Apa saja kemampuan Jin yang istimewa menurut pandangan manusia ?

Jin

Apa saja kemampuan Jin yang istimewa menurut pandangan manusia ?

Beberapa kemampuan jin yang lebih dibandingkan kemampuan manusia antara lain :

1. Mencuri Informasi dari Langit

Orang-orang yang mengakui adanya jin menganggap jin sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan yang luar biasa. Salah satunya adalah kemampuan untuk mencuri informasi dari langit. Kemampuan ini disebutkan dalam Qur’an,

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, Maka Kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, Dan sesungguhnya Kami dahulu dapat menduduki beberapa
tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya), tetapi sekarang, Barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).(Q.S. Jin/ 72: 8-9).

Al-Maraghi menafsirkan (lamasna as-sama’a) dengan mereka mencari kabar seperti tentang kejadian-kejadian. Quraish Shihab menafsirkannya dengan mencoba menuju ke sana (langit) untuk mengetahui percakapan para malaikat. Selain tertulis dalam mushaf Qur’an, informasi tentang kemampuan jin untuk mencuri berita di langit juga terekam dalam hadis. Imam Bukhari dalam Kitab Shahih-nya meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda:

Apabila Allah telah menetapkan suatu ketetapan, para malaikat menundukkan sayap mereka petanda tunduk pada ketetapan-Nya, bagai rantai yang menyentuh batu yang halus serta takut kepada-Nya, apabila ketakutan mereka telah reda, (sebagian) mereka bertanya kepada sebagian yang lain: “Apa yang disampaikan Tuhan yang haq, Dia mahatinggi lagi mahabesar” (sambil menyampaikan apa yang ditetapkan Allah). Ketika itu, para jin yang mencuri-curi pendengaran dalam keadaan seperti ini (perawi hadis ini menunjukkan tangan kanannya dengan merenggangkan jari-jarinya satu di atas yang lain) terkena semburan api sehingga membakarnya, dan boleh jadi juga dia luput dari semburannya sehingga ia menyampaikannya kepada jin yang ada di bawahnya dan akhirnya sampai di bumi dan diterima oleh para tukang sihir atau tenung lalu ia berbohong seratus kebohongan dan ia dipercaya. Orang-orang yang mendengar dan mempercayainya berkata: “Bukankah pada hari ini dan itu ia menyampaikan kepada kita ini dan itu, dan ternyata benar?” Yakni benar menyangkut apa yang didengar dari langit.

Dapat dilihat dari ayat tersebut bahwa jin dulunya mampu untuk leluasa mendengar apa saja yang kemudian mereka menginformasikannyakepada peramal-peramal. Tetapi, terjadi perbedaan pendapat apakah jin sekarang masih mempunyai kemampuan tersebut.

Hadis dari Imam Bukhari tersebut mendukung pendapat yang menyatakan jin masih meiliki kemampuan tersebut tapi kemampuan tersebut sudah sangat terbatas. Ibn Khaldun menyatakan bahwa jin hanya terhalangi mendengar berita tentang diutusnya nabi Muhammad, selain itu mereka tidak terhalangi. Sementara itu, ulama lain berpendapat bahwa setelah diutusnya Muhammad, kemampuan itu tidak dimiliki jin lagi karena langit telah dijaga.

2. Melakukan Pekerjaan Berat

Mayoritas umat Islam percaya kalau jin memiliki kemampuan yang luar biasa. Salah satu yang dijadikan dasar dari kepercayaan tersebut adalah ayat Qur’an yang berbicara tentang sayembara yang dibuat oleh nabi Sulaiman kepada rakyatnya untuk membawa singgasana ratu Balqis ke hadapannya. Ketika itu, ‘Ifrit, dari golongan jin, mengaku bahwa dia mampu membawa singgasana ratu Balqis ke hadapannya sebelum Sulaiman beranjak dari tempat duduknya seperti yang dinyatakan dalam Q.S. an-Naml/ 27: 39,

Artinya: berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.

Menurut al-Maraghi, ‘ifrit dari golongan manusia adalah orang jahat yang licik yang berbuat jahat pada temannya, sedangkan ifrit dari jin adalah setan.

Sedangkan dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa ifrit artinya adalah jin yang sangat kuat. Quraish Shihab menafsirkan ifrit dengan yang sangat kuat lagi sangat cerdas dan tidak dapat dicederai, tidak juga dapat terkalahkan. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa jin menyatakan dirinya mampu membawa singgasana ratu Balqis sebelum nabi Sulaiman berdiri dari tempat duduknya.

Meskipun ‘Ifrit mengaku dapat membawa singgasana ratu Balqis sebelum Sulaiman berdiri dari tempat duduknya, ada lagi yang mampu membawa singgasana ratu Balqis sebelum mata Sulaiman berkedip. Hal ini terdapat dalam Q.S. an-Naml/ 27: 40

Artinya: berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari aI-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seseorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab mengaku bahwa ia sanggup membawa singgasana tersebut sebelum mata Sulaiman berkedip. Ulama berbeda pendapat tentang siapakah orang tersebut. Maulana Muhammad Ali menjelaskan bahwa orang itu adalah orang Israel, lawan orang Amalek yang disebutkan dalam ayat sebelumnya.

Fakhr ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan ada dua pendapat tentang seseorang tersebut. Ada yang mengatakan ia termasuk malaikat, sementara pendapat lain mengatakan termasuk manusia. Adapun yang mengatakan pendapat pertama menyatakan bahwa itu adalah Jibril, malaikat yang diutus Allah kepada nabi Sulaiman. Adapun yang berpendapat ia termasuk manusia, juga terdapat perbedaan.

  • Pertama, pendapat Ibnu Mas’ud yang menyatakan bahwa ia adalah nabi Khidir as.

  • Kedua, pendapat yang masyhur dari Ibnu ‘Abbas yang menyatakan bahwa dia adalah Asif bin Burkhayya, menteri Sulaiman. Ia dalah orang yang jujur, terkenal jika berdoa diijabahi.

  • Ketiga, pendapat Qatadah yang menyatakan bahwa manusia laki-laki yang mempunyai ilmu.

  • Keempat, pendapat Ibnu Zaid yang menyatakan bahwa ia adalah lelaki sholeh di daratan dan lautan.

  • Kelima, ia adalah nabi Sulaiman sendiri, dan orang yang diajak bicara adalah ‘ifrit, dan nabi Sulaiman ingin menunjukkan mukjizatnya.

Selain itu, Qur’an menggambarkan bahwa jin juga mempunyai keahlian lain. Ini terekam dalam Q.S. as-Saba’/ 34: 13,

Artinya: Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.

Ayat tersebut menerangkan bahwa para jin bekerja untuk nabi Sulaiman dan membuat barang-barang sesuai perintah Sulaiman.

  • Kata maharib menurut Quraish Shihab adalah benuk jamak dari kata mihrab yang berarti tempat melempar, hirab (semacam lembing). Kemudian kata ini diartikan sebagai benteng. Kata ini berkembang maknanya dan dapat diartikan sebagai tempat shalat. Seakan-akan tempat itu digunakan untuk memerangi setan. Dalam perkembangan lebih jauh, kata mihrab diartikan sebagai tempat berdirinya imam untuk memimpin shalat, tetapi bukan makna ini yang dimaksud ayat tersebut. Al-Maraghi juga berpendapat bahwa maharib adalah bentuk jamak dari mihrab. Tapi, menurutnya kata itu berarti tempat yang tinggi.

  • Quraish Shihab menyatakan bahwa kata tamasil merupakan bentuk plural dari timsal berarti sesuatu yang bersifat material, berbentuk dan bergambar. Menurut al-Maraghi tamasil adalah patung-patung. Sedangkan dalam tafsir Jalalain, dijelaskan bahwa tamasil yang merupakan bentuk jamak dari timsal adalah segala sesuatu yang dibuat menurut gambaran objek yang dipahatnya. Maksudnya adalah patung-patung yang terbuat dari tembaga dan ada pula yang terbuat dari kaca atau batu pualam.

  • Dalam tafsir al-Mishbah disebutkan bahwa kata jifan adalah bentuk jamak dari jafnah yang bermakna piring atau tempat makanan. Wadah atau piring-piring itu sedemikian besar sehingga dilukiskan seperti al-jawabi, yaitu bentuk plural dari kata jabiyah yakni kolam yang luas lagi dalam. Disebutkan dalam tafsir Jalalain bahwa jifan ka al-jawabi adalah piring besar yang dapat dipakai untuk makan seribu orang.

  • Menurut Quraish Shihab, kata qudur adalah bentuk jamak dari kata qidir yang berarti periuk yang menjadi tempat untuk memasak. Ia demikian besar sebagaimana dilukiskan dengan kata rasiyat yang bermakna mantap/ tidak bergerak. Konon, periuk itu digunakan untuk memasak makanan bala tentara Sulaiman.

Dapatlah disimpulkan bahwa jin mempunyai keahlian yang tinggi sehingga mereka dipercaya oleh Sulaiman untuk membuat benda-benda seperti yang tercantum dalam ayat tersebut.

Namun, melihat keahlian-keahlian tersebut, Maulana Muhammad Ali punya pandangan lain. Dia berpendapat bahwa keahlian-keahlian yang dimiliki jin itu menunjukkan bahwa jin adalah manusia, bukan makhluk halus seperti yang dipercayai oleh orang banyak.

Referensi :

  • Abi al-Husain Muslim bin al-Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi, al-Jami’ as-Sahih, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992)
  • Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th)
  • M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,(Jakarta: Lentera Hati, 2003).
  • Umar Sulaiman al-Asyqar, Alam Makhluk Supernatural, terj. S. Ziyad Abbas, (Jakarta: C.V. Firdaus, 1992)