Apa saja macam-macam dari Sistem Nilai Tukar Tetap?

macam-macam dari Sistem Nilai Tukar Tetap

Apa saja macam-macam dari Sistem Nilai Tukar Tetap ?

Sistem nilai tukar tetap ini menetapkan mata uang terhadap mata uang negara lain (misal, US Dollar) atau terhadap sekeranjang mata uang negara mitra dagang, atau terhadap suatu ukuran lain (misal, emas). Dalam sistem nilai tukar tetap dibedakan menjadi tiga, yaitu single currency peg , parallel currency , dan currency basket.

1. Single currency peg

Single currency peg merupakan sistem nilai tukar dengan mengaitkan masing-masing mata uang negara anggota kawasan dengan satu mata uang negara yang ditetapkan sebagai mata uang jangkar ( anchor currency ) pada nilai yang tetap. Dalam konteks kerja sama nilai tukar ini, negara kawasan sepakat dan memutuskan untuk menetapkan mata uang dunia (US Dollar dan Euro) atau mata uang salah satu dari anggota kerja sama kawasan (misal: Yen dan Renminbi). Penentuan mata uang ini tergantung pada dua kriteria, yaitu mata uang jangkar mendominasi aktivitas perdagangan dan investasi dikawasan kerja sama dan pesaing ekspor berlokasi di kawasan yang sama (Arifin et al,2007)

Keunggulan single currency peg :

  • Meningkatkan stabilitas pergerakan nilai tukar intra-kawasan; menjamin nilai tukar yang stabil secara langsung mata uang negara anggota terhadap mata uang jangkar, dan secara tidak langsung terhadap semua mata uang yang ada dalam anggota kawasan kerja sama.

  • Bersifat transparan sehingga menghambat competitive depreciation pada anggota kawasan kerjasama

  • Sistem ini sederhana dan mudah ditetapkan (mematok nilai tukar pada negara lain yang kuat dan memilikin inflasi yang lebih rendah agar tingkat inflasi negara kawasan menjadi konvergen dengan inflasi negara jangkar).

Keterbatasan single currency peg :

  • Rentan terhadap krisis; tekanan spekulasi dapat timbul jika terdapat keraguan terhadap keberlangsungan peg akibat ketidakkonsistenan kebijakan antar negara anggota

  • Pola berdagangan dan struktur ekonomi yang bervariasi dari negara anggota kawasan kerja sama; dalam mengadaptasi mata uang jangkar pada negara kawasan kerja sama yang memiliki pola perdagangan dan struktur ekonomi yang bervariasi akan sangat beresiko, sebab saat terdapat perubahan kebijakan moneter pada negara jangkar akan direspon negara kawasan secara asimetrik.

  • Perlu melakukan devaluasi atau revaluasi secara periodik untuk menghindari misalignment nilai tukar yang besar

  • Cadangan devisa dapat bergejolak untuk mempertahankan paritas yang tetap.

2. Parallel Currency (Mata Uang Paralel)

Dalam mata uang parallel, terdapat penciptaan mata uang sintesis, di mana mata uang sintesis dibentuk dari sekeranjang mata uang yang terdiri dari mata uang negara-negara kawasan yang berpartisipasi (mata uang tertimbang – wighted average of the currencies of the member nations )dalam pembentukan sistem tersebut yang kemudian akan digunakan bersamaan dengan mata uang domestik masing-masing negara anggota. Contoh: European Currency Unit (ECU) dan Special Drawing Rights (SDR) (Arifin et al, 2007).

Keunggulan sistem mata uang paralel:

  • Meningkat stabilitas nilai tukar dalam kawasan dan mendorong intensitas perdagangan dalam kawasan; dapat menghindari competitive depreciation antar negara anggota kawasan yang akhirnya mendorong intensitas perdagangan dalam kawasan

  • Mengurangi resiko nilai tukar anatara pemberi jaminan dan peminjam dari negara kawasan yang memiliki sistem mata uang yang berbeda; saat negara pemberi pinjaman dan peminjam memiliki mata uang yang berbeda maka beban resiko sepenuhnya pada negara peminjam, namun, jika memiliki mata uang yang sama –ACU maka resiko akan terbagi antara pemberi pijaman dan peminjam

  • Memperdalam pasar keuangan regional; penciptaan Asian Currency Unit (ACU) membantu menciptakan pasar keuangan yang lebih dalam dan likuid melalui penciptaan instrument keuangan yang berdominasi ACU.

  • Pendorong untuk mempercepat pencapaian tujuan atas tujuan penyatuan moneter kawasan; ACU sebagai alat satuan hitungan transaksi dikawasan berperan dalam kerja sama moneter regional.

Keterbatasan sistem mata uang paralel:

  • Tidak dapat menjaga stabilitas nilai tukar terhadap mata uang diluar negara anggota kawasan, terutama mata uang mitra dagang utama di luar anggota kawasan kerja sama; ketergantunagn perdagangan internasional negara-negara ASEAN+3 terhadap pasar di luar kawasan kerja sama dapat menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas sistem nilai tukar paralel dengan ACU yang kemungkinan dapat mengundang serangan spekulasi

  • Sistem nilai tukar dapat bersifat asimetris; keberagaman kebijakan dan track record dari bank sentral negara anggota kawasan akan cenderung konvergen pada negara yang dominan.

  • Pemberlakuan sistem mata uang paralel menuntut adanya kesiapan infrastruktur dan kelembagaan untuk mendukung berfungsinya sistem secara efisien.

3. Currency Basket

Currency basket merupakan suatu sistem nilai tukar bersama di kawasan di mana masing-masing mata uang lokal negara anggota kawasan kerja sama dikaitkan dengan sekeranjang mata uang yang terdiri dari mata uang mitra dagang utama (Arifin et al, 2007).

Keuntungan currency basket:

  • Dapat menjamin stabilitas nilai tukar denagn mitra dagang utama maupun antar negara angota kawasan kerja sama

  • Sistem ini konsisten dengan kerangka inflation targeting. Mampu menjamin stabilitas milai tukar intra-kawasan sekaligus menjaga pencapaian target inflasi

  • Sistem yang sederhana dan bersifat langsung, sehingga mudah untuk diimplementasikan

Currency basket dapat diadopsi tanpa mengubah kebijakan bank sentral dalam operasinya.

Keterbatasan currency basket:

  • Kesulitan dalam mencapai kesepakatan untuk menentukan bobot yang optimal mengingat pola perdagangan ASEAN+3 yang beragam

  • Pengaturan rezim nilai tukar dari setiap anggota kawasan kerjasama harus dikorbankan untuk mengdopsi mata uang ini

  • Currency basket kurang transparan bila dibandingkan dengan single currency peg.

4. Clusters Currency

Clusters currency merupakan pembentukan kelompok-kelompok yang lebih kecil ( clustering ) yang memiliki karakteristik pengelompokan yang sama (menurut pendapatan perkapita, korelasi inflasi, guncangan simetris, rasio investasi terhadap PDB, atau sektor jasa terhadap GDP) di dalam kawasan dan kelompok negara yang telah cukup terintegrasi dapat membentuk suatu currency area yang dapat diperluas keanggotaannya pada tahap-tahap berikutnya. Kelompok negara yang memiliki karakteristik yang sama dapat membentuk kerja sama membentuk suatu sistem nilai tukar tertentu, sehingga dengan sistem ini dimungkinkan terdapat sistem nilai tukar yang berbeda antar kelompok disuatu kawasan. Hal ini dapat mengatasi kebutuhan atas tingkat kesiapan yang berbeda pada negara-negara ASEAN+3 untuk membentuk pengaturan nilai tukar regional (Arifin et al, 2007).

Keuntungan clusters currency :

  • Sistem ini memungkinkan pendekatan multi-speed kearah pembentukan common currency ; dengan demikian cluster yang berbeda dapat berjalan dengan kecepatan yang lebih sesuai dengan karakteristiknya dan pengaturan nilai tukar lebih kredibel
  • Clusters currency dapat meningkatkan koordinasi kebijakan dan kepercayaan antar anggota kelompok.

Keterbatasan clusters currency :

Tidak ada mekanisme yang menjamin bahwa antar kelompok yang berbeda pada akhirnya akan konvergen kepada tujuan yang sama

Keanggotaan kelompok-kelompok kecil dapat menjadi isu yang sensitif, tergantung pada faktor-faktor yang menentukan keanggotaan negara-negara dalam suatu cluster.