Apa saja jenis-jenis Pestisida yang ada ?

Pestisida berasal dari dua kata yakni pest (=pengganggu) dan cide (= racun). Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk mengendalikan serangga pengganggu, binatang mengerat, nematoda, jamur, gulma, virus, bakteri dan jasad renik lain yang terdapat pada manusia dan binatang, termasuk semua zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering hasil pertanian. The United Stated Federal Environmental Pesticide Control Act

Apa saja jenis-jenis Pestisida yang ada ?

Pada PP No. 7 tahun 1973 yang termasuk pestisida tidak hanya zat kimia saja tetapi juga bahan lain serta jasad renik dan virus yang ditujukan untuk pengendalian pengganggu tanaman, hasil pertanian, pengganggu hewan piaraan dan ternak, binatang dan jasad renik pengganggu bangunan dan pengganggu alat pertanian.

Pestisida dapat digolongkan berdasarkan sasarannya, cara masuknya ke dalam tubuh sasaran, cara bekerjanya, susunan bahan kimianya maupun penggunaannya.
Pestisida perlu digolong-golongkan agar lebih mudah dipelajari dan lebih mudah menggunakannya secara tepat dan benar.

1. Berdasarkan sasarannya

Berdasarkan sasarannya, pestisida dibedakan menjadi :

  • Insektisida (racun serangga): yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga (Insekta)
  • Rodensida (racun binatang mengerat) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan Rodentia (binatang Pengerat)
  • Acarisida (racun acarina) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan Acarina
  • Aphisida (racun aphis) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan Aphis
  • Nematisida (racun nematoda) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan Nematoda
  • Fungisida (racun jamur) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan jamur atau cendawan (Fungi)
  • Bakterisida (racun bakteri) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan Bakteri
  • Herbisida (racun rerumputan) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan rerumputan atau Gulma
  • Avisida (racun burung) : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan burung hama.
  • Silvisida (racun pohon hutan) yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan pohon berkayu yang akan ditebang.

2. Berdasarkan cara masuk ke dalam sasaran

  • Racun perut (stomach poison), yaitu pestisida yang masuk dan efektif melalui alat pencernakan. Pestisida ini cocok untuk pengendalian hama bertipe alat mulut penggigit pengunyah. Oleh karena itu, pestisida ini akan meracun jika termakan atau terminum. Contoh : Parathion, Nicotine, Coper arsenat.

  • Racun kontak (contact poison), yaitu pestisida yang masuk dan efektif melalui permukaan pengganggu yang mengalami kontak langsung dengan pestisida. Oleh karena itu, pestisida ini akan meracun jika terjadi kontak dengan kulit atau kutikula hama. Contoh : DDT (Dichloro Diphenyl Trichloetan), Monokrotofos

  • Racun pernafasan, yaitu pestisida yang masuk ke dalam tubuh melalui alat pernafasan dan efektif meracun dengan cara menghambat aktivitas ensim pernafasan. Contoh : HCN, H2S, CH3Br

  • Racun protoplasma, yaitu pestisida yang efektif meracun dengan cara mengendapkan protein sel. Contoh : Sodium arsenat.

3. Berdasarkan cara kerja

Berdasarkan cara kerja atau cara meracun, pestisida dibedakan menjadi :

  • Racun dinding sel dan pembelahan sel, yaitu pestisida yang meracun dengan cara merusak dinding sel atau mengganggu pembelahan sel.

  • Racun permeabilitas membran sel, yaitu pestisida yang meracun dengan cara merusak permeabilitas membran sel.

  • Racun sistem ensim, yaitu pestisida yang meracun dengan cara mengganggu kinerja ensim tertentu.

  • Racun chelat atau pengendapan, yaitu pestisida yang meracun dengan cara mengendapkan bahan kimia tertentu, bisanya protein.

  • Racun sintesis protein dan asam nukleat, yaitu pestisida yang meracun dengan cara mengganggu pembentukan protein dan asam nukleat.

  • Racun antimetabolisme, yaitu pestisida yang meracun dengan cara mengganggu aktivitas metabolisme

4. Berdasarkan susunan senyawa yang beracun

Berdasarkan susunan senyawa yang beracun, pestisida dibedakan menjadi :

  • Pestisida senyawa organik, yaitu pestisida yang senyawa beracunnya berupa senyawa organik. Contoh : Benomil, Bavistin, dan Benlate dengan senyawa beracun butil karbamat yang menguap sebagai butil isotiosianat, Diazenon, Malation, dan Parathion mempunyai senyawa beracun berupa senyawa aorganofosfat, Furadan, Temik, dan Sevin mempunyai senyawa beracun berupa senyawa karbamat…

  • Pestisida senyawa anorganik yaitu pestisida yang senyawa beracunnya berupa senyawa anorganik. Contoh : Bubur Bordeaux mempunyai senyawa yang meracun jamur berupa belerang, Pb-arsenat dan Ca- arsenat mempunyai senyawa arsenat yang meracun serangga.

  • Antibiotik yaitu pestisida yang senyawa beracunnya berupa senyawa hasil metabolisme sekunder mikroorganisme tertentu. Contoh : Agrimycin, Phytomycine, dan Streptocykcline dengan senyawa antibiotik campuran tetrasiklin dan streptomycin.

5. Berdasarkan aplikasinya

Berdasarkan aplikasinya, pestisida dibedakan menjadi :

  • Pestisida semprot (spraying), yaitu pestisida yang penggunaannya dengan cara disemprotkan ke tanaman. Alat aplikasinya disebut sprayer (penyemprot).

  • Pestisida serbuk (dusting) , yaitu pestisida yang penggunaannya dengan cara diserbukkan ke tanaman. Alat aplikasinya disebut duster (penyerbuk).

  • Pestisida perawat benih (seed treatment), yaitu pestisida yang penggunaannya dengan cara dicampurkan ke benih atau biji-bijian

  • Pestisida untuk aplikasi tanah (soil treatment), yaitu pestisida yang penggunaannya dengan cara dicampurkan ke tanah.

Formulasi Pestisida

Pada dasarnya pestisida memiliki tiga macam formulasi, yaitu : padat, cair, dan gas, meskipun ada beberapa pestisida yang difomulasikan dalam bentuk pasta. Dalam perdagangan, pestisida dijual dalam berbagai formulasi.

  • Pestisida yang diberi kode WP (wetable powder) dijual dalam formulasi tepung (padat) untuk disemprotkan.

  • Pestisida yang diberi kode EC (emulsible concentrate) dijual dalam formulasi emulsi (cair) untuk disemprotkan,

  • Pestisida yang diberi kode DC (dust concentrate) dijual dalam formulasi serbuk (padat) untuk diserbukkan,

  • Pestisida yang diberi kode G (granular) dijual dalam formulasi butiran (padat) untuk ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah,

  • Pestisida yang diberi kode F (fumigan) dijual dalam formulasi padat atau cair dengan bahan aktif berbentuk gas,

  • Pestisida yang diberi kode B (bait) dijual dalam bentuk padat atau cair atau sudah dalam bentuk yang telah dicampurkan makanan hama atau umpan.

Pestisida yang sama dengan formulasi berbeda akan menyebabkan cara aplikasi dan penggunaan alat yang berbeda pula. Oleh karena itu formulasi pestisida yang kita punyai, dalam penggunaannya perlu dipertimbangkan dengan alat-alat yang kita miliki.

Alat-alat dalam pengertian ini adalah alat-alat yang dipergunakan untuk membantu aplikasi pestisida dalam formulasi tertentu. Beberapa alat aplikasi pestisida misalnya :

  1. Penyuntik tanah (soil injector), dipergunakan untuk pestisida berformulasi butiran;

  2. Penugal bercorong, dipergunakan untuk pestisida berformulasi EC dan WP;

  3. Penyerbuk (duster), dipergunakan untuk pestisida berformulasi DC;

  4. Penyemprot (Sprayer), dipergunakan untuk pestisida berformulasi EC, WP, S dan sejenisnya yang diencerkan dulu sebelum disemprotkan;

  5. penghembus, dipergunakan untuk pestisida berformulasi F, padat atau cair dengan bahan aktif gas; dan

  6. pengkabut (blower, atomizer), dipergunakan untuk pestisida berformulasi cair (ULV) yang tidak perlu lagi diencerkan tetapi menggunakan tekanan yang sangat tinggi.

Setiap jenis alat aplikasi tersebut terdapat bermacam-macam tipe. Sebagai contoh : jenis sprayer ada beberapa tipe, yaitu : hand, knapsack, otomatis, semi otomatis, bertekanan tinggi dan lain-lain.

A post was merged into an existing topic: Apa yang Anda ketahui tentang Pestisida?

Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/Per/III/1992 semua zat kimia/bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian, memberantas gulma, mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk, mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewan-hewan piaraan dan ternak, mencegah/memberantas hama-hama air, memberantas/mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat- alat angkutan, memberantas dan mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Formulasi Pestisida

Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran disebut bahan aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik, bahan aktif tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa lainnya. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi.

Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut :

  • Formulasi Padat

    • Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 – 80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan.

    • Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan.

    • Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur).

    • Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

    • Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna.

    • Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).

  • Formulasi Cair

    • Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.

    • Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.

    • Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan.

    • Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.

    • Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.

Penggolongan Pestisida

Sebagian besar insektisida merupakan bahan kimia sintetik dengan penggolongan berdasarkan bahan aktif yaitu:

  • Golongan chlorinated hydrocarbon (DDT)

  • Golongan organofosfat (sebagai contoh: Parathion yang dipasarkan dengan nama generik dan nama dagang Abate, azinphosmethyl (Guthion), Carbophenothion (Trithion), Chlorpiryfos (Dursban), demeton (Systax), Diazinon, Dicapthon (DiCaptan) dan lain-lain.

  • Golongan karbamat, seperti: Carbaryl (Sevin), Aldicarb (Temik), carbofuran (Furadan), fometanate HCL (carsol), metalkamate (Bux) dan methomyl (Lannate)

Penggunaan dalam bidang pertanian sangat banyak jenis pestisida yang digunakan dengan beberapa jenis pestisida yang terbanyak digunakan adalah sebagai berikut:

  • Insektisida (Insecticides)

  • Fungisida (Fungicides)

  • Herbisida (Herbicides)

  • Acarisida (Acaricides)

  • Larvasida (Larvacides)

  • Mitisida (Miticides)

  • Molusida (Molluscides)

  • Pembunuh kutu (Pediculicides)

  • Scabisida (Scabicides)

  • Attractans (pheromons)

  • Defoliants

  • Pengatur pertumbuhan tanaman (Plant Grow Regulator)

  • Pengusir serangga (Repellants)

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan pestisida atas dasar toksisitas dalam bentuk formulasi padat dan cair.17

  • Kelas IA : amat sangat berbahaya

  • Kelas IB : Amat Berbahaya

  • Kelas II : Cukup berbahaya

  • Kelas III : Agak Berbahaya

Penggunaan pestisida sintetis di seluruh dunia selalu meningkat dan penggunaan pestisida campuran juga sangat banyak ditemukan diareal pertanian. Berdasarkan toksisitas dan golongan, pestisida organik sintetik dapat digolongkan menjadi;

  • Golongan Organoklorin.

    • Toksisitas tinggi (extremely toxic): Endrine (Hexadrine)

    • Toksisitas sedang (moderate toxic): Aldrine, Dieldrin, DDT, Benzene, Brom Hexachloride (BHC), Chlordane, Heptachlor, dan sebagainya.

  • Golongan Organofosfat

    • Sangat toksik (extremely toxic): Phorate, Parathion, Methyl Parathion, Azordin, Chlorpyrifos (Dursban) , TEPP, Methamidophos, Phosphamidon, dan sebagainya.
    • Toksisitas sedang (moderate toxic): Dimethoate, Malathion
  • Golongan Karbamat

    • Toksisitas tinggi (extremely toxic): Temik, Carbofuran, Methomyl

    • Toksisitas sedang (moderate toxic): Baygon, Landrin, Carbaryl.
      Toksisitas tinggi (extremely toxic): Endrine (Hexadrine)