Patton (1997) menyebutkan bahwa EQ mencakup semua sifat seperti: kesadaran diri, manajemen suasana hati, motivasi diri, mengendalikan impuls (desakan hati), dan keterampilan mengendalikan orang lain. Salovey (dalam Goleman, 2007) menyebutkan 5 wilayah utama kecerdasan emosi, yakni:
1. Mengenali emosi diri.
Kesadaran diri – mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi – merupakan dasar kecerdasan emosi. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.
2. Mengelola emosi.
Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
3.Memotivasi diri sendiri.
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional – menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati – adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
4.Mengenali emosi orang lain.
Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
5. Membina hubungan.
Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan sosial akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka adalah bintang-bintang pergaulan.
Reuven Bar-On (dalam Stein dan Book, 2002) membagi kecerdasan emosi dalam 5 ranah, yakni:
1.Ranah intrapribadi.
Ranah kecerdasan emosi ini terkait dengan apa yang biasanya disebut “inner self” (diri terdalam, batiniah). Ranah ini melingkupi lima sub bagian, yaitu kesadaran diri emosional, sikap asertif, kemandirian, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
2. Ranah antarpribadi.
Ranah kecerdasan emosi ini berhubungan dengan apa yang dikenal sebagai keterampilan berinteraksi. Ranah ini terdiri dari empati, tanggung jawab sosial, dan hubungan antarpribadi.
3.Ranah penyesuaian diri.
Ranah kecerdasan emosi ini berkaitan dengan kemampuan untuk menilai dan menanggapi situasi yang sulit. Ranah ini meliputi pemecahan masalah, uji realitas, dan sikap fleksibel.
4. Ranah penanganan stres.
Ranah kecerdasan emosi ini berkaitan dengan kemampuan menanggung stres tanpa harus ambruk, hancur, kehilangan kendali, atau terpuruk. Ranah ini terdiri dari ketahanan menanggung stres dan pengendalian impuls.
5. Ranah suasana hati umum.
Ranah kecerdasan emosi ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Ranah ini meliputi kebahagiaan dan optimisme.
Menurut Goleman (2001) dasar kecakapan emosi dan sosial adalah:
1. Kesadaran diri.
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri; memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Pengaturan diri.
Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
3. Motivasi.
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil insiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
4. Empati.
Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5. Ketrampilan sosial.
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar; menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk kerja sama dan bekerja dalam tim.
Selain itu, Goleman (2001) menyebutkan bahwa kecakapan emosi yang paling sering mengantar orang ke tingkat keberhasilan adalah:
- Inisiatif, semangat juang, dan kemampuan menyesuaikan diri.
- Pengaruh, kemampuan, memimpin tim, dan kesadaran politis.
- Empati, percaya diri, dan kemampuan mengembangkan orang lain.
Berdasar uraian di atas, maka aspek-aspek kecerdasan emosi adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan, dan penyesuaian diri