Apa saja Kategori Perilaku Bunuh Diri dan bagaimana penjelasannya?

Perilaku bunuh diri dapat dibagi sesuai dengan “keparahannya”. Apa saja kategorinya? Apa yang membedakan kategori satu dengan yang lain?

Bunuh diri

Bunuh diri adalah bentuk pelarian parah dari dunia nyata, atau lari dari situasi yang tidak bisa ditolerir, atau merupakan bentuk regresi ingin kembali pada keadaan nikmat, nyaman dan tentram. (Kartono, 2000)

Sosiolog Emile Durkheim (1897) membedakan bunuh diri menjadi empat jenis yaitu : (Upe, 2010)

  1. Bunuh diri egoistik, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan kesatuan sosialnya,

  2. Bunuh diri altruistik, yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi antar sesama individu yang satu dengan yang lainnya sehingga menciptakan masyarakat yang memiliki integritas yang kuat, misalnya bunuh diri harakiri di Jepang,

  3. Bunuh diri anomi, yaitu tipe bunuh diri yang lebih terfokus pada keadaan moral dimana individu yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan dan norma dalam hidupnya,

  4. Bunuh diri fatalistik, tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas oleh Durkheim. pada tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi di mana nilai dan norma yang berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri fatalistik terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat dan terasa berlebihan.

Menurut Kartono (2000) bunuh diri dapat digolongkan dalam dua tipe, yaitu :

  1. Bunuh diri konvensional, adalah produk dari tradisi dan paksaan dari opini umum untuk mengikuti kriteria kepantasan, kepastian sosial dan tuntutan sosial. Misalnya harakiri yang dilakukan di Jepang, mati obong yang dilakukan semasa kerajaan jawa-bali untuk menunjukkan kesetian pada suami yang telah meninggal ataupun Suttee atau membakar diri sendiri yang dilakukan oleh janda di India tengah pada saat penguburan suaminya. bunuh diri ini sudah banyak yang dihapuskan, sebagian dipengaruhi bangsa-bangsa lain atau oleh tekanan bangsa lain, dan sebagian lagi karena adanya banyak perubahan pada kondisi-kondisi sosial.

  2. Bunuh diri personal, bunuh diri ini banyak terjadi pada masa modern, karena orang merasa lebih bebas dan tidak mau tunduk pada aturan dan tabu perilaku terentu. Orang tidak ingin terikat oleh kebiasaan-kebiasaan dan konvensi-konvensi yang ada untuk memecahkan kesulitan hidupnya. Sebaliknya, mereka mencari jalan singkat dengan caranya sendiri, yaitu bunuh diri untuk mengatasi kesulitan hidupnya, atas keputusannya sendiri. Karena itu peristiwa bunuh diri adalah bentuk kegagalan seseorang dalam upayanya menyesuaikan diri terhadap tekanan-tekanan sosial dan tuntutan-tuntutan hidup.

Selain itu juga terdapat bunuh diri yang dilakukan dengan adanya bantuan dari seorang dokter atau tenaga medis, bunuh diri ini disebut Euthanasia, yaitu tindakan menghilangkan rasa sakit pada penderita penyakit yang sulit diobati atau menderita sakit keras.

Ada dua tipe Eutanasia yaitu Eutanasia aktif dan Eutanasia pasif

  • Eutanasia aktif terjadi apabila kematian disebabkan oleh suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan untuk mengakhiri hidup seseorang, seperti dengan injeksi obat yang mematikan dan

  • Eutanasia pasif terjadi ketika seseorang diizinkan mati dengan mencabut perawatan yang tersedia, seperti perlengkapan terapi penopang hidup misal mencabut alat bantu pernafasan. (Santrock, 2002)

Hal ini bermula sekitar awal tahun 1990-an ketika seorang dokter asal Michigan, Jack Kevorkian membantu seorang wanita asal Oregon berusia 54 tahun yang menderita Alzheimer tahap awal, suatu penyakit otak degeneratif dan fatal, dalam kondisi belum menggalami kerusakan fisik yang serius, ia dibantu Kevorkian untuk menekan tombol pada sebuah mesin yang dirancang Kevorkian untuk menyuntikan obat yang menciptakan kondisi tidak sadar dan dosis mematikan potasium klorida yang menghentikan denyut jantungnya.

Selama sepuluh tahun ia berperan aktif membantu seratus orang yang menggalami penyakit mematikan mengakhiri hidup mereka, dari sini kemudian diketahui banyak praktek-praktek dokter yang mencabut kabel dari pasien yang telah mati otaknya, namun tetap bertahan hidup secara fisik dengan menggunakan peralatan yang canggih. (Davison. 2006:436)