Apa Saja Keutamaan Seorang Ibu dari Sisi Agama Islam?

Hari ini, tepat tanggal 22 Desember, kita merayakan hari Ibu.

Begitu mulianya ibu kita, sehingga ada hari khusus untuk merayakannya.

Bagaimana pandangan Islam dalam melihat seorang Ibu ?

Kata ibu secara aterminologi yang dinyatakan oleh Abu Al ‘Aina Al Mardhitah dalam bukunya Apakah ANda Umi Sholihah? Bahwa ibu merupakan status mulia yang pasti akan disandang oleh setiap wanita normal. Ibu merupakan tumpuan harapan penerus generasi, diatas pundaknya terletak suram dan cemerlangnya generasi yang akan lahir.

Ibu merupakan orang pertama yang menjadi contoh dalam pendidikan bagi keluarga serta melindungi anak-anaknya dari kobaran api neraka. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At-Tahrim: 6 yang berbunyi:


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(Q.S. At-Tahrim: 6).

Perintah ini ditujukan kepada keluarga. Namun, dalam hal ini sosok ibu lah yang menjadi prioritas utama dalam mendidik anak di dalam keluarga, karena anak yang diharapkan di dalam keluarga yaitu anak yang sholeh. Dengan demikian realitas ini memberi kesan bahwa pendidikan utama awal bagi anak adalah pendidikan yang diterimanya ketika di rumah.

Pendidikan di rumah sangat penting, karena mempunyai pengaruh besar bagi anak kelak mereka sudah bergaul dan bermasyarakat. Dan ibu yang muslimah atau shalehah lah akan berusaha memberikan pengaruh keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada jiwa anak- anaknya sehingga anak-anaknya tumbuh menjadi muslim yang taat dan terhindar dari api neraka.

Hal ini dipertegas oleh pendapatnya Norma Tarazi dalam bukunya Wahai Ibu Kenali Anakmu yang mengatakan bahwa: “Peran seorang ibu yang bijaksana akan mengevaluasi keadannya dengan seksama, menimbang usaha dan keuntungan dalam mengasuh anak dan merawat rumah. Keadaanya yang terdahulu harus menjadi dasar, ukuran dan landasan bagi tanggung jawabnya memenuhi hak-hak setiap anggota keluarga”.

Sedangkan, Khatib Ahmad Santhut dalam bukunya Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spritual Anak dalam Keluarga Muslim yang mengatakan bahwa: “peran seorang ibu itu senantiasa mempersiapkan diri untuk mengasuh anak dan rela berkorban untuknya baik di waktu istirahat atau sibuk. Dia akan tetap sabar. Sikap pengasih inilah yang sering membuat ibu tidak dapat tidur meskipun anaknya terlelap.”

Adapun di dalam menjalankan peran, ibu harus membekali dirinya sebaik mungkin dengan bekal yang bisa membantunya dalam memainkan peran yang amat penting. Yaitu dalam membimbing anak dengan bimbingan yang bisa menjaga anak dari keburukan dan terbentuklah pribadi yang sholeh.

Hal ini pun dipertegas oleh Lydia Harlina Martono,dkk dalam bukunya Mengasuh dan Membimbing Anak dalam Keluarga yang menyatakan bahwa “mengasuh dan membimbing anak ialah mendidik anak agar kepribadian anak dapat berkembang dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab”.

Sedangkan Ali Qaimi dalam bukunya Buaian Ibu membagi jenis-jenis bimbingan yang tujuannya agar kaum ibu bertanggung jawab dalam membimbing anak dengan sebaik-baiknya, diantaranya:

  • Bimbingan pemikiran, maksudnya seorang ibu penting sekali memberikan bimbingan berupa pemikiran atau jalan yang akan dilaluinya dengan baik, tak lupa ibu membimbingnya dan menjauhkannya dari pikiran-pikiran buruk, pendapat yang tidak masuk akal dan janganlah mencela rasa ingin tahu anak dikala bertanya. Dengan begitu, sang anak mampu mengenali dirinya, mengikuti akalnya dalam berbuat serta berkepribadian baik.
  • Bimbingan kebudayaan, maksudnya seorang ibu harus bersikap lebih hati-hati dalam mengenali kebudayaan kepada anak. Kebudayaan terbentuk dari seorang ibu yang membimbing anak melalui bahasa. Dengan bahasa ibu dan anak akan bertukar pikiran. Sehingga terbentuklah sebuah kebudayaan, nilai-nilai etika dan nilai-nilai perbuatan.
  • Bimbingan kemasyarakatan, maksudnya seorang ibu perlu sekali membimbing anak tentang hubungan sosial, mulai dari cara bergaul anak dengan orang yang disekelilingnya yaitu ibu, ayah, kakak, adik serta tetangga dan lain seterusnya. Dengan begitu anak tumbuh menjadi anak yang realistis.
  • Bimbingan akhlak, maksudnya dalam genggaman seorang ibulah anak melihat, meniru serta mempraktikan apa yang anak lihat dan dengar dari seorang ibu. Karena cara yang digunakan ibu dalam menanamkan akhlak pada pribadi anak sangatlah menentukan bagi kepribadiannya.
  • Bimbingan agama, maksudnya seorang ibulah yang menjadi figur pertama bagi anak dalam memahami agama. Karena dengan bimbingannya melalui perilaku, perkataan, sholat, doa serta perbuatan baik lainnya, anak akan mengenal dengan penciptanya dengan baik.

Keutamaan Ibu


Seorang ibu adalah sosok istimewa yang diciptakan Allah SWT didalam kehidupan ini. Lebih dari itu, seorang ibu adalah gambaran manusia yang menakjubkan. Bagaimana tidak, dengan tampilan kekuatan fisik yang kerap kali dipandang rentan, Seorang ibu ternyata memiliki kekuatan lain yang tidak terduga. Dia memiliki energi dan ketahanan yang jauh melampaui laki-laki (bapak). Bahkan peran yang dimainkannya dalam kehidupan ini, tidak tanggung-tanggung. Jika umumnya kaum laki-laki (bapak) hanya memainkan satu atau dua peran, ternyata seorang ibu bisa memainkan peran lebih banyak lagi.

Atas peran dan tanggung jawab besar yang dimainkan seorang ibu, maka adalah suatu kebenaran Allah SWT melalui utusannya Muhammad Rasulullah, menjelaskan bahwa surga seorang anak manusia berada dibawah telapak kaki ibu. Tentu saja itu adalah metafora. Meski begitu, kebenaran ajaran (inti) yang dikandungnya sangat jelas, yaitu menunjukkan bahwa ridho orangtua (khususnya ibu) terhadap anaknya sangatlah penting.

Ketika Islam datang, kedudukan seorang ibu menjadi begitu agung dan mulia. Sehingga seorang anak harus mengutamakan kepentingan ibunya diatas kepentingan pribadinya sendiri. Bahkan lebih dari itu, seorang ibu ditinggikan derajatnya tiga kali lipat dibanding laki-laki (ayah).

Pendapat umum mengatakan bahwa tiga tingkat derajat bagi seorang ibu merupakan hal yang sangat tepat. Boleh jadi, pendapat ini berkembang dari perbandingan fisik peran alami antara seorang wanita dan seorang laki-laki. Maksutnya adalah tiga derajat tersebut mewakili tiga peran seorang ibu yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh seorang ayah. Bila seorang ayah mencari nafkah alias bekerja, maka sesungguhnya seorang wanita pun bisa melakukannya. Tetapi, seorang ayah tidak bisa melakukan ketiga peran lain yang dimiliki seorang ibu yang berupa mengandung, melahirkan, dan menyusui. Belum lagi, merawat si jabang bayi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan hingga kelar si bayi menjadi seorang dewasa yang berguna.

Lebih lanjut, ketinggian derajat dan keagungan seorang ibu adalah karena jasanya yang begitu besar terhadap kita, putra-putrinya. Dan, jasa tersebut tidak mungkin terbalaskan, meski kita menggantinya dengan segunung emas sekalipun. Seluruh amal kebaikan yang kita lakukan untuknya pun belum cukup membalas kebaikan dan jasa yang diberikannya kepada kita. Sesungguhnya, setiap orang harus tahu kenyataan ini dan mengingatnya untuk selama-lamanya agar dia memahami arti kemuliaan seorang ibu. Sehingga, dengannya pula, dia tidak berbuat hal-hal yang menjatuhkan martabatnya.

Allah Swt. Telah menunjukkan secara gamblang bahwa keramat hidup sebenarnya –bisa membuat hidup mereka mulia dan sukses- ada didekat mereka sendiri, yaitu seorang ibu yang melahirkan mereka. Seorang ibu dengan doa-doa tulus yang dipanjatkannya untuk putra-putrinya itulah yang menjadi jalan pembuka bagi kesuksesan dan kemuliaan hidup. Doa seorang ibu mampu menggetarkan langit dan seisi dunia. Ridha dan murka Allah pun bergantung dari ridha dan murka kedua orangtua (terutama seorang ibu).

Rasulullah Saw. Bersabda :

“Ridha Allah bergantung kepada ridha orangtua, dan murka Allah bergantung kepada murka orangtua.” (HR. Tirmidzi).

Dari penjelasan hadist Rasulullah diatas, menjadi semakin jelas bahwa betapa keramat hidup tersebut tidak pernah jauh dari kita. Seorang ibu adalah keramat hidup yang sesungguhnya. Untuk mencapai kemuliaan dan kesuksesan yang kita idam-idamkan, rasanya tidak perlu lagi kita “menyiksa diri” dengan berkelana kesana- kemari, mendaki bukit dan keluar masuk hutan demi mencari sebuah tempat yang kita anggap keramat. Cukup bagi kita berbuat baik kepada ibu kita, menyayanginya, dan meminta restunya dalam setiap rencana dan hajat kita. Insyaallah, semua yang menjadi keinginan kita akan tercapai. Dan kitapun akan hidup mulia.