Apa saja jenis-jenis Vaksin yang ada saat ini ?

Vaksin adalah suatu zat yang merupakan merupakan suatu bentuk produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan. Vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibody atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu.

Apa saja jenis-jenis Vaksin yang ada saat ini ?

Dengan mengaktifkan sel darah putih yang akan memproduksi protein yang bernama antibodi. Antibodi bertanggung jawab mencari organisme bebahaya yang menginfeksi tubuh dan kemudian menghancurkannya. Masalahnya, antibodi dalam tubuh kita sering kebingungan membasmi organisme jahat yang baru pertama kali ditemuinya. Jadi, pada umumnya antibodi menggunakan serangan pertama sebagai sarana untuk belajar. Mempelajari jenis organisme berbahaya tersebut dan mengingat cara membasminya.

Agar jika di masa yang akan datang virus atau bakteri tersebut menyerang kembali, antibodi di tubuh kita sudah siap tempur dan langsung membasminya bahkan sebelum menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Mengapa jika saat masih kecil kita terserang cacar, maka hingga dewasa kita tidak akan terserang cacar untuk kedua kalinya, sebab antibodi dalam darah kita sudah tahu cara membasmi virus cacar seketika virus tersebut memasuki tubuh kita.

Vaksin

Vaksin pertama kali diteliti dan diperkenalkan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Edward Jenner pada tahun 1798. Fungsinya untuk mengenalkan virus atau bakteri tertentu agar sistem imun tubuh membentuk antibodi yang diperlukan. Caranya, dengan memasukkan virus atau bakteri tersebut ke dalam tubuh kita dengan sengaja, pada umumnya dengan suntik. Prosesnya biasa kita kenal dengan imunisasi atau vaksinasi. Karena harus diingat, bahwa untuk satu jenis virus atau bakteri, sistem imun akan memproduksi satu jenis antibodi. Jadi tidak ada satu antobodi untuk semua jenis penyakit. Makanya, semakin banyak sistem imun seseorang berkenalan dengan bakteri atau virus, maka semakin lengkap pula antibodi dalam tubuhnya.

Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:

  1. Bakteri atau Virus Hidup yang Dilemahkan (Live, attenuated vaccines)
    Vaksin ini berasan dari virus dan bakteri yang masih hidup. Jadi kita dengan sadar menyuntikkan virus hidup ke dalam tubuh. Tapi tenang saja, tentu saja organisme ini adalah versi yang sudah dilemahkan, jadi tidak akan berbahaya bagi tubuh kita. Contohnya adalah vaksin gondok, cacar air, dan rubella (MMR).

  2. Bakteri atau Virus Mati (Inactivated Vaccines)
    Virus dan bakteri sengaja dimatikan saat proses pembuatan vaksin. Tapi walaupun sudah mati, virus dan bakteri dalam vaksin ini masih tetap bisa merangsang sistem imun tubuh kita untuk menciptakan antibodi yang diperlukan. Contohnya adalah vaksin polio.

  3. Toksoid (Toxoid Vaccines)
    Jadi ada juga penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu. Vaksin jenis toksoid ini isinya adalah racun dari bakteri tersebut, tentu saja versi yang sudah dilemahkan. Contohnya adalah vaksin tetanus dan difteri.

  4. Subunit (Subunit Vaccines)
    Vaksin ini dibuat dari bagian dari tubuh bakteri tertentu. Jadi tidak berupa bakteri lengkap. Hanya diambil molekul yang menyebabkan penyakit saja. Contoh vaksin jenis ini adalah hepatitis dan batuk rejan (pertussis).

  5. Jenis-Jenis Lain
    Selain yang disebutkan di atas, ada juga beberapa jenis vaksin yang jarang dipakai atau sedang dalam masa pengembangan. Seperti Conjugate Vaccines atau DNA Vaccines.

Sumber:
sains.me

Berdasarkan produksinya, vaksin dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu :

1. Vaksin hidup dilemahkan (live attenuated vaccines).


Vaksin hidup dilemahkan** (live attenuated vaccines) adalah suatu vaksin yang dibuat dari mikroorganisme hidup (sekarang tersedia virus dan bakteri) yang telah dilemahkan di laboratorium. Vaksin ini akan bereplikasi dalam tubuh seseorang yang telah divaksinasi dan menimbulkan respon imun, pada umumnya menimbulkan sakit ringan atau tidak sakit.

Vaksin hidup yang dilemahkan sudah ada sejak tahun 1950. Vaksin ini adalah satu jenis vaksin yang dibuat dari mikroorganisme patogen (virus atau bakteri) hidup yang telah dilemahkan di laboratorium. Mereka akan tumbuh dalam tubuh penerima vaksin tetapi tidak akan menyebabkan sakit atau hanya sakit ringan, karena sudah dilemahkan.

Patogen adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh substansi, pada umumnya dipergunakan untuk organisme (bakteri, virus) dan produk biologisnya (misalnya toksin).

Virus adalah agen infeksius berukuran ultramikroskopis yang berisi materi genetik yang dibungkus dengan protein. Virus hanya dapat memperbanyak diri di dalam tubuh pejamu hidup.

Bakteri adalah berbentuk sel tunggal hidup, yang dapat berkembang biak secara cepat dengan sendirinya. Beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit.

Respon kekebalan

Vaksin hidup yang dilemahkan (LAV), dapat merangsang respon kekebalan dengan baik sama baiknya seperti kalau orang tersebut terinfeksi oleh virus atau bakteri di alam.

Kuman hidup memberikan rangsangan antigenik terus menerus sehingga memberi kesempatan untuk diproduksinya sel memori.

Dalam hal virus atau mikroorganisme intraseluler dimana biasanya dibutuhkan reaksi kekebalan yang dimediasi sel (cell-mediated immunity), kuman patogen dapat bereplikasi di dalam sel inangnya.

Kuman hidup adalah jasad renik yang ukurannya sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop atau mikroskop elektron.

Respon imun adalah pertahanan tubuh melawan setiap benda asing atau organisme, misalnya bakteri, virus, organ atau jaringan transplantasi.

Cell-mediated immunity adalah respon imun yang tidak melibatkan antibodi, sel darah spesifik, leukosit, dan limfosit menyerang dan menghancurkan antigen.

Keamanan dan stabilitas vaksin

Oleh karena vaksin hidup yang dilemahkan berupa mikroorganisme hidup yang sudah dilemahkan maka secara teoritis tetap ada ketidakpastian yang muncul menyangkut dengan keamanan dan stabilitas vaksin.

  • Patogen yang sudah dilemahkan mempunyai potensi yang sangat jarang akan berubah menjadi patogen yang ganas lagi dan menyebabkan orang jatuh sakit apabila divaksinasi dengannya atau menyebabkan sakit pada orang sekitar mereka. Sebagai contoh kejadian yang sangat jarang sekali terjadi apabila diimunisasi OPV :

    • Kejadian paralisis yang terkait dengan vaksin polio oral (OPV), dikenal dengan istilah vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP),

    • Kejadian penyakit polio yang disebabkan oleh virus yang ada didalam vaksin polio oral (OPV) yang bersirkulasi dilingkungan sekitarnya (vaccine derived polio virus / VDVP).

  • Sistem imunitas yang berfungsi dengan baik akan selalu dapat mengeliminasi patogen yang sudah dilemahkan yang ada dalam vaksin yang diberikan pada seseorang. Namun pada orang orang yang mempunyai masalah dengan sistem kekebalan tubuh seperti pada penderita HIV-AIDS kemungkinan mereka tidak bisa memberikan respon yang adekuat terhadap patogen walaupun sudah dilemahkan.

  • Kuman yang dilepaskan sedikit demi sedikit secara terus-menerus misalnya pada pemberian vaksin BCG dapat menimbulkan limfadenitis lokal atau infeksi yang menyebar keseluruh tubuh.

  • Apabila pada proses pembuatan vaksin, virus dibiakkan didalam kultur jaringan yang terkontaminasi maka vaksin dapat tercemar oleh virus lain (seperti kontaminasi rotavirus pada biakan vaksin campak).

  • Sebagai langkah kehati-hatian maka vaksin hidup yang dilemahkan cenderung tidak diberikan kepada ibu hamil, walaupun kemungkinan vaksin hidup yang dilemahkan dapat mempengaruhi kesehatan bayi yang akan dikandungnya masih sangat teoritis. Sebagai contoh banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian vaksinasi rubela selama kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya kecacatan pada bayi.

  • Vaksin hidup yang dilemahkan punya potensi meningkatnya kesalahan imunisasi :

    • Berbagai jenis vaksin hidup yang dilemahkan dikemas dalam bentuk lyophilized (serbuk kering). Vaksin dalam bentuk kemasan seperti ini harus dilarutkan dengan pelarut tertentu dulu sebelum diberikan kepada seseorang. Akan menimbulkan masalah apabila yang dipakai untuk melarutkan adalah bahan pelarut yang tidak sesuai.

    • Banyak kemasan vaksin hidup yang dilemahkan memerlukan perhatian khusus dalam penyimpanan dan transportasi, misalnya memerlukan rantai dingin yang ketat agar vaksin tetap baik. kegagalan dalam menjaga sistem rantai dingin ini dapat menyebabkan kegagalan program imunisasi.

Vaksin hidup yang dilemahkan

Reaksi simpang yang berhubungan dengan vaksin hidup yang dilemahkan

Dibawah ini adalah 5 jenis vaksin vaksin dengan teknologi vaksin hidup yang dilemahkan yang telah direkomendasikan oleh WHO untuk dipakai :

  • Vaksin tuberculosis (BCG),
  • Vaksin polio oral,
  • Vaksin campak,
  • Vaksin rotavirus,
  • Vaksin demam kuning.

Selanjutnya didalam tabel dibawah ini disajikan tentang reaksi yang mungkin timbul setelah pemberian vaksinasi dengan vaksin ini. Perhatikan tinggi rendahnya frekuensi kejadian reaksi vaksin yang tidak diharapkan tersebut. Perhatikan juga komentar yang diberikan untuk dapat memahami rincian konteks terjadinya KIPI.

Tabel 5 vaksin rekomendasi WHO yang menggunakan teknologi vaksin hidup yang dilemahkan

2. Vaksi Sel Utuh yang Diinaktivasi (Antigen Mati)


Vaksin yang diinaktivasi dibuat dari mikroorganisme (virus, bakteri dan lain-lain) yang telah dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik. Mikroorganisme yang sudah mati ini tidak dapat menyebabkan penyakit.

Respon Kekebalan

  • Vaksin yang dibuat dari bakteri utuh yang sudah diinaktivasi kalau diberikan kepada seseorang tidak selalu bisa merangsang timbulnya respon imunitas dan walaupun timbul kekebalan mungkin tidak kebal seumur hidup.

  • Diperlukan beberapa dosis untuk untuk bisa menimbulkan respon kekebalan yang memadai.

Keamanan dan stabilitas vaksin

  • Vaksin sel utuh yang diinaktivasi tidak berisiko menimbulkan penyakit karena tidak mengandung komponen hidup dari kuman.

  • Vaksin ini dianggap lebih stabil dari vaksin hidup yang dilemahkan.

vaksin sel utuh yang diinaktivasi

Tabel di bawah ini mencantumkan reaksi simpang yang jarang dan lebih berat. Perhatikan frekuensi reaksi simpang agar kita mengetahui probabilitas sebuah reaksi. Juga baca keterangan untuk memahami informasi tambahan mengenai reaksi simpang secara detail.

Tabel Reaksi simpang terkait vaksin sel utuh yang diinaktivasi

3. Vaksin Subunit (Antigen Murni)


Respon imun

  • Vaksin subunit, seperti vaksin inaktivasi sel utuh, tidak mengandung komponen patogen hidup. Berbeda dengan vaksin inaktivasi yang berisi sel utuh,vaksin subunit hanya mengandung sebagian dari komponen patogen. Bagian dari patogen ini dapat merangsang pembentukan respon kekebalan.

  • Untuk mendapatkan vaksin subunit, maka bagian mana dari patogen yang dapat berfungsi sebagai antigen untuk merangsang respon kekebalan harus diteliti dengan tepat untuk mendapatkan respon kekebalan melalui cara pemberian yang tepat pula.

  • Sering kali respon kekebalan dapat diperoleh tetapi tidak ada jaminan bahwa memori kekebalan terbentuk dengan cara yang tepat dan benar.

Keamanan dan stabllitas vaksin

Seperti halnya vaksin inaktivasi, vaksin subunit dianggap sangat aman karena tidak mengandung komponen hidup.

Catatan
Berbeda dengan vaksin yang berisi sel utuh (baik inaktivasi maupun vaksin hidup), pada vaksin subunit hanya digunakan sebagian dari komponen patogen namun dapat menimbulkan respon kekebalan.

Vaksin subunit

Kategori Vaksin Subunit

Vaksin subunit dikategorikan ke dalam :

  • Vaksin subunit berbasis protein

    Vaksin subunit yang berbasis protein, berisis protein spesifik yang diisolasi dari patogen, dan tidak mengandung partikel dari virus. Kelemahan dari teknik ini adalah apabila dilakukan denaturasi, maka protein ini dapat berikatan dengan antibodi-antibodi lain tidak spesifik dengan antibodi terhadap protein patogen.

    Vaksin subunit berbasis protein yang sering kali digunakan adalah sebagai berikut :

    • Vaksin Pertusis
      Vaksin pertusis aseluler (aP) mengandung toksin (protein) pertusis yang sudah diinaktivasi, dan mungkin juga mengandung satu atau lebih komponen bakteri pertusis. Toksin pertusis didetoksifikasi dengan cara menggunakan bahan kimia tertentu atau dengan teknik genetik molekuler.

      Baik vaksin pertusis aseluler (aP) ataupun sel utuh (wP) keduanya aman dan efektif. Dalam hal kemungkinan terjadinya reaksi simpang yang sangat berat dan jarang, keduanya memiliki tingkat keamanan yang sama. Namun reaksi simpang yang ringan sampai sedang lebih sering terjadi pada jenis vaksin pertusis sel utuh (wP), dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia penerima vaksin serta meningkatnya jumlah suntikan (dosis). Oleh karena itu vaksin pertusis (wP) tidak dianjurkan untuk digunakan bagi anak usia dewasa. Untuk mereka dianjurkan memakai vaksin aseluler (aP).

      Oleh karena harga vaksin wP lebih murah dari vaksin aP, maka untuk negara-negara dengan sumber keuangan terbatas, dimana wP masih dapat diterima oleh masyarakat, maka pemakaian vaksin wP masih menjadi pilihan. Di negara-negara dimana angka KIPI dapat mempengaruhi cakupan imunisasi maka dianjurkan pemakaian vaksin aP, paling tidak untuk buster.

    • Vaksin Hepatitis B
      Vaksin hepatitis B terdiri dari antigen permukaan dari virus hepatitis B (antigen permukaan virus hepatitis B / HBsAg) , yaitu protein yang dibuat oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B generasi awal dibuat dengan cara memurnikan plasma orang yang terinfeksi oleh virus hepatitis B (pengidap/karier hepatitis B). Cara pembuatan vaksin hepatitis B dengan plasma penderita, sekarang sudah diganti dengan teknologi rekombinan. Teknologi rekombinan meningkatkan keamanan vaksin karena terhindar dari kemungkinan kontaminasi plasma manusia.

      Vaksin hepatitis B generasi awal dibuat dengan plasma (plama derived), yaitu dengan cara memanen antigen permukaan dari virus hepatitis B (HbsAg), yang didapat dari plasma penderita hepatitis B kronis. Partikel ini sangat murni. Proses pemurnian dilakukan dengan cara setiap residu partikel yang infeksius di inaktivasi dengan kombinasi urea, pepsin, formaldehyde dan pemanasan. Walaupun kekhawatiran masyarakat akan terjadinya kontaminasi dan penularan penyakit-penyakit melalui darah seperti HIV-AIDS tidak terbukti, namun hal ini mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap imunisasi hepatitis B dengan plasma. Oleh karena itu para ahli terus menerus melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin hepatitis B dengan teknologi rekombinan.

      Pada tahun 1986 untuk pertama kali vaksin hepatitis B dengan teknologi rekombinan diberi izin untuk dipakai dan diperdagangkan, dan kemudian izin kedua diberikan pada tahun 1989. Teknologi rekombinan ini memungkinkan pembuatan vaksin hepatitis B dengan jumlah yang tidak terbatas oleh karena HBsAg dapat diperbanyak dengan menggunakan mikroorganisme lain.

      Walaupun vaksin hepatitis B, baik yang menggunakan teknologi plasma maupun rekombinan, sangat aman dan efektif dalam menimbulkan kekebalan untuk melindungi seseorang dari infeksi hepatitis B baik akut maupun kronis termasuk sirosis dan kanker hati, namun akibat kompetisi diantara produsen vaksin hepatitis B terjadi penurunan harga vaksin (lihat gambar grafik di bawah). Pada saat harga vaksin plasma dan vaksin rekombinan relatif sama, maka vaksin rekombinan secara perlahan menggantikan vaksin hepatitis B teknologi plasma.

    Tabel di bawah ini mencantumkan reaksi simpang yang jarang dan lebih berat. Perhatikan frekuensi reaksi simpang agar kita mengetahui probabilitas sebuah reaksi. Juga baca keterangan untuk memahami informasi tambahan mengenai reaksi simpang secara detail.

    Tabel KIPI yang dikaitkan dengan vaksin subunit berbasis protein
    vaksin subunit berbasis protein

  • Vaksin polisakarida

    Jenis bakteri tertentu apabila menginfeksi seseorang kerap kali diproteksi oleh kapsul polisakarida (gula) untuk bertahan dari sistem pertahanan tubuh seseorang, terutama pada bayi dan anak-anak.

    Vaksin jenis polisakarida ini dapat merangsang respon kekebalan terhadap molekul dalam kapsul patogen. Molekul ini sangat kecil dan sangat imunogenik. Oleh karena sifat-sifat molekul ini maka :

    Vaksin ini tidak efektif jika diberikan kepada bayi dan anak-anak (kurang dari 18–24 bulan). Vaksin jenis polisakarida ini hanya menimbulkan kekebalan jangka pendek (imun respon yang lambat, peningkatan titer antibodi yang lambat dan tidak ada memori kekebalan).

    Contoh vaksin polisakarida adalah vaksin untuk penyakit meningitis meningokokus yang disebabkan oleh Niseria meningitidis group A, C, W135 dan Y, serta vaksin untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pneumokokus.

  • Vaksin subunit konjugasi

    Vaksin subunit konjugasi merangsang terjadinya respons terhadap molekul kapsul dari patogen. Jika dibandingkan dengan vaksin polisakarida murni, maka vaksin dengan teknologi subunit konjugasi ini dapat mengikat polisakarida dengan protein karierProtein karierProtein yang terikat dengan antigen yang lemah untuk meningkatkan imunogenitas pada saat vaksin digunakan. dan dapat menimbulkan respon kekebalan jangka panjang walaupun pada bayi.

    Berbagai jenis protein karier dipakai dalam teknologi konjugasi ini antara lain toksoid difteri dan toksoid tetanus. Dengan demikian vaksin subunit konjugasi ini dapat melindungi populasi paling berisiko (bayi) dari infeksi bakteri, dimana vaksin polisakarida murni tidak efektif atau memberikan perlindungan jangka pendek.

    Ditemukannya vaksin subunit konjugasi menandai babak baru imunisasi terhadap penyakit oleh bakteri berkapsul seperti meningokokus, Haemophilus influenzae type b (Hib), dan pneumokokus.

    WHO merekomendasikan pemberian vaksin konjugasi, Hib dan pneumokokus bagi anak-anak. Sebagai tambahan, vaksin meningokukus A yang diintroduksi di Afrika juga berupa vaksin subunit konjugasi.

    Keuntungan lain dari vaksin konjugasi adalah kemampuannya menimbulkan memori dan mengurangi kasus-kasus tanpa gejala (asimtomatik) sehingga menimbulkan kekebalan silang (herd immunity). Juga, vaksin konjugasi mempunyai keamanan yang sangat baik dan menimbulkan sangan sedikit KIPI serius, setelah digunakan lebih dari 20 tahun. Keuntungan utama dari vaksin konjugasi dibandingkan dengan vaksin polisaksarida adalah :

    • Meningkatkan respon imun dan memori,
    • Memberikan proteksi lebih lama,
    • Memberikan proteksi pada bayi dan balita,
    • Berdampak terhadap karier bakteri,
    • Menimbulkan kekebalan silang (herd immunity).

    Tabel KIPI yang dikaitkan dengan vaksin konjugasi
    KIPI yang dikaitkan dengan vaksin konjugasi

Catatan
Vaksin konjugasi dapat mencegah infeksi bakteri dimana vaksin polisakarida tidak efektif untuk bayi atau hanya memberikan perlindungan jangka pendek pada kelompok umur lain.

4. Vaksin toksoid


Vaksin toksoid adalah suatu vaksin yang dibuat dari toksin (racun) yang sudah tidak berbahaya lagi, namun masih dapat merangsang respon imun melawan toksin tersebut. Vaksin toksoid dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh bakteri tertentu (tetanus atau difteri).

Toksin ini masuk dalam aliran darah dan menyebabkan gejala penyakit. Toksin berbasis protein tidak berbahaya (toksoid) dan digunakan sebagai antigen yang dapat merangsang kekebalan.

Toksoid adalah toksin yang dilemahkan atau mati (racun) yang digunakan dalam produksi vaksin.

Untuk meningkatkan respon kekebalan, toksoid dilekatkan pada garam aluminium atau garam kalsium yang berperan sebagai ajuvan.

Keamanan dan stabilitas vaksin

Vaksin toksoid sangat aman, sebab tidak dapat menyebabkan penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin ini dan tidak ada kemungkinan berubah mernjadi virulen. Antigen pada vaksin ini tidak berkembang biak dan tidak menyebar (menular) pada individu yang tidak mendapatkan imunisasi. Vaksin ini stabil dan tidak begitu terpengaruh oleh perubahan suhu, sinar dan kelembaban.

Vaksin toksoid

Tabel Reaksi simpang akibat toksoid
Vaksin toksoid

Sumber : vaccine-safety-training.org