Apa Saja Macam-macam Riya dalam Beribadah?

Riya

Riya adalah satu di antara dua perbuatan syirik , yakni sebuah perbuatan syirik yang samar. Perbuatan riya’ ini bersumber dari rasa keinginan seseorang memperoleh perhatian dari sesame makhluk sehingga sehingga orang tersubut bisa memperoleh jabatan, kedudukan, dan sanjungan dari orang lain.

Berikut macam-macam riya yang pernah saya pelajari

  1. Orang melakukan ibadah untuk selain Allah. Ini disebut riya akbar. Ini termasuk tanda-tanda orang munafik.

  2. Orang melakukan ibadah karena Allah. Tapi saat ada orang, dia makin giat beribadah dan memperbagus ibadahnya itu. Ini disebut syirk al-sarāir. Rasulullah SAW bersabda,

    "Wahai manusia, jauhilah syirk al-sarāir. Apakah syirk al-sarāir! Yaitu seseorang melakukan shalat lalu memperbagus shalatnya saat ada orang melihatnya (Al-Tarhīb wa al-Targhīb, 1/52).

  3. Orang masuk ke mesjid untuk beribadah karena Allah. Saat keluar dari mesjid pun hatinya masih ikhlas karena Allah. Namun setelah itu, orang memujinya, hatinya lalu tenang dan senang karena pujian itu. Lalu dia menginginkan agar dia dimuliakan karenanya, dimana dia mendapatkannya. Ini dinamakan riya khafiyy.

  4. Orang melakukan sesuatu untuk menunjukkan bahwa dia adalah ahli ibadah, seperti menyatakan bahwa tujuan hidupnya hanya mengabdi kepada Allah; dia hanya takut kepada Allah. Ada kalanya dia memperlihatkan kondisi lemas dengan suara serak, agar semua tau bahwa dia sedang berpuasa dan semalam lelah tahajjud. Ini dinamakan riya badan.

  5. Orang berpakaian buruk agar dibilang sufi. Atau berpakaian ala ulama, agar dikatakan sebagai orang shalih, ghuraba’, dan seterusnya. Ini dinamakan riya min jihati al-libās.

  6. Orang menunjukkan hafalan al-Quran, hadis, kepandaian ilmu-ilmu agama (seperti status ini dan status-status saya yang lain) untuk berdebat dan agar khalayak mengerti bahwa dia adalah orang alim. Ini disebut al-riyā bil qaul.

  7. Orang memperpanjang bacaan shalatnya, memperpanjang ruku’, sujud, untuk menunjukkan kekhusu’annya. Ini disebur riya bil 'amal.

  8. Orang menziarahi orang alim supaya dikatakan bahwa dia adalah peziarah orang alim. Ini disebut riya bil ash-hāb wa al-zāirīn.

  9. Orang merendahkan diri di hadapan banyak orang agar dikatakan bahwa dia adalah orang tawādhu’. Ini dinamakan riya bidzami al-nafs bayna al-nās.

  10. Seseorang menyembunyikan ketaatannya. Dia tak menginginkan satu orang pun tau tentang ketaatannya itu. Tapi, dengan ini, dia merasa sebagai orang taat, dimana hajat-hajatnya harus diijabah oleh Allah. Jika itu terjadi, dan jika manusia berbuat buruk kepadanya, dia mengeluh. Ini disebut daqāiq al-riya’.

  11. Orang menjadikan ikhlasnya wasilah untuk mendapatkan keinginannya. Diceritakan al-Ghazali pernah melakukan amalan ikhlash selama 40 hari agar terpancar hikmah dari lisan dan hatinya. Lalu dia berkata,

    “Tak terpancar apa pun setelah 40 hari.”

    Sebagian orang arif berkata,

    “Sesungguhnya engkau ikhlas karena hikmah, bukan karena Allah.”

Dalam ilmu hati ini, Anda niat shalat di shaff paling depan agar dilihat orang disebut riya, Anda shalat di shaff paling belakang agar tak dibilang riya’ pun disebut riya’.

Caranya gimana agar tidak riya’?

Ya shalat saja. Mboh saat kita shalat itu riya’ atau tidak, kita serahkan kepada Allah. Saya sendiri tidak mengerti kondisi ikhlas itu yang bagaimana. Bahkan Syaikh Hasan al-Syadzili saja mengatakan

Andaikata seumur hidup kita hanya ikhlas satu kali shalat itu sudah sangat cukup.