Apa saja kaidah utama dalam Minimum Viable Product (MVP) ?

MVP atau Minimum Viable Product adalah hal yang penting dalam proses pembuatan sebuah produk. Apa saja kaidah yang harus diingat dalam membuat MVP?

Kebanyakan perusahaan perangkat lunak pasti memahami bahwa mereka harus menggunakan proses pengembangan produk yang iteratif, dimulai dengan membuat Minimum Viable Product (MVP), kemudian mengumpulkan feedback dari pengguna awal, lalu melakukan rilis fitur baru dengan segera.

Namun, ternyata perusahaan-perusahaan ini hanya mengetahui teorinya saja, sedangkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara mengimplementasikannya, ataupun bagaimana membuat lingkungan yang memang mendukung untuk melakukan pergerakan yang cepat untuk merilis update pada produk mereka.

Terdapat 3 Kaidah utama yang harus diikuti dalam membuat sebuah Minimum Viable Product, yaitu:

  1. Minimum Viable Product tidak perlu menjadi produk yang sebenarnya
    MVP tidak perlu menjadi sebuah produk yang memiliki fitur lengkap seperti visi awal, dimana harus men-deliver segala value yang ditawarkan ketika awal pencanangan project, namum produk tersebut cukup dalam bentuk yang minimal, yang kira-kira bisa menjadi sarana mendapatkan validasi, riset, dan sumber pembelajaran untuk tahapan selanjutnya pada proses iteratif yang kita lakukan.

  2. Jangan takut dengan kemungkinan komentar buruk dari tentang MVP anda
    Ketika awal anda membuat sebuah perusahaan baru, akan terasa bahwa kesuksesan ataupun kegagalan dapat terjadi dalam sekejap. Hal ini sebenarnya adalah dorongan yang bagus, karena akan memaksa anda untuk bekerja lebih keras dan lebih cerdas.

    Namun salah satu sisi buruk dari hal diatas adalah rasa bahwa orang lain akan memiliki kepedulian yang sama tentang perusahaan anda, sama seperti rasa peduli yang anda rasakan. Hal ini akan mendorong anda menjadi seorang yang terlalu perfeksionis, yang tidak mau mengeluarkan produk sampai seluruh fiturnya benar-benar sesuai harapan

    Akibat dari hal diatas, jadwal rilis dari produk anda pun menjadi semakin mundur. Padahal, pada dasarnya MVP bukanlah produk yang harus terlihat baik, karena dari definisinya sendiri, MVP adalah produk yang paling minimum yang fungsi dasarnya dapat digunakan sebagai gambaran awal tentang produk anda, dan tidak jarang memiliki berbagai bug, error, dan banyak fitur-fitur lain yang belum jadi dengan sempurna pula.

    Karena merasa takut merilis produk yang kurang sempurna, padahal produk itu memang masih pada tahap MVP, yang notabene bukan produk versi komplitnya, anda justru tidak mendapatkan data apapun karena harus terus menunda peluncuran produk yang sudah sempurna.

    Cara pikir ini kemudian terus berlanjut berbulan-bulan hingga pada akhirnya karena fitur yang diinginkan tidak kunjung selesai, terpaksa anda harus meluncurkan produk tersebut. Memang pada akhirnya anda memiliki produk yang lebih baik daripada beberapa bulan sebelumnya, namun anda telah membuang waktu berbulan-bulan hanya untuk mempercantik tampilan. Fitur yang menjadi penyebab ditundanya peluncuran di awal pun tidak selesai juga pada akhirnya.

    Rasa takut akan membuat perusahaan terlihat buruk di awal memang logis, namun jika hal tersebut secara terus-menerus mengakibatkan berbagai penundaan yang sia-sia, sebaiknya segera dihilangkan kebiasaan tersebut.

  3. Tetap terus lakukan MVP
    Ketika anda telah berhasil membuat sebuah MVP yang dapat membuktikan sebuah hipotesis, maka lanjutkan dengan membuat MVP baru yang akan menentukan hipotesis selanjutnya terbukti atau tidak.

    Lakukan hal ini terus menerus hingga anda berada pada posisi yang mantap untuk melanjutkan proses pengembangan produk anda. Setelah melakukan pembuatan MVP berkali-kali, maka produk yang anda miliki sekarang akan jauh lebih kompleks dan lebih kaya fitur dibandingkan MVP pertama.

    Proses yang inkremental ini adalah efek samping dari metodologi lean startup, dimana anda terus mencoba mencari cara belajar dengan usaha yang paling sedikit, meluncurkan produk dengan lebih cepat, namun dengan kualitas produk yang lebih baik, serta pelanggan yang lebih bahagia.

Sumber: