Apa saja jenis penyakit berbahaya pada Ikan Nila ?

penyakit ikan nila

Penyakit pada ikan nila terjadi jika ikan (inang), hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan.

Apa saja jenis penyakit berbahaya pada Ikan Nila ?

Jenis Penyait Berbahaya pada Ikan Nila

Terdapat 4 jenis penyakit yang cukup berbahaya bagi ikan nila:

  1. Penyakit Parasit pada Ikan Nila yang Disebabkan Oleh Trichodina sp.
    Trichodina sp. adalah mikroorganisme parasit yang sering menyerang ikan air tawar, seperti ikan nila. Trichodina sp. biasanya menyerang bagian luar tubuh ikan, yaitu kulit, sirip dan insang. Gejala serangan Trichodina sp. pada ikan nila yaitu terlihat adanya luka pada bagian tubuh ikan yang diserang.

  2. Penyakit Parasit pada Ikan Nila yang Disebabkan Oleh Epistylis spp.
    Epistylis spp. merupakan mikroorganisme parasit yang sering menyerang bagian luar tubuh ikan nila. Bagian tubuh yang sering diserang Epistylis spp. adalah kulit, sirip ikan dan insang. Gejala serangan terlihat adanya perubahan warna insang menjadi merah kecoklatan, gangguan pernapasan pada ikan/ikan sulit bernapas, gerakan ikan lambat, dan pertumbuhan ikan terhambat. Penyakit ini menular melalui kontak langsung antara ikan yang sakit dengan ikan sehat.

  3. Penyakit Jamur pada Ikan Nila yang Disebabkan Oleh Saprolegniasis
    Saprolegniasis adalah organisme sejenis jamur/cendawan yang sering ditemukan pada kolam pembenihan ikan nila. Saprolegniasis sering menyerang telur-telur ikan nila, larva dan benih ikan nila. Penyakit ini biasanya menyerang bagian luar tubuh ikan. Gejala serangan terlihat seperti benang-benang halus berwarna putih sampai putih kecoklatan.

  4. Penyakit Bercak Merah pada Ikan Nila
    Penyakit bercak merah pada ikan nila disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas. Kedua jenis bakteri ini biasanya menyerang bagian luar dan organ dalam tubuh ikan. Gejala serangan penyakit bercak merah pada ikan nila yaitu terjadinya pendarahan pada bagian tubuh yang terserang, sisik ikan nila terkelupas, menimbulkan borok pada kulit ikan nila, perut membusung, dan terjadi pendarahan pada organ hati, ginjal dan limpa. Gejala lain yaitu gerakan ikan melemah dan sering muncul kepermukaan kolam.

Sumber:

Penyakit berbahaya yang ada pada ikan Nila kebanyakan disebabkan oleh bakteri jahat. Bakteri yang menginfeksi ikan nila antara lain A. hydrophila, Corynebacterium sp., Enterobacteria sp., Listeria sp., Pseudomonas sp., Plesiomonas sp. dan Kurtiha sp.

Deskripsi bakteri yang ditemukan pada ikan nila

Aeromonas hydrophila

A. hydropila merupakan bakteri yang paling banyak di temukan pada sampel ikan yaitu 36.6 %. A. hydropila termasuk ke dalam Gram negatif, dengan warna koloni krem, tepian koloni rata dan elevasi cembung, berbentuk batang, bersifat motil, oksidase dan katalase positif fermentatif, indol positif (Cowan, 1974). Bakteri ini umumnya hidup di air tawar.

Aeromonas sp. bisa muncul setiap saat terutama kondisi lingkungan jelek. Penularan bakteri Aeromonas sp. dapat berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang tercemar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi (2004) bahwa penularan Aeromonas sp. dapat berlangsung melalui peralatan yang tercemar dan ikan yang terinfeksi Aeromonas sp. gerakannya menjadi lebih lambat, lemah dan mudah ditangkap.

Menurut Saragih dkk., (2015) serangan bakteri ini bersifat laten, jadi tidak memperlihatkan gejala penyakit meskipun telah dijumpai pada tubuh ikan. Serangan bakteri ini baru akan terlihat apabila sistem imun ikan menurun akibat ikan stres yang di sebabkan oleh penurunan kualitas air. Bakteri ini ditemukan pada ikan nila yang menunjukan gejala klinis antara lain terdapat luka pada kulit.

Corynebacterium sp.

Corynebacterium sp. merupakan bakteri ke dua yang paling banyak ditemukan yaitu 20 %. Menurut Wilson dan Miles (1975) dalam Suhendi (2009), Corynebacterium sp. merupakan bakteri yang terdapat terutama pada kulit dan membran mukus. Nabib dan Pasaribu (1989) menambahkan bahwa Corynebacterium sp. merupakan penyebab penyakit ginjal pada ikan.

Enterobacteria sp.

Enterobacteria sp. bakteri dari famili Enterobacteriaceae yang bersifat patogen pada ikan. Bakteri ini termasuk dalam gram negatif berbentuk batang. Habitat hidupnya diperairan yang tercemar atau mengandung urine. Bakteri ini dapat ditularkan secara horizontal, yaitu kontak antara inang yang satu dan yang lainnya atau melalui air.

Listeria sp.

Listeria sp. bakteri ini ditemukan pada ikan yang hidup di lingkungan yang terkontaminasi oleh polusi dan limbah. Listeria sp. merupakan bakteri patogen bagi manusia dan hewan (Kwantes dan Isaac, 1975) dalam Suhendi (2009). Salah satu spesies patogen yaitu Listeria monocytogenes yang menyebabkan penyakit Listeriosis. Salah satu gejala listeriosis adalah septisemia, infeksi pada aliran darah.

Pseudomonas sp.

Pseudomonas sp. yang ditemukan pada ginjal ikan, termasuk bakteri Gram

negatif dan bersifat aerob, berbentuk batang pendek, katalase positif, oksidase positif, dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain (Cowan, 1974). Bakteri ini termasuk dalam keluarga Pseudomonadaceae yang menjadi penyebab pada ikan. Bakteri Pseudomonas merupakan patogen oportunistik yang menyerang ikan air tawar dan digolongkan ke dalam kelompok bakteri perusak sirip (bacterial fin rot). Gejala ikan yang terinfeksi bakteri ini adalah: terdapat benjolan merah pada pangkal sirip dada, perut membengkak, tubuh penuh borok, pendarahan pada organ internal, sekitar mulut, opercula dan daerah, terjadi nekrosis pada jaringan limpa dan ginjal.

Plesiomonas sp.

Plesiomonas sp. adalah bakteri kelompok nonspora yang membentuk bacillus, gram negatif, oksidase positif, dan merupakan organisme fakultatif anaerob, yang tersebar meluas di air tawar. Pertumbuhan Plesiomonas sp. di air tawar tergantung pada suhu, ketersediaan hara, dan tingkat cemaran limbah (Arfianto dan Liviawaty, 1992).

Dalam penelitian, sebagian besar pertumbuhan strain Plesiomonas sp. tidak dapat tumbuh pada suhu di bawah 8 - 10°C (Miller, 1986) dalam Suhendi (2009). Dalam kestabilan ekologi kolam, pertumbuhan terbesar Plesiomonas sp. ditemukan dalam lumpur di dasar kolam, tetapi juga sangat tergantung pada air yang teroksigenasi dan toleran terhadap pH tinggi.

Kurtiha sp.

Biasanya terdapat di lingkungan serta feses hewan. Kurthia sp. tidak bersifat patogen dan merupakan flora normal pada perairan ikan salmon.

Scomberomus sp.

Isolasi bakteri dilakukan pada ginjal. Ginjal ikan terletak dibawah kolum vertebrae. Secara makrokopis ginjal ikan teleostei terlihat berwarna coklat tua atau hitam, terbagi atas ginjal anterior dan posterior. Bagian anteriornya berfungsi sebagai organ lomfomieloid, sedangka bagian posteriornya berfungsi sebagai organ ekskretori.

Penyakit Parasit pada Ikan Nila yang Disebabkan Oleh Trichodina sp.

Trichodina sp. adalah mikroorganisme parasit yang sering menyerang ikan air tawar, seperti ikan nila. Trichodina sp. biasanya menyerang bagian luar tubuh ikan, yaitu kulit, sirip dan insang. Gejala serangan Trichodina sp. pada ikan nila yaitu terlihat adanya luka pada bagian tubuh ikan yang diserang.

Pengendalian penyakit kulit, sirip dan insang ikan nila :

  • Mengganti air kolam secara teratur
  • Memasang filter air (bak pengendapan) pada instalasi pengairan kolam
  • Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan garam (NaCl) sebanyak 500-1000 mg/liter selama 24 jam. Atau dengan larutan formalin sebanyak 25 mg/liter.
  • Lakukan pengobatan secara teratur setiap 3 hari sekali sampai ikan benar-benar sembuh.

Penyakit Parasit pada Ikan Nila yang Disebabkan Oleh Epistylis spp.

Epistylis spp. merupakan mikroorganisme parasit yang sering menyerang bagian luar tubuh ikan nila. Bagian tubuh yang sering diserang Epistylis spp. adalah kulit, sirip ikan dan insang. Gejala serangan terlihat adanya perubahan warna insang menjadi merah kecoklatan, gangguan pernapasan pada ikan/ikan sulit bernapas, gerakan ikan lambat, dan pertumbuhan ikan terhambat. Penyakit ini menular melalui kontak langsung antara ikan yang sakit dengan ikan sehat.

Pengendalin penyakit insang, kulit dan sirip pada ikan nila :

  • Mengambil ikan yang sakit dan memeliharanya pada kolam karantina. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan terhadap ikan yang sehat.
  • Menjaga kualitas air,
  • Padat tebar tidak melebihi kapasitas kolam,
  • Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan formalin 200 mg/liter selama 40 menit, atau KMnO4 20 mg/liter selama 15-20 menit,
  • Pengobatan dilakukan beberapa kali sampai ikan sembuh.

Penyakit Jamur pada Ikan Nila yang Disebabkan Oleh Saprolegniasis

Saprolegniasis adalah organisme sejenis jamur/cendawan yang sering ditemukan pada kolam pembenihan ikan nila. Saprolegniasis sering menyerang telur-telur ikan nila, larva dan benih ikan nila. Penyakit ini biasanya menyerang bagian luar tubuh ikan. Gejala serangan terlihat seperti benang-benang halus berwarna putih sampai putih kecoklatan.

Pengendalian PENYAKIT JAMUR pada ikan nila :

  • Menjaga kualitas air yang digunakan
  • Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam telur atau ikan yang terserang dalam larutan malachite green 1 mg/liter selama 1 jam, atau larutan formalin 200-300 mg/liter selama 1-3 jam, atau NaCl 5 gram/liter selama 15 menit.
  • Lakukan pengobatan beberapa kali sampai ikan sembuh

Penyakit Bercak Merah pada Ikan Nila

Penyakit bercak merah pada ikan nila disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas. Kedua jenis bakteri ini biasanya menyerang bagian luar dan organ dalam tubuh ikan. Gejala serangan penyakit bercak merah pada ikan nila yaitu terjadinya pendarahan pada bagian tubuh yang terserang, sisik ikan nila terkelupas, menimbulkan borok pada kulit ikan nila, perut membusung, dan terjadi pendarahan pada organ hati, ginjal dan limpa. Gejala lain yaitu gerakan ikan melemah dan sering muncul kepermukaan kolam.

Pengendalian penyakit BERCAK MERAH pada ikan nila ;

  • Menjaga kualitas air,
  • Mengganti air kolam secara teratur,
  • Memberi pakan tidak berlebihan,
  • Mencampur pakan dengan oxytetracylin 50mg/kg pakan, diberikan setiap hari selama 7-10 hari
  • Penyuntikan dengan tetramysin 0,05 ml per 100 gram bobot ikan atau kanamysin 20-40 mg/kg bobot ikan,
  • Merendam ikan yang sakit menggunakan kaliumpermanganat 10-20 mg/liter selama 30-60 menit,