Apa saja jenis puisi pada sastra anak?

Ada berbagai jenis puisi, sastra anak juga memiliki jenis puisi tersendiri. Apa saja jenis puisi pada sastra anak?

Dalam konteks puisi untuk anak-anak , Huck (1987) merekomendasikan adanya tujuh tipe/bentuk puisi untuk anak-anak yaitu; (1) balada, (2) puisi naratif, (3) liris ( lyrical ), (4) limerik, (5) sajak bebas ( free verse ), (6) haiku , dan (7) puisi kongret. Sementara Stewig (1980) menambahkan jenis cinquain dan akrostik dalam daftar jenis puisi di atas.

Anak-anak ternyata lebih tertarik terhadap gagasan suatu puisi daripada mengetahui berbagai macam tipe/bentuk puisi. Meskipun demikian, guru perlu memperkenalkan kepada anak-anak tentang berbagai macam tipe/bentuk puisi untuk kemudian mencatat reaksi mereka.

Pemahaman serta apresiasi terhadap berbagai tipe/bentuk puisi akan tubuh secara beransur-ansur. Dan untuk itu langkah-langkah perkenalan perlu dilakukan sejak dini.

1. Balada

Balada merupakan puisi naratif yang telah diadaptasikan untuk nyanyian atau yang memberikan efek terhadap lagu. Karakteristik balada seringkali menggunakan repetisi, rima, dan ritme yang ditandai serta refrain yang kembali saat balada dinyanyikan. Balada biasanya berkaitan dengan perbuatan heroik dan mencakup kisah pembunuhan, cerita yang tak terbalas, perseteruan serta tragedi.

Dikaitkan dengan puisi balada untuk anak-anak salah satu alternatif yang dapat dipilih adalah:

(a) menyeleksi puisi-puisi balada yang diciptakan oleh penyair;

(b) menyeleksi lagu-lagu balada yang telah ada selama ini;

© memanfaatkan puisi-puisi balada.

Khusus untuk dua butir pertama seleksi didasarkan atas kesesuaiannya dengan kehidupan anak-anak, serta kebermaknaan bagi mereka.

2. Sajak/Puisi Naratif

Puisi naratif merupakan salah satu bentuk puisi (anak-anak) yang menceritakan suatu kejadian khusus atau episode cerita yang panjang. Jenisnya dapat berupa lirik, soneta, atau ditulis dalam bentuk sajak bebas, tetapi persyaratannya harus dipenuhi, yakni harus menceritakan kisah/cerita tertentu yang sebenarnya tidak ada ceritanya.

Di Amerika Serikat, puisi naratif klasik yang digemari oleh anak-anak adalah kisah Santa Claus, atau Sinterklas. Tokoh ini digambarkan ke luar malam-malam menjelang natal untuk membagi-bagi hadiah kepada anak-anak. Puisi naratif lain yang disenangi anak-anak (Amerika) usia di bawah tujuh tahun adalah cerita binatang.

3. Liris/Lyrical

Puisi jenis ini biasanya bersifat pribadi/deskriptif tanpa ditetapkan panjangnya atau strukturnya kecuali pada unsur melodinya. Sudjiman (1986:47) mengemukakan batasan lirik sebagai karya sastra yang berisikan curahan perasaan pribadi, yang mengutamakan lukisan perasaannnya. Satu hal yang mencolok pada liris/lirik adalah kebernyanyian atau singingness kata-katanya, sehingga anak-anak merasa senang. Pada puisi liris/lirik orkestrasi bunyi sangat dominan.

4. Limerik

Puisi limerik merupakan sajak lima baris dengan baris pertama dan keduanya berimaan ( rhyming ), baris ketiga dan keempat bersifat persetujuan ( agreeing ), dan baris kelima biasanya berisi pengakhiran ( ending ). Pada ending biasanya dinyatakan dengan kejutan atau humor, … usually ending in a surprise or humoris statement (Huck, 1987:409). Puisi jenis ini juga ditandai oleh adanya nada humor, keganjilan dan keanehan pengucapan.

Anak-anak pada usia tingkat pertengahan sudah dapat menikmati puisi limerik, hal ini disebabkan oleh kemampuan berpikir mereka yang sudah pada tingkat berpikir simbolis dan abstrak.

5. Haiku

Jenis puisi Haiku merupakan salah satu bentuk puisi Jepang kuno yang berkembang sekitar abad ke-13 Masehi. Haiku terdiri atas tujuh belas suku kata.

Baris pertama dan ketiga berisi lima suku kata, dan baris kedua terdiri atas tujuh suku kata. Hampir setiap haiku dapat dipilih menjadi dua bagian yakni,

(i) uraian yang berisikan acuan (langsung atau tidak langsung biasanya pada cuaca);

(ii) berisikan pernyataan tentang mood atau suasana hati.

Hubungan kedua bagian itu disiratkan, baik kesamaannya maupun perbedaan penceritaannya.

Untuk sasaran anak-anak SD kita, bentuk haiku tampaknya belum dikembangkan menjadi bahan apresiasi sastra atau bahan pertimbangan pembinaan keterampilan menulis kreatif.

6. Sajak Bebas ( Free Verse ) dan Akrostik

Sajak bebas tidaklah memiliki rima tetapi untuk bentuk puitiknya bergantung pada ritme. Sehubungan dengan hal tersebut, Panuti Sudjiman (1986) menyatakan bahwa sajak bebas merupakan sajak tanpa pola matra dan panjang larik, tak terikat pada konvensi struktur, dan pokok isi disusun berdasarkan irama alamiah.

Puisi akrostik merupakan puisi yang sudah dikenal anak terutama siswa jenjang sekolah dasar. Puisi ini merupakan jenis puisi yang sangat mudah dipahami dan ditulis oleh anak terutama karena prosedur penulisannya. Puisi Akrostik ditulis dengan cara mengembangkan larik-larik dalam puisi melalui pengembangan huruf yang tersusun ke bawah membentuk sebuah kata.

7. Cinquain

Jenis puisi lain yang cukup sederhana adalah puisi cinquain. Jenis puisi ini cocok digunakan sebagai bahan pengajaran puisi di sekolah dasar. Seperti halnya puisi jenis haiku , puisi cinquain juga puisi yang didasarkan pada jumlah suku kata yang diajarkan kepada siswa secara prosedural melalui tahapan-tahapan.

Mulai dari bagian awal puisi sampai pada bagian akhir puisi digunakan larik dengan jumlah suku kata tertentu. Puisi ini diawali dengan dua suku kata pada larik pertama, empat suku kata larik kedua, enam suku kata pada larik ketiga, delapan suku kata pada larik keempat dan dua suku kata pada larik terakhir.