Apa saja jenis-jenis burung Pleci yang ada?

Burung Pleci

Burung Pleci atau Zosterops merupakan marga penciri burung kacamata, dan memiliki jumlah anggota terbesar. Secara tradisional, genus ini dimasukkan ke dalam suku Zosteropidae; namun berdasarkan kajian filogeni terbaru, bisa jadi kelompok ini merupakan bagian dari suku Timaliidae.

Daerah persebarannya adalah di wilayah tropika Afrika, Asia (Indomalaya), dan Australia bagian utara. Panjang tubuhnya (dari ujung paruh hingga ujung ekor) berkisar antara 8–15cm. Ciri yang paling jelas adalah adanya lingkaran (garis) putih yang mengelilingi mata, meskipun ada beberapa jenisnya yang tidak memilikinya. Nama marganya berasal dari kata Yunani zosterops, yang berarti ”sabuk mata”.(wikipedia)

Apa saja jenis-jenis burung Pleci yang ada ?

Pleci Buxtoni


Pleci Buxtoni

Ciri-ciri umum Pleci Buxtoni diantaranya adalah, memiliki warna abu-abu di bagian dada dengan garis kuning yang cukup lebar hingga ke bagian perutnya. Di bagian punggung kita bisa menemukan burung ini memiliki warna kekuningan dan sedikit hijau (gelap).

Dibandingkan dengan Burung Pleci seperti Auriventer, Pleci Buxtoni memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil.

Burung ini memiliki lingkar mata yang lebih kecil dibandingkan dengan Pleci Auriventer.
Soal suara, suaranya juga nyaring sama halnya dengan burung lain. Salah satu ciri yang memudahkan kita untuk mengenali burung ini adalah warna iris matanya yang coklat.

Pleci Kacamata biasa


Burung Pleci Kacamata biasa

Burung Pleci Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) adalah nama sejenis burung kecil dari suku Zosteropidae, bangsa Passeriformes (burung petengger). Burung ini merupakan penetap di hutan-hutan terbuka di kawasan Asia tropis, mulai dari India ke timur hingga Cina dan Indonesia. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Oriental White-eye.

Burung Pleci Kacamata biasa gemar berkelompok dan membentuk gerombolan besar yang bergerak bersama di antara tajuk pepohonan; bahkan sering juga bercampur dengan spesies lain seperti burung sepah (Pericrocotus). Meskipun utamanya burung kacamata bersifat pemakan serangga, namun ia pun memakan nektar dan aneka jenis buah. Sembari mencari mangsanya di sela-sela dedaunan, burung ini terus bergerak dari satu ranting ke lain ranting, dan kemudian berpindah ke lain pohon yang berdekatan, sambil terus mengeluarkan suara berkeciap tinggi setiap beberapa saat sekali untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok yang lainnya.

Burung Pleci Kacamata biasa

Di Jawa, burung ini tercatat bertelur mulai dari Januari hingga Oktober. Telur berjumlah kurang lebih tiga (2–5) butir berwarna biru pucat, diletakkan pada sarang berupa cawan kecil yang khas bentuknya. Sarang ini terbuat dari akar-akaran, tangkai dan tulang daun, dan bahan-bahan tumbuhan lainnya, serta dihiasi dengan lumut. Sarang diletakkan di percabangan ranting atau rumpun bambu, sekitar 2–4 m di atas tanah.

Terdapat banyak ras (anak jenis) dari Z. palpebrosus. Berikut ini uraian mengenai beberapa ras yang terdapat di Indonesia dan cirinya.

  • Z.p. auriventer di Sumatra, Kalimantan[4] dan Asia Tenggara.

  • Z.p. buxtoni di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa bagian barat. Mirip dengan kacamata gunung Zosterops montanus, sisi bawah tubuh berwarna abu-abu keputihan; perbedaannya buxtoni memiliki sebuah garis kuning membujur di tengah dada hingga perut, paha yang berwarna putih, dan iris mata kecoklatan (montanus, iris putih). Sangat mirip dengan kacamata belukar Zosterops everetti, yang perutnya lebih abu-abu dan pita kuning di dadanya lebih lebar.

  • Z.p. melanurus di Jawa dan Bali. Sisi bawah tubuh kuning seluruhnya. Sisi atas tubuh (termasuk tunggir) hijau zaitun, dengan bercak kuning di atas paruh. Mirip dengan kacamata laut Zosterops chloris yang bertubuh sedikit lebih besar dan memiliki kekang hitam gelap.

  • Z.p. unicus di Sumbawa dan Flores. Seperti melanurus, namun tunggirnya berwarna kuning.

Pleci Kacamata gunung


Pleci Kacamata gunung

Burung Pleci Kacamata gunung (Zosterops montanus) adalah spesies burung dari keluarga Burung kacamata. Panjang tubuh sekitar (11.5 - 12 cm). Dahi kehijauan sampai kekuningan. Kacamata gunung hanya ditemukan di dataran tinggi atau pegunungan.

Pleci Kacamata gunung

Kacamata gunung tersebar di Indonesia dan Filipina dengan 9 subspesies, yaitu :

  • Z. m. difficilis (Robinson and Kloss, 1918). Gunung Dempo, Sumatera
  • Z. m. diuatae (Salomonsen, 1953). Filipina bagian selatan.
  • Z. m. halconensis (Mearns, 1907). Pulau Mindoro, Filipina
  • Z. m. montanus (Bonaparte, 1850). Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku Selatan
  • Z. m. obstinatus (Hartert, 1900). Ternate, Bacan, dan Seram
  • Z. m. parkersi (duPont, 1971). Gunung Palawan, Filipina bagian barat.
  • Z. m. pectoralis (Mayr, 1945). Pulau Negros, Filipina.
  • Z. m. vulcani (Hartert, 1903). Gunung Kitanglad dan Gunung Apo, Mindanao
  • Z. m. whiteheadi (Hartert, 1903). Dataran tinggi Pulau Luzon, Filipina utara

Pleci Kacamata jawa


Pleci Kacamata jawa

Burung Pleci Kacamata jawa (Zosterops flavus) atau biasa disebut dengan sebutan nama kacamata saja[2] adalah spesies burung yang termasuk dalam familia Zosteropidae. Ia ditemukan di Indonesia dan Malaysia. Habitat alaminya adalah hutan dataran rendah tropis atau subtropis, hutan mangrove tropis atau subtropis, dan semak belukar subtropis atau tropis. Kacamata jawa terancam kehilangan habitat.

Berukuran kecil (10 cm), dan badannya didominasi berwarna kuning. Tubuh bagian atas berwarna kuning zaitun, dan bagian bawah berwarna kuning biasa. Iris berwarna coklat, paruh dan kaki kehitaman. Mirip dengan kacamata laut, tetapi kacamata jawa berukuran lebih kecil, warna lebih terang, dan tanpa bintik hitam pada kekang. Kicauannya berupa desisan seperti nada kontak yang tinggi di antara anggota kelompok dan suara yang tajam.

Burung Pleci Kacamata jawa tersebar di Kalimantan dan Jawa. Ia penetap dan endemik di dua wilayah tersebut, hutan mangrove, semak pantai, hutan pantai menjadi habitatnya. Selain itu, kacamata jawa juga tinggal di pinggiran hutan.

Dalam mencari makan, kacamata jawa biasanya berkelompok dalam jumlah banyak. Adapun makanannya adalah nektar bunga, serangga kecil, dan buah—buahan. Beberapa laporan mencatat burung ini mengunjungi pohon langsat dan pohon dadap. Sarangnya kacamata jawa berbentuk cawan. Telurnya berwarna kebiru-biruan, dengan jumlah 2 butir. Berkembangbiak pada bulan Mei.

Burung Pleci Kacamata jawa sangat diminati oleh penggemar burung oleh karena perawatannya yang mudah. Selain itu, keistimewaannya yang lain adalah suaranya yang bisa dinikmati. Kacamata jawa dapat dijadikan burung pemaster lain.

Adapun keunggulannya yang lain yang menyebabkan orang suka memeliharanya adalah proses adaptasinya yang sangat cepat. Ukuran tubuhnya yang mungin dan mudah dibuat berkicau jika kondisinya sehat menjadi daya tarik lainnya. Sayangnya, burung ini punya kelemahan untuk dipelihara, yakni mudah terlepas dari sangkar dan mudah mati. Konservasi burung kacamata saat ini sudah banyak dilakukan.

Pleci Kacamata laut


Burung Pleci Kacamata laut

Burung Pleci Kacamata laut (Zosterops chloris) adalah spesies burung dalam familia Zosteropidae. Ia Endemik di Indonesia, yakni di Selat Sunda hingga Kepulauan Aru. Berukuran kecil (11 cm.), dan berperut kuning. Tubih bagian atas kuning-zaitun, tubuh bagian bawah kuning-lemon-pucat. Iris coklat, paruh dan kaki kehitaman. Mirip dengan kacamata jawa, perbedaan terletak pada ukuran yang lebih besar dan kekang yang berwarna hitam gelap.

Pleci Kacamata limau


Burung Pleci Kacamata limau

Burung Pleci Kacamata limau (Zosterops citrinellus) adalah spesies burung kacamata dalam famili Zosteropidae.

Persebaran dan subjenis burung Pleci Kacamata limau adalah Timor Leste dan Indonesia. Mudah dijumpai di tepi hutan, pertumbuhan sekunder, perdu, hutan primer dan sekunder, hutan yang rusak berat, lahan budidaya dengan sedikit pohon, hutan Mangove, hutan cemara (Casuarina) di pesisir, dan banyak tipe habitat yang lain, termasuk di pulau-pulau kecil sampai ketinggian 1200 mdpl.

Burung Pleci Kacamata limau

Burung Pleci Kacamata limau terdiri atas 3 subspesies, dengan daerah persebaran:

  • Z. c. citrinella (Bonaparte, 1850 ), tersebar di Sumba, Sawu, Timor, dan Roti (termasuk pulau-pulau kecil, seperti Ndana dan Ndao).

  • Z. c. harterti (Stresemann, 1912 ), tersebar di Lomblen dan Alor, serta Sunda kecil.

  • Z. c. albiventris (Reichenbach, 1852), tersebar di Kepulauan Lucipara dan Gunungapi (di laut Banda), Wetar, Romang, Damar, Toen, Kisar, Leti, Moa, Luang, Sermata, Babar, Kepulauan Tanimbar (Molu, Lutu, Yamdena, Larat, Selaru); Pulau-pulau di terusan Torres (Warrior, Deliverance, Cairncross), dan pulau-pulau kecil di ujung timur laut Australia (Selatan Eborac sampai kepulauan Rocky, di ujung timur laut semenanjung Cape York).

Pleci Kacamata dahi-hitam


Burung Pleci kacamata dahi-hitam

Burung Pleci kacamata dahi-hitam

Burung Pleci kacamata dahi-hitam (Zosterops atrifrons) adalah spesies burung dari famili Zosteropidae. Burung ini tersebar terbatas di Indonesia, yaitu di Pulau Sulawesi, Kepulauan Sula, dan Pulau Seram. Burung ini berukuran 11-12 cm, bagian atas berwarna kehijauan, bagian perut putih keabu-abuan dengan ciri khas warna hitam di dahi.

Pleci Kacamata sangihe


Burung Pleci Kacamata sangihe

Burung Pleci Kacamata sangihe (Zosterops nehrkorni) adalah spesies burung dari keluarga burung kacamata. Kacamata sangihe merupakan hewan endemik Kepulauan Sangihe, Indonesia. merupakan salah satu dari sekitar 22 jenis burung kacamata (pleci) yang terdapat di Indonesia… Burung endemik pulau Sangihe ini tergolong jenis burung langka di Indonesia. Keberadaan burung kacamata sangihe terancam punah yang oleh IUCN Redlist dan birdlife dimasukkan dalam status konservasi kritis (Critically Endangered). Status keterancaman tertinggi lantaran diperkirakan burung endemik Sangihe ini jumlahnya kurang dari 50 ekor burung dewasa.

Burung kacamata sangihe berukuran kecil sekitar 12 cm. Tubuh bagian atas berwarna hijau zaitun dengan tunggir warna kuning-hijau mencolok. Ekor berwarna hijau-hitam gelap. Dahi berwarna hitam. Lingkaran mata berwarna putih dam agak lebarlebar. Pipi, tenggorokan dan penutup ekor bawah berwarna kuning cerah. bagian bawah lainnya dari burung kacamata sangihe berwarna putih-mutiara dengan sisi tubuh abu-abu. Paruh dan kaki jingga pucat. Suara burung kacamata (pleci) dari Sangihe ini hampir mirip suara burung kacamata dahi-hitam namun lebih tipis dan halus. Rentetan siulannya mempunyai nada yang lebih cepat.

Burung Pleci Kacamata sangihe

Burung endemik sangihe yang langka dan terancam punah ini sering beraktifitas dibagian tengah dan atas kanopi hutan pada hutan primer di daerah perbukitan. Makanan utama burung kacamata sangihe adalah serangka meskipun diduga juga mengkonsumsi aneka buah.

Habitat burung kacamata sangihe adalah hutan primer pada daerah perbukitan dengan ketinggian antara 700-1000 meter dpl. Persebaran burung pleci ini terbatas dan merupakan burung endemik yang hanya bisa dijumpai di pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Bahkan di pulau Sangihe ini, burung kacamata sangihe ( Zosterops nehrkorni ) hanya dapat dijumpai di kawasan Gunung Sahendaruman dan Sahengbalira dengan luas habitat hanya sekitar 8 km2.

Pleci Kacamata Arfak


Burung Pleci Kacamata Arfak

Burung Pleci Kacamata Arfak (Zosterops fuscicapilla) adalah spesies burung dalam keluarga Zosteropidae. Ditemukan di Indonesia dan Papua Nugini. Habitat aslinya di hutan pegunungan lembap subtropis atau tropis. Memiliki cincin mata putih, sayap bulat, dan kaki yang kuat. Kacamata arfak bergaul dan hidup dalam kawanan besar.

Pleci Kacamata Togian


Burung Pleci Kacamata togian

Burung Pleci Kacamata togian (Zosterops somadikartai) adalah nama sejenis burung anggota suku Zosteropidae. Burung ini bersifat endemik di beberapa pulau bagian dari Kepulauan Togian, Sulawesi. Peneliti dari Universitas Indonesia, Mochamad Indrawan dan Sunarto pertama melihatnya di alam pada tahun 1997, dan secara resmi burung ini diperikan pada tahun 2008. Nama jenis diambil dari nama Profesor Soekarja Somadikarta, seorang pakar burung Indonesia terkemuka saat ini. Berbeda dari anggota Zosterops lainnya, jenis ini tidak memiliki lingkaran putih di seputar mata.

Meskipun belum dievaluasi oleh IUCN, diyakini jenis ini berstatus terancam.

Kawasan Sulawesi diyakini memiliki setidaknya 9–10 spesies burung kacamata termasuk dari pulau-pulau yang terisolir. Isolasi ini telah mengakibatkan terbentuknya variasi baik dalam morfologi maupun dalam perbedaan suara dan nyanyian.

Burung Pleci Kacamata togian

Zosterops somadikartai sangat mirip tampilannya dengan burung kacamata dahi-hitam (Zosterops atrifrons) namun tanpa ‘kacamata’ (lingkaran) putih di sekeliling matanya. Meski tipis, lingkaran-mata putih Z. atrifrons tampak jelas sekalipun pada burung yang muda. Burung kacamata Togian memiliki ‘topi’ hitam yang tak seberapa besar, warna kuning di tenggorokan yang lebih nyata, pangkal paruh yang jelas berwarna pucat, dan selaput pelangi mata (iris) yang berwarna kemerahan (coklat pada Z. atrifrons).

Kacamata Togian juga berbeda dengan Zosterops surdus dari Sulawesi tengah sebelah barat, terutama pada warna zaitun di punggungnya yang lebih pucat dan lebih terang, dan pada warna kuning di tenggorokan yang lebih nyata. Selanjutnya jenis ini berbeda dengan Zosterops subatrifrons dari Pulau Peleng dan Banggai pada tiadanya lingkaran-mata putih di seputar matanya, dada yang lebih abu-abu, dan topi hitam yang kurang lebar. Burung kacamata makasar (Zosterops anomalus) dari Sulawesi selatan juga tak memiliki lingkaran-mata putih, namun ia memiliki bintik-bintik putih kecil di seputar matanya. Dalam pada itu diketahui pula adanya perbedaan pada pola dan tinggi nada nyanyian Z. somadikartai dibandingkan dengan spesies-spesies Zosterops yang lainnya yang ada di wilayah berdekatan.

Sumber : wikipedia