Apa saja klasifikasi teori-teori kepribadian ?

teori kepribadian

Dewasa ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Apa saja Klasifikasi teori-teori kepribadian ?

Berdasarkan paradigma yang dipergunakan dalam mengembankannya, teori kepribadian dibedakan menjadi 4 paradigma (Alwisol, 2005: 2-7).

Kempat paradigma tersebut adalah:

  1. Paradigma Psikoanalisis: tradisi klinis psikiatri.

  2. Paradigma Traits: tradisi psikologi fungsionalisme dan psikologi pengukuran.

  3. Paradigma Kognitif: tradisi Gestalt.

  4. Paradigma Behaviorisme: tradisi kondisioning


Adapula klasifikasi teori kepribadian yang didasarkan pada sejarah perkembangannya yang kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam pengembangan teori-teori kepribadian Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu :

  1. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.

  2. Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua.

  3. Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.

Teori-teori kepribadian dapat diklasifikasikan kedalam empat kelompok, yaitu Pendekatan Tipologis dan “Trait”, Pendekatan Psikodinamika, Teori Social-Learning, dan Pendekatan Fenomenologis.

Pendekatan Tipologis dan “Trait”


Pendekatan tipologis dan “trait” terhadap kepribadian berusaha memisahkan dan memberikan sifat dasar individu yang mengarahkan perilaku sehingga bisa dikelompokkan dalam klasifikasi tertentu. Pendekatan ini memusatkan diri pada kepribadian umum dan lebih banyak berkaitan dengan pendeskripsian kepribadian dan meramalkan perilaku, tetapi kurang memperhatikan dari segi proses serta perkembangannya.

Pendekatan tipologis dilakukan oleh Hipocrates (460-377SM). Ia mendasarkan tipologinya pada cairan-cairan tubuh yang mempengaruhi temperamen seseorang. Ia membagi kepribadiann menjadi empat tipe menurut nama-nama cairan

  • melankolik dipengaruhi oleh empedu hitam (murung, depresit)
  • sanguinis dipengaruhi oleh darah (gembira, optimistik)
  • khoterik dipengaruhi oleh empedu kuning (mudah marah)
  • phiegmatik dipengaruhi oleh cairan lendir (tenang, lamban, tidak mudah dirangsang).

Pada tahun 1935 seorang ahli bernama Kretchmer mengemukakan teori kepribadian
yang didasarkan pada bentuk tubuh. Seseorang yangberbentuk tubuh gemuk
bulat digolongkan sebagai endomorph, yaitu orang-orang yang mudah bergaul, periang, dan santai.

Sedangkan orang:-orang yang tinggi kurus digolongkan sebagai ectomorph yaitu
orang yang sangat serius, senang menyendiri, selalu menjaga jarak dengan orang lain, dan amat perasa. Kemudian yang berbadan berbadan tegap dan atletis digolongkan sebagai Mesomorph, yaitu agak cerewet, agresif, dan sangat aktif secara fisik.

Pendekatan ini populer untuk waktu yang cukup lama, tetapi saat ini sudah tidak digunakan lagi. Pendekatan tipologis yang saat ini digunakan adalah pendekatan Introvert-Ekstrovert yang mula-mula dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1875 - 1961), lalu dilanjutkan oleh H.J. Eyesenck.

Pendekatan Psikodinarnika

Teori kepribadian yang bersifat psikodinamik berasal dari para ahli yang sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud (1856-1939), Bapak Psikoanalisis yang sangat terkenal.

Teori psikologi Freud didasarkan atas keyakinannya bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Sebagaimana hukum konservasi energi, Freud juga beranggapan bahwa energi psikis bersifat kekal, tidak bisa dihilangkan, dan bila dihambat akan mencari saluran lain.

Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda, yaitu: Id, Ego, dan Super Ego.

  • ld merupakan bagian yang paling primitif dalam kepribadian. ld merupakan sumber energi utama yang memungkinkan manusia untuk bertahan hidup. Dari Id inilah nanti ego dan superego berkembang. ld terdir idar idorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan untuk makan, minum, buang air besar, menghindari rasa sakit, dan memperoleh kenikmatan seksual. Freud juga beranggapan bahwa agresivitas merupakan suatu dorongan biologis, oleh karena itu ada dalam ld.

  • Ego adalah bagian "eksekutif’ dari kepribadian. la berfungsi secara logis/rasional berdasarkan prinsip kenyataan (reality principle) dan proses sekunder yaitu suatu proses logis untuk melihat pada kenyataan (reality testing) dalam usahanya memenuhi cara pemuasan dorongan Id secara realistis. Fungsi Ego ini berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.

  • Super ego adalah gambaran intemalisasi nilai dan moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan orang lain pada anak. Pada dasamya super ego merupakan hati nurani (concience) seseorang. Superego menilai apakah suatu tindakan itu benar atau salah. Super ego mewakili nilai-nilai ideal. Oleh karena itu superego selalu berorientasi pada kesempumaan. Cita-cita dirinyapun diarahkan pada nilai-nilai ideal itu sehingga setiap orang memiliki suatu gambaran tentang dirinya yang paling ideal (Ego ideal). Hadiah atau hukuman yang diterima sehubungan dengan nilai-nilai ideal itu akan membentuk dalam dirinya suara hati (concience).

Teori “Social-Learning”


Teori kepribadian yang mendasarkan pada sosial learning menekankan besarnya pengaruh dari lingkungan atau keadaan-keadaan situasional terhadap perilaku. Tokohnya dalam teori ini adalah Rotter, Dollard, Miller, dan Bandura. Para ahli ini berpandangan bahwa perilaku merupakan hasil interaksi yang terus menerus antara variabel-variabel pribadi dan lingkungan.

Lingkungan membentuk pola-pola berperilaku melalui proses belajar; sedangkan variabel-variabel pribadi mempengaruhi pola-pola dalam lingkungan .Individu atau suatu pribadi dan situasi yang saling mempengaruhi.

Pola perilaku individu dibentuk berdasarkan suatu proses kondisioning. Orang-orang
disekitar individu membentuk perilakunya dengan ganjaran dan hukuman. Bila ini terjadi,
maka individu membentuk pola bertingkahl aku melalui suatu pengalaman langsung (mendapat hadiah dan hukuman secara langsung). Tetapi perilaku juga bisa terbentuk melalui pengalaman tidak langsung, yaitu melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain di sekitarnya atau disebut modelling.

Para teoritisi social learning beranggapan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh:

  • ciri-ciri khusus dari situasi yang dihadapi;
  • penafsiran individu terhadap situasi tersebut; dan
  • penguatan yang pernah dialami pada tingkah lakunya dalam situasi serupa.

Pendekatan Fenomenologis

Atkinson dkk (1983) menyatakan bahwa teori kepdbadian yang mendekati objek
studinya secara fenomenologis sebenarnya terdiri dari berbagai teori yang berbeda, tetapi
mereka mempunyai dasar yang sama, yaitu pengalaman subjektij, yaitu pandangan pribadi individu terhdap dunianya. Mereka juga disebut beraliran humanistik karena teori-teorinyamenekankan pada kualitas-kualitas yang membedakan manusia dari binatang (kebebasan untuk memilih atau freedomof choice dan kemampuan untuk mengarahkan perkembangannya sendiri atau self directioll).

Banyak ahli juga menyebut teori mereka sebagai “self theorities”, karena teori-teori mereka memang membahas pengalaman-pengamalan batin, pribadi, yang berpengaruh terhadap proses pendewasaan diri seseorang.

Tokoh-tokoh utama pendekatan ini adalah C.R. Rogers dan A.H. Maslow.

Seperi Freud, Rogers mengembangkan teorinya dari penelitian tentang orang-orang yang
mengalami gangguan emosional (Rogers dalam Atkinson dkk, 1993). Rogers terkesan pada apa yang dilihatnya sebagai kecenderungan bawaan individu untuk bergerak kearah pertumbuhan, kematangan, dan perubahan positif. Dalam terapi non-directive atau terapi _client-centered_nya, Rogers berasumsi bahwa setiap individu mempunyai motivasi dan kemampuan untuk berubah dan bahwa kita adalah pakar yang paling baik untuk diri kita sendiri. Peranan terapis adalah untuk menjadi “papan gema” pada saat individu menjajagi dan menganalisis masalahnya.

Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan psikoanalisis; dimana terapis menganalisis riwayat pasien untuk menentukan masalahnya dan merancang tindakan perbaikan. Konsep yang paling penting dalam teori kepribadian Rogers adalah self. Self terdiri dari semua gagasan, persepsi dan nilai yang menentukan karakteristik I atau me; serta mencakup kesadaran tentang “siapa saya” dan “apa yang dapat saya lakukan”.

Sebaliknya, self yang dihayati ini akan mempengaruhi persepsi seseorang tentang dunia maupun perilakunya. lndividu yang mempunyai konsep diri kuat dan positif akan memandang dunia dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan individu yang mempunyai konsep diri lemah. Konsep diri tidak selalu mencerminkan realitas; orang yang sangat terpandang dan sukses mungkin memandang dirinya sendiri sebagai orang yang gagal.