Apa saja macam-macam konseling dalam psikologi?
Berikut ini disajikan beberapa pendekatan konseling yang lazim digunakan dalam membantu masalah anak.
1. Konseling Pendidikan
Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang social budaya dan psikologis yang beraneka ragam. Dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan banyak anak didik yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama dan moral, belajar, dan vokasional.
Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar, meskipun masalah yang dihadapi tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan akademik. Penyelenggara pendidikan, khususnya tenaga pendidikan bertanggung jawab membina anak didiknya sehingga berhasil sebagaimana yang diharapkan, termasuk mereka yang mengalami masalah.
Konseling pada latar pendidikan ini telah banyak dikenal di Indonesia. Di Amerika, klinik konseling juga didirikan di sekolah dan pusat-pusat pendidikan pada awal perkembangan konseling, misalnya di Pennsylvania University pada tahun 1896.
2. Konseling Vokasional
Konseling vokasional dapat pula disebut dengan carir counseling atau employment counseling . Konseling ini selain berkaitan dengan usaha membantu dalam penempatan tenaga kerja juga membantu klien yang memiliki masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya dalam hubungan dengan pejabat di atasnya, dan penyesuaian dengan pekerjaan baru.
Konseling vokasional ini menduduki fungsi yang sangat penting dalam rekrutmen dan penempatan tenaga kerja sebuah perusahaan atau departemen. Departemen Tenaga Kerja Amerika juga menggunakan konseling vokasional untuk menempatkan para veteran Perang Dunia II pada bidang-bidang yang lebih tepat.
Mengingat pentingnya konseling vokasional ini, National Employment Counselor Association menetapkan dasar-dasar kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor, yaitu:
-
Relationship skills
-
Individual and group assessment skills
-
Group counseling
-
Development and use of the careerrelated information
-
Occupational plan development and implementation
-
Placement skills
-
Community relation skills
-
Work load management and intra office relationship skills
-
Professional development skills (Gibson dan Mitchell, 1983)
Di masyarakat industry, konseling vokasional ini semakin dibutuhkan baik bagi industry untuk peningkatan usaha-usahanya dan bagi pekerja untuk peningkatan penyesuaian kerja dan prestasi kerja.
3. Konseling Keluarga dan Perkawinan
Konseling yang berkenaan dengan masalah-masalah keluarga, meliputi hubungan antar anggota keluarga (ayah, ibu, anak), peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Konseling ini berangkat dari asumsi bahwa semua anggota keluarga terlibat di dalam problem yang dihadapi, karena itu seharusnya kerja sama perlu untuk mendapatkan solusinya. Sebagian para ahli terapi keluarga mempertimbangkan bahwa problem seorang anggota keluarga disebabkan oleh hubungannya dalam keluarga, sementara yang lain melihat problem seorang anggota keluarga sebagai neorotik dari seluruh anggota keluarga.
Hidup berkeluarga berarti melakukan penyesuaian baru, terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai suami istri. Dalam banyak hal, membangun keluarga tidak semudah yang dibayangkan oleh para remaja. Banyak situasi yang harus diselesaikan dengan cara yang amat rumit termasuk perceraian.
Konseling perkawinan dan keluarga bermaksud membantu menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang dihadapi kedua belah pasangan, sehingga dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga mereka lebih dapat diterima kedua belah pihak dan dapat membangun keluarga secara lebih baik.
Yang perlu diperhatikan oleh konselor, tujuan dalam konseling perkawinan dan keluarga bukan sebagaimana diduga banyak orang yaitu mempertahankan perkawinan, tetapi untuk membantu pasangan atau anggota keluarga belajar perilaku baru dan membuat keputusan yang tepat.
Dalam konseling ini konselor dapat mereferal kliennya ke pihak lain yang dipandang lebih menguasai persoalannya jika masalah yang dihadapi berada di luar kewenangan konselor. Layanan referral ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah secara lebih tepat. Namun demikian, sebagaimana dalam konseling pada umumnya, konseling ini juga memberikan keleluasaan kepada klien untuk membuat keputusan sendiri, sedangkan konselor lebih bertindak sebagai fasilitator.
4. Konseling Agama
Konseling agama ( religion counseling ) digunakan untuk membantu klien yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan agama, misalnya keragu-raguan akan nilai-nilai agama, kebimbangan dalam mengikuti aliran-aliran keagamaan, terjadinya konflik keyakinan keagamaan dengan pola pemikiran dan sebagainya.
Konseling agama tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penganut agama lain agar masuk dalam agama yang dianut konselor. Konseling agama biasanya dilakukan terhadap klien yang seagama dengan konselor, dan diselenggarakan untuk membantu orang-orang yang bermasalah keagamaan.
5. Konseling Rehabilitasi
Konseling rehabilitasi merupakan konseling yang dilakukan terhadap orang-orang yang sedang dalam proses rehabilitasi. Rehabilitasi berarti proses mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya, misalnya rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami perawatan medis, rehabilitasi karena menjalankan hukuman, dan sebagainya.
Seseorang yang di penjara misalnya membutuhkan pelayanan konseling. Konseling tersebut bermaksud membantu klien agar tidak mengalami masalah-masalah setelah keluar dari penjara (lembaga pemasyarakatan). Sebagian orang yang di penjara mengalami perasaan yang tidak diinginkan, seperti rasa tertekan, malu kepada masyarakat atau cemas tidak diterima oleh lingkungan sosialnya nanti.
Konseling rehabilitasi ini juga dimaksudkan membantu klien yang cacat secara fisik, untuk mengembalikan persepsi dan emosi sehingga memandang dirinya secara positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki.
6. Konseling Individual
Konseling individual atau disebut juga konseling perorangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh konselor kepada konseli yang sedang mengalami suatu masalah, yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli. Dengan demikian, sasaran layanan konseling individual adalah subyek yang diduga memiliki masalah tertentu dan membutuhkan pertolongan konselor untuk mengatasinya.
Layanan konseling individual dilakukan melalui kegiatan tatap muka (face to face) antara konselor dengan konseli, yang terjalin dalam bentuk hubungan professional yang khas. Tujuan dan fungsi utama dari layanan konseling individual adalah teratasinya masalah yang diderita konseli, mencakup: bidang pribadi, bidang social, bidang karier dan bidang belajar.
Hubungan konselor-konseli dibangun atas dasar saling percaya diantara kedua belah pihak, dengan mengedepankan asas confidential (kerahasiaan) atas segala data tentang konseli yang terungkap dalam proses konseling. Proses konseling individual dilakukan mengacu pada berbagai teori, prosedur, tahapan dan teknik tertentu, baik yang bersifat umum maupun khusus.
Konseling individual cocok untuk digunakan ketika:
-
Konseli mengalami krisis masalah yang complicated .
-
Masalah yang dibicarakan memiliki tingkat kerahasiaan tinggi, yang harus dilindungi.
-
Berkaitan dengan upaya hasil tes kepribadian konseli yang bersangkutan.
-
Konseli merasa ketakutan atau tidak nyaman untuk membicarakan masalahnya dalam situasi kelompok/kelas.
-
Konseli tertolak di lingkungan kelompoknya.
-
Topik yang dibicarakan berkaitan dengan penyimpangan perilaku seksual.
-
Konseli membutuhkan perhatian dan pengakuan tersendiri.
Konseling berpusat pada person ( person centered counseling) dikembangkan oleh Carl Person Rogers, salah seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling dan psikoterapi. Berdasarkan sejarahnya, teori konseling yang dikembangkan Rogers ini mengalami beberapa pengetahuan. Pada mulanya dia mengembangkan pendekatan konseling yang disebut non-directive counseling (1940).
Pendekatan ini sebagai reaksi terhadap teori-teori konseling yang berkembang saat itu yang terlalu berorientasi pada konselor atau directive counseling. Pada tahun1951 Rogers mengubah namanya menjadi Client Centered Therapy sehubungan dengan perubahan pandangan tentang konseling yang menekankan pada upaya reflektif terhadap perasaan klien. Enam tahun berikutnya, pada tahun 1957 Rogers mengubah sekali lagi pendekatannya menjadi konseling yang berpusat pada person ( person centered ), yang memandang klien sebagai patner dan perlu adanya keserasian pengalaman baik pada klien maupun konselor dan keduanya perlu mengemukakan pengalamannya pada saat hubungan konseling berlangsung.
7. Konseling Kelompok
Ditinjau dari jumlah klien yang dibantu, konseling dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu konseling individual dan konseling kelompok. Keonseling individual berarti konseling yang diberikan kepada seorang klien, sedangkan konseling kelompok dilakukan terhadap beberapa klien.
Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, member umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).
Berdasarkan pengertian di atas, maka konseling kelompok secara prinsipil adalah sebagai berikut:
-
Konseling kelompok merupakan hubungan antara (beberapa) konselor dengan beberapa klien
-
Konseling kelompok berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari
-
Dalam konseling kelompok terdapat faktor-faktor yang merupakan aspek terapi bagi klien
-
Konseling kelompok bermaksud memberikan dorongan dan pemahaman kepada klien, untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien
Pendekatan kelompok sebenarnya sangat banyak. Beberapa bentuk intervensi psikososial yang menggunakan pendekatan kelompok adalah bimbingan kelompok, psikoterapi kelompok, dan kelompok diskusi terfokus.
Pendekatan-pendekatan kelompok tersebut dapat dibedakan menurut jenisnya, sebagai berikut :
- Psikoterapi Kelompok
Psikoterapi kelompok merupakan bantuan yang diberikan oleh psikoterapis terhadap klien untuk mengatasi disfungsi kepribadian dan interpersonalnya dengan menggunakan interaksi emosional dalam kelompok kecil. Karena itu psikoterapi kelompok lebih memfokuskan pada ketidaksadaran, menangani pasien yang mengalami gangguan “neurotik” atau problem emosional berat lain, dan biasanya dilakukan untuk jangka waktu panjang.
- Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Konseling kelompok umumnya ditekankan untuk proses remedial dan pencapaian fungsi-fungsi secara optimal. Konseling kelompok mengatasi klien dalam keadaan normal, yaitu sedang tidak megalami gangguan fungsi-fungsi kepribadian. Pada umumnya konseling diselenggarakan untuk jangka pendek atau menengah.
- Kelompok Latihan dan Pengembangan
Kelompok latihan dan pengembangan merupakan pendidikan kesehatan mental dan bukan kelompok terapeutik. Biasanya digunakan untuk melatih sekelompok orang yang berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan tertentu, misalnya peningkatan keterampilan sosialnya, cara kehidupan kesendirian, menghadapi pensiun dan hari tua, orang tua tanpa patner, dan sebagainya. Tujuannya secara umum bersifat antisipatif dan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya hambatan jika hal tersebut benar-benar dialami.
- Diskusi Kelompok Terfokus
Diskusi kelompok terfokus (focus group discusion) merupakan kegiatan diskusi, tukar pikiran beberapa orang mengenai topic-topik khusus yang telah disepakati oleh anggota kelompok. Topik-topik yang dibicarakan menjadi bahan yang diminati dan disepakati oleh anggota kelompok. Peserta diskusi tidak harus memiliki masalah sebagaimana topic yang dibicarakan, tetapi ada minat untuk berpartisipasi dalam diskusi.
8. Konseling Psikoanalisis
Peletak dasar teori psikoanalisis (psychoanalytic) adalah Sigmund Shlomo Freud, seorang ahli saraf, yang menaruh perhatian pada ketidaksadaran. Kepribadian manusia terbesar berada pada dunia ketidaksadaran dan merupakan sumber energy perilaku manusia yang sangat penting.
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif untuk menyembuhkan klien/pasien yang hysteria, cemas, obsesi neurosis. Namaun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya (Hansen, 1982).
Freud mengembangkan sejumlah teori kepribadian. Teori-teori kepribadian yang dikemukakan Freud diantaranya: teori topografi, struktural, genetik, dan dinamika. Keempat macam teori tersebut memiliki relevansi dengan proses konseling psikoanalisis, sehingga dipandang perlu untuk dijelaskan secara garis besarnya sebagai berikut:
Teori topografi merupakan teori psikoanalisis yang menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi Freud kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu :
-
Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
-
Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan, dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatkannya kembali. Alam prasadar ini bukanlah bagian dari alam sadar, tetapi bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
-
Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini.
Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara structural. Dalam dunia kesadaran ( awareness ) individu terdapat pada subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis. Subsistem itu adalah id, ego dan superego. Teori struktural berarti penjelasan tentang interaksi antara tiga elemen struktur peralatan mental (mental apparatus) yaitu id, ego dan superego (Brenner, 1996).
Freud berpendapat bahwa manusia berdasar pada sifat-sifat:
-
Anti rasionalisme.
-
Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan simbolisme.
-
Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif.
-
Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
-
Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan bukan merupakan proses mental yang berciri biasa.
Konseling psikoanalisis bertujuan untuk menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang mekanisme penyesuaian dirinya. Membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi lagi.
9. Konseling Behavior
Dilihat dari sejarahnya, konseling behavior tidak dapat dipisahkan dengan riset-riset perilaku belajar pada binatang, sebagaimana yang dilakukan Ivan Pavlov (abad ke 19) dengan teorinya classical conditioning. Berikutnya adalah Skinner yang mengembangkan teori belajar operan, dan sejumlah ahli yang secara terus menerus melakukan riset dan mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil eksperimennya (Hackmann, 1993).
Ahli behavioral yang berjasa mengembangkan konseling cukup banyak diantaranya adalah Wolpe, Lazarus, Bandura, Krumboltz, Rachman, dan Thoresen.
Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku. Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada manusia yang sama, karena kenyataannya manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya.
Pandangan dualism sebagaimana yang berkembang: jiwa raga, mental fifik, sikap perilaku, dan sebagainya; bagi behavioral adalah tidak valid, tidak dapat dikenali dan dikendalikan di laboratorium. Untuk itu memahami kepribadian individu tidak lain adalah perilakunya yang tampak.
Sesuai dengan namanya, pendekatan konseling ini berangkat dan didasari aliran Behaviorisme yaitu salah satu aliran psikologi yang mengkaji perilaku individu dari setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Teori-teori yang dikembangkan oleh kelompok behaviorime terutama banyak dihasilkan melalui berbagai eksperimen terhadap binatang, yang kemudian diterapkan untuk manusia untuk kepentingan konseling.
Karakteristik konseling Behavioral adalah:
-
Berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik.
-
Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling.
-
Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah konseli.
-
Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
Konseling behavioral mengasumsikan tentang perilaku bermasalah, sebagai berikut:
-
Perilaku bermasalah adalah perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
-
Perilaku yang salah hakekatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
-
Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon perilaku negative dari lingkungannya. Perilaku maladaptif terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
-
Seluruh perilaku manusia didapat dengan cara belajar dan juga perilaku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
Tujuan utama konseling Behavioral adalah berusaha menghapus/menghilangkan perilaku maladaptif (masalah) untuk digantikan dengan perilaku baru yaitu perilaku adaptif yang diinginkan konseli. Oleh karena itu, tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik: diinginkan oleh konseli; konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; konseli dapat mencapai tujuan tersebut; dan dirumuskan secara spesifik. Konselor dan konseli bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut. Dalam hal ini, konselor aktif: Merumuskan maslah yang dialami konseli dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak.
Memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khusunya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling. Mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
10. Konseling Humanistik
Konseling Humanistik berakar dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti: Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi professional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya. Humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari humanistik, yaitu:
-
Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen
-
Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya
-
Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
-
Menusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya
-
Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.