaikan yang ada kembali pada mereka yang ber-syukur, sebagaimana dalam surat An-Naml ayat 40.

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Sayyid Quthb yang dikutip oleh Ahmad Yani, menyatakan empat manfaat ber-syukur, yakni:

  • Menyucikan Jiwa
    Ber-syukur dapat menjaga kesucian jiwa, sebab menjadikan orang dekat dan terhindar dari sifat buruk, seperti sombong atas apa yang diperolehnya.

  • Mendorong jiwa untuk beramal saleh
    Ber-syukur yang harus ditunjukkan dengan amal saleh membuat seseorang selalu terdorong untuk memanfaatkan apa yang diperolehnya untuk berbagi kebaikan. Semakin banyak kenikmatan yang diperoleh semakin banyak pula amal saleh yang dilakukan.

  • Menjadikan orang lain ridha
    Dengan ber-syukur, apa yang diperolehnya akan berguna bagi orang lain dan membuat orang lain ridha kepadanya. Karena menyadari bahwa nikmat yang diperoleh tidak harus dinikmati sendiri tapi juga harus dinikmati oleh orang lain sehingga hubungan dengan orang lain pun menjadi baik.

  • Memperbaiki dan memperlancar interaksi sosial
    Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan yang baik dan lancar merupakan hal yang amat penting. Hanya orang yang ber-syukur yang bisa melakukan upaya memperbaiki dan memperlancar hubungan sosial karena tidak ingin menikmati sendiri apa yang telah diperolehnya.

Manfaat syukur lainnya, disebutkan oleh Aura Husna sebagai berikut :

  • Menuntun hati untuk ikhlas
    Karena syukur menuntun kita untuk tetap berbaik sangka pada Allah swt dalam segala hal yang terjadi dalam kehidupan ini maka syukur mampu menggerakkan hati untuk ikhlas menerima ketetapan Allah swt.

    Ikhlas adalah Keterampilan untuk mengembalikan pikiran dan perasaan pada sumbernya yaitu Allah swt. Keterampilan untuk mengembalikan keinginan, harapan, dan cita-cita kepada Allah swt. Kemampuan untuk mengembalikan kesedihan, kecemasan, ketakutan, dan kekecewaan kepada Allah swt. Menggantungkan sepenuhnya harapan, keinginan, dan cita- cita hanya pada Allah swt, sehingga tetap berbaik sangka pada Allah swt ketika keinginan, harapan, dan cita-cita belum tercapai.

  • Menumbuhkan optimisme
    Syukur mengandung arti mengenali semua nikmat yang telah Allah swt karuniakan, termasuk didalamnya yakni dengan mengenali potensi-potensi yang Allah swt anugerahkan pada diri kita, yang nantinya akan menumbuhkan optimisme.

    Optimisme adalah keyakinan akan kemampuan diri mengelola potensi yang dimiliki, baik potensi yang ada didalam diri maupun yang ada diluar diri.

  • Memperbaiki kualitas hidup
    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Emmons, menunjukkan bahwa orang yang ber-syukur mengalami perubahan kualitas hidup lebih baik. Sikap-sikap positif seperti semangat hidup, perhatian, kasih sayang, dan daya juang berkembang dengan baik pada mereka yang terbiasa mengungkapkan rasa syukur-nya setiap hari.

    Profesor Robert Emmons (Psikolog dari University of California) pada tahun 1998 melakukan penelitian empiris tentang manfaat ber-syukur bagi kehidupan seseorang dengan metode membandingkan. Membagi para responden dalam dua kelompok besar, kelompok responden pertama diwajibkan menuliskan lima hal yang mendorong mereka untuk ber-syukur setiap hari, sedangkan kelompok responden kedua diwajibkan menulis lima hal yang mendorong mereka untuk berkeluh kesah setiap hari. Setelah tiga pekan, para responden diwawancarai untuk mengetahui perubahan fisik dan psikis yang tumbuh setelah pembiasaan tersebut. Awalnya responden penelitiannya hanya melibatkan para mahasiswa jurusan psikologi kesehatan di universitasnya, namun pada tahun-tahun berikutnya respondennya diperluas ke berbagai ragam kondisi masyarakat yakni kelompok-kelompok responden yang terdiri dari pasien penerima organ cangkok, penderita penyakit otot syaraf, dan kelompok anak kelas lima SD yang sehat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa syukur yang senantiasa dipupuk dalam diri seseorang akan memberikan dampak positif, salah satunya adalah meningkatnya kualitas hidup seseorang baik secara fisik mapun psikis, diantaranya yaitu kemampuan untuk waspada, senantiasa bersemangat, lebih sabar, ceria, lebih sehat secara fisik, dan memiliki daya hidup yang lebih tinggi.

  • Membentuk hubungan persahabatan yang lebih baik
    Orang-orang yang hatinya diselimuti oleh rasa syukur lebih mudah berempati, dermawan, dan ringan tangan membantu sesama, sehingga mudah diterima dalam masyarakat karena pada dirinya tersimpan sifat-sifat yang disenangi orang lain, yaitu ringan berbagi, memiliki sifat materialistis yang rendah, tidak mendengki terhadap nikmat orang lain, dan mampu mengesampingkan ego pribadi.

  • Mendatangkan pertolongan Allah swt
    Nikmat Alah swt memang diberikan secara umum kepada seluruh manusia, namun pertolongan Allah swt hanya diberikan kepada hamba- hamba Allah swt yang dikehendaki-Nya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan siapa orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah tersebut, Rasulullah saw bersabda: “Dan Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya selama ia menolong saudaranya”. Dari hadits tersebut, dapat dipahami bahwa jika menolong hamba-Nya maka kita akan ditolong, dengan meringankan beban orang lain maka beban kita akan diringankan. Syukur menggerakkan hati dan pikiran untuk ringan berbuat suatu kebaikan bagi sesama sehingga akan mendatangkan pertolongan dari Allah swt.

Muhammad Syafi’ie el-Bantanie menyebutkan lima manfaat syukur, yakni sebagai berikut :

  • Menghilangkan kesusahan
    Dalam surat Al-Baqarah ayat 152, diterangkan agar kita selalu ingat kepada Allah swt. Salah satu cara mengingat Allah swt yakni dengan senantiasa ber-syukur kepada-Nya. Jika ingat Allah, Allah swt pun akan ingat kepada kita, maksudnya adalah Allah swt akan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, dan salah satu bentuk rahmat serta karunia Allah swt adalah mengeluarkan kita dari kesulitan dan menunjukkan jalan kemudahan.

  • Mendatangkan rezeki
    Dengan ber-syukur maka Allah swt akan membukakan pintu rezeki dari segala penjuru.

  • Menambah rezeki
    Dalam surat Ibrahim ayat 7, disebutkan bahwa Allah swt akan menambah nikmat bagi orang yang ber-syukur.

  • Mendatangkan kesembuhan
    Orang-orang yang tetap ber-syukur dalam kondisi sakit akan mendapatkan balasan yang luar biasa, yakni Allah swt akan menyembuhkan penyakitnya dan akan memberikan nikmat yang jauh lebih baik dari sebelumnya, seperti halnya dalam kisah nabi Ayub as.

    Kisah nabi ayub as. yang menghadapi ujian dari Allah swt dengan sabar dan tetap ber-syukur meski dalam kondisi sulit sekalipun. Ujian tersebut yakni hilangnya seluruh harta kekayaan beliau, dan meninggalnya semua putra-putri beliau dalam reruntuhan bangunan, serta beliau diberi penyakit kulit yang menjijikkan . Namun nabi Ayub tetap ber- syukur dan kualitas ibadahnya tetap terjaga, beliau beribadah dengan penuh ketaatan dan tetap berprasangka baik pada Allah swt. Kemudian Allah swt menyembuhkan nabi Ayub as dan menganugerahi nabi Ayub as kekayaan dan keturunan seperti sedia kala, bahkan lebih banyak dari sebelumnya.

  • Mengantar ke surga
    Orang yang senantiasa ber-syukur kepada Allah swt, merasa diri cukup dan puas atas nikmat yang dikaruniakan Allah swt kepadanya, serta tidak iri terhadap apa yang diperoleh orang lain, akan dimudahkan baginya jalan menuju surga, sebagaimana dalam keterangan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, dan Nasa’i,

    Anas bin Malik r.a. menuturkan bahwa suatu hari kami duduk bersama Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda “sebentar lagi akan datang seorang laki-laki calon penghuni surga”. Tidak lama kemudian muncul seorang laki-laki anshar, jenggotnya basah oleh air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal. Esok harinya Rasulullah bersabda lagi “sebentar lagi akan datang seorang laki-laki calon penghuni surga”. Tidak lama kemudian muncul laki-laki yang kemarin dengan jenggot yang basah oleh air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal. Pada hari ketiga, Rasulullah saw kembali bersabda “sebentar lagi akan datang seorang laki-laki calon penghuni surga”. Dan laki-laki yang kemarin kembali muncul di hadapan kami.

    Begitu Rasulullah saw bangkit dari tempat duduknya, Abdullah bin Umar yang merasa penasaran membuntuti laki-laki yang disebut oleh Rasulullah saw sebagai calon penghuni surga. Ketika sampai di rumah laki-laki itu, Abdullah bin Umar berkata “Bolehkah aku menginap di rumah mu selama tiga hari karena saya sedang berselisih dengan ayahku.” Laki-laki itu menjawab dengan ramah, “oh, silahkan”. Selama tiga hari menginap di rumah laki-laki itu, Abdullah bin Umar memperhatikan perilaku laki-laki itu dengan cermat. Ia menuturkan bahwa selama tiga hari menginap di rumahnya, aku tidak pernah melihat dia bangun malam untuk shalat. Hanya saja setiap kali bangun tidur, ia selalu menyebut nama Allah swt dan ber-takbir sampai waktu subuh tiba. Aku juga hanya mendengar perkataan yang baik yang keluar dari mulutnya. Ketika waktu tiga hari telah habis, aku bertanya kepadanya “wahai hamba Allah, sebenarnya aku tidak sedang berselisih dengan ayahku. Aku mendengar Rasulullah saw bersabda ‘sebentar lagi akan datang calon penghuni surga’. Beliau mengulangnya sampai tiga kali selama tiga hari, dan ternyata laki-laki itu adalah kamu. Karena itu, aku merasa penasaran. Aku mengikutimu dan menginap di rumah mu untuk mengetahui amal apa yang kau lakukan, sehingga membuatmu termasuk calon penghuni surga. Akan tetapi, aku tidak melihat hal yang istimewa dari ibadahmu. Ceritakanlah apa yang kau lakukan sehingga Rasulullah saw bersabda demikian?”.

    “Tidak ada ibadahku yang istimewa sebagaimana yang tuan saksikan sendiri. Itulah ibadahku sehari-hari.”. Ketika Abdullah bin Umar hendak meninggalkannya, laki-laki itu berkata “Hanya saja aku tidak pernah menipu dan hianat terhadap seorang muslim, dan aku tidak pernah iri hati dan dengki atas karunia yang Allah swt berikan kepada orang lain.” ”Inilah yang menyebabkan kamu menjadi calon penghuni surga” jawab Abdullah bin Umar.

Referensi :

  • Ahmad Yani, Be Excellent: Menjadi Pribadi Terpuji, (Jakarta: Al Qalam, 2007).
  • Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, (Jakarta: Prenada Media, 2003).